Kaskus

Entertainment

JeBeeWillShareAvatar border
TS
JeBeeWillShare
Siapa bilang DOI nggk bisa ....................
emoticon-I Love Indonesia (S)

Ini adalah sebuah kisah antara aku dan dia, wkwk lebay
yaudah deh lanjut aja ke cerita guys....




[SPOILER=cerita]
Cahaya di Tengah Kegelapan

Jarum jam di depan ruangan kelas itu terus berdetak keras,rasanya detak jam itu ingin menyaingi detak jantungku yang sedari tadi berlari cepat tak teratur. Waktu sudah menunjukan pukul 10.45 tetapi beberapa nomor di lembar jawabanku masih kosong. Ada beberapa nomor yang memang membuatku bingung dan ragu untuk menjawabnya. Sementara itu suasana ruang kelas semakin ramai dengan suara bisik-bisik temanku yang mencari jawaban dengan bertanya pada orang lain.

“Eh sst,sst Cell no 19 apa?” kata Reno yang bertanya dari bangku belakang. Astaga,apa yang harus kulakukan? Kalau aku menjawabnya aku sama saja memberikan contekan padanya,tetapi kalau aku tidak memberikannya aku pasti akan dikatai pelit olehnya. Tuhan bantu aku! Akhirnya aku memutuskan untuk mengabaikan dan pura-pura tidak mendengarnya. Aku terus berusaha memecahkan beberapa soal matematika yang cukup rumit itu. Kriiing… kriiing…. Bel tanda ujian pun berbunyi, aku mengumpulkan lembar jawaban itu dengan agak ragu.

“Cellian gimana tadi ujiannya? Bisa gak?” tanya Lauren teman sebangkuku yang juga adalah sahabatku. “Heem tadi ada beberapa nomor yang ga bisa kuselesaikan ren,ga yakin deh matematika bisa dapet nilai bagus.” jawabku dengan nada kecewa. “Aduh sayang banget ya Cell, tapi ya sudahlah udah ga usah dipikirin lagi,mungkin kamu kurang latihan, lain kali kamu harus lebih sering latihan soal Cell.” “Pokoknya kamu harus tetep semangat karena Cellian yang aku kenal itu ga pernah patah semangat dan dia selalu mau berusaha memperbaiki dirinya”, dengan senyuman hangat Lauren memberiku semangat baru.

“Iya memang aku kurang berlatih soal-soal yang rumit seperti tadi,berarti aku harus lebih rajin lagi latihan soalnya. Makasih ya Ren,kamu memang sahabat terbaikku”, balasku sambil memberinya pelukan persahabatan. “Nah itu baru Cellian! Eh laper nih,makan bakso di kantin yuk!” ajak Lauren yang memang kelihatan sudah lapar,belum sempat kubalas ajakannya dia sudah menarik tanganku menuju kantin.

“Cellian Martadinata 70, Reno Bagaskoro 85, Laurensia Natasya 80” guruku mengumumkan hasil ulangan matematika minggu lalu,dan ternyata nilaiku tidak memuaskan. Tapi satu hal yang sangat mengganggu pikiranku adalah bagaimana bisa si Reno yang mencontek pada ulangan kemarin mendapat nilai yang lebih bagus dariku? Ini sangat tidak adil. Saat itu juga Reno melihat ke arahku dengan pandangan sombong dan langsung berbisik “Makanya jadi orang jangan pelit-pelit jawaban!”

”Menyebalkan sekali dia mengatakan hal seperti itu,padahal kan dia yang berbuat curang tapi kenapa aku yang dikatai? Apa coba maksudnya?” keluhku pada Lauren. “Kita lapor aja sama guru,biar tahu rasa deh anak-anak yang menyontek itu,huh enak saja mereka dapet bagus sedangkan yang jujur hanya dapat pas-pasan.” Sejenak aku memikirkan usul Lauren itu,benar juga ya,sebaiknya kami memberitahukan Bu Sari tentang yang sebenarnya terjadi.

Esoknya di ruang guru aku menceritakan yang sebenarnya terjadi pada saat ulangan matematika yang lalu. Aku yakin Bu Sari pasti membela yang benar karena tidak ada guru yang menginginkan murid-muridnya mendapat nilai bagus dari hasil menyontek. Tetapi Bu sari memberikan jawaban yang sangat mengejutkanku.

“Cellian,Lauren, ibu sudah tahu dari dulu kalau banyak teman-teman kalian yang menyontek”.

Bagaimana bisa seorang guru yang sudah tahu kalau ada muridnya yang melakukan hal buruk,membiarkannya begitu saja. Bu Sari benar-benar aneh,ada apa dengannya, apa alasannya,

“Tapi bu,kalau ibu sudah tahu sejak awal kenapa ibu membiarkannya begitu saja? Ibu harusnya memberi sanksi agar mereka jera dengan perbuatannya. Kalau ibu diam saja,mereka pasti akan terus menyontek.”sahutku dengan tegas. “Siapa bilang ibu tidak melakukan apa-apa. Kalian tenang saja,ibu tetap akan bertindak adil dengan cara ibu sendiri. Memang nilai mereka lebih tinggi dari kalian,tapi itu hanya diatas kertas tidak dalam kenyataannya,di daftar nilai ibu nilai mereka sudah ibu kurangi tanpa sepengetahuan mereka. Ibu berbuat seperti itu karena ibu ingin melihat sampai kapan mereka berani menyontek.” jelasnya tenang. “Bu,kalau mereka tidak tahu konsekuensi yang mereka terima,pasti mereka tetap akan menyontek,bukankah sebaiknya mereka diberi sanksi yang tegas agar mereka tidak mengulanginya lagi?” tanya Lauren pada Bu Sari. “Heem iya itu memang benar ren,tapi kalian semua kan sudah besar dan sudah tahu mana yang benar dan salah,seharusnya mereka menyadari kesalahanya tanpa harus menunggu ditegur oleh guru. Sebenarnya ini tugas kalian sebagai teman untuk mengingatkan mereka,bagaimana?” tantang Bu Sari pada kami berdua. Iya benar juga kata Bu Sari,ini adalah sebuah tantangan bagi kami untuk mengingatkan teman-teman.

Esok paginya kami mengobrol dengan Reno. Reno adalah anak yang sangat berpengaruh di kelas,kalau aku bisa membuatnya berhenti menyontek pasti sekelas juga akan mengikutinya. Kami berusaha mengingatkannya kalau menyontek itu bukan perbuatan yang benar dan itu hanyalah pembodohan untuk diri sendiri.

“Alah kalian ga usah sok suci deh,kalau mau dapet nilai bagus ya harus kerja sama,bukan kaya kalian yang pelit ngasih jawaban. Liat sendiri kan hasilnya kalo nilai kalian lebih rendah dari aku.”

“Ren,nilai itu bukan segalanya,yang penting itu proses kita mencapai nilai itu. Mungkin sekarang kamu bisa mengaggap ini hal kecil,para koruptor pun begitu,mereka menganggap kecurangan yang mereka lakukan adalah hal kecil,lalu lama kelamaan mereka akan terus menambah kecurangan mereka menjadi lebih besar. Kamu ga mau kan jadi seperti koruptor? Jadi ayo berubah berusaha dengan belajar sungguh-sungguh bukan dengan mengandalkan orang lain pada saat ulangan.” jelasku pada Reno yang saat itu langsung tertunduk. “Ah udahlah Cell sampe sekarag pun gada buktinya kan kalo nilai anak yang belajar sungguh-sungguh bisa ngalahin nilai kami yang menyontek? Kamu jangan nyeramahin aku,urus aja diri kamu sendiri.” jawab Reno kasar sambil berlalu masuk ke ruang kelas. Sungguh amat menyebalkan si Reno itu,bagaimana caranya meyakinkan dia supaya berhenti menyontek. Kira-kira bagaimana ya caranya agar mereka benar-benar mau mengindahkan teguran kami dan berhenti menyontek? Aku terus memikirkan caranya sampai di meja belajarku,tiba-tiba aku ingat perkataan Reno tentang perolehan nilainya yang lebih tinggi dariku. Aku tahu bagaimana caranya.

“Lauren kita harus belajar lebih serius dan lebih giat lagi agar nilai yang kita peroleh bisa maksimal dan mengalahkan nilai mereka.” Ceritaku pada lauren dengan penuh semangat. “Kau benar Cell,ini satu-satunya cara untuk membuktikan pada mereka bahwa kerja keras itu jauh lebih baik dan memuaskan daripada kerja sama menyontek saat ulangan.”

Aku dan Lauren mulai semangat belajar kembali dan terus berlatih mengerjakan berbagai macam soal. Semangat belajar kami ternyata dilihat oleh teman-teman kami,tetapi mereka tetap menganggap enteng ulangan Fisika 2 hari lagi,mereka akan mengandalkan contekan dari teman lain. Dan tibalah pada hari ulangan Fisika,aku dan Lauren mengerjakan ulangan dengan serius dan teliti,sementara itu Reno sedang sibuk mencari jawaban pada teman lain. Setelah ulangan usai kami sangat optimis kami bisa membuktikan pada teman-teman bahwa menyontek itu sangat merugikan.

Seminggu telah berlalu dan tibalah saat pengumuman nilai ulangan Fisika. Bu Sari wali kelas kami yang mengumumkan hasilnya. Benarlah ternyata nilaiku paling tinggi di kelas,disusul nilai Lauren dan meyusul jauh dibelakang kami berdua nilai Reno yang paling rendah di kelas. Bu Sari juga mengumumkan tentang anak-anak yang suka menyontek di kelas,ia memeberitahukan kami bahwa nilai mereka akan dikurangi. Seluruh kelas sangat terkejut akan hal itu karena mereka tidak menyangka bahwa Bu Sari mengetahui semuanya.

Reno menghampiriku untuk meminta maaf “Maaf ya Cell atas perbuatanku selama ini yang tidak benar,nilai itu sesungguhnya adalah hasil dari proses kerja keras kita dan bukan dari hasil kita mengambil jalan pintas. Aku akan berusaha keras sekarang agar aku bisa sepertimu,mendapat nilai bagus murni dari hasil kerja keras sendiri.”

“Eits jangan salah itu bukan hasil kerja kerasku sendiri tapi juga karena aku mengimbangi usahaku dengan berdoa. Berdoalah sebelum bekerja dan doakanlah apa yang telah kita kerjakan. Syukurlah sekarang kamu sudah mau berhenti menyontek dan mau belajar,tapi jangan lupa berdoa juga ya Ren!” pesanku pada Reno.

“Tapi boleh aku minta bantuanmu untuk mengajariku? Jujur saja selama ini aku kurang paham dengan pelajarannya sehingga aku sering menyontek saat ulangan.” pintanya padaku penuh harap.

“Tentu saja Reno,aku dengan senang hati mau membantumu. Jadi mulai kapan kita akan belajar bersama?”

“Pulang sekolah sore ini di rumahku,aku akan menyiapkan makanan dan minuman yang enak,bagaimana?” Reno sangat bersemangat mengajaku. “Ya baiklah,tentu saja Reno tapi kita juga harus mengajak yang teman-teman yang lain ya.” Reno mengangguk tanda setuju,lalu kami meneruskan perbincangan kami untuk persiapan belajar nanti sambil berjalan menuju kantin.

“Kamu memang hebat Cellian, kamu seperti lilin kecil yang walaupun ditengah kegelapan tetap memancarkan terang ke sekellingmu dan membuat orang lain merasakan kehangatan terangmu.” Sambil memeluk sahabatku itu aku berkata padanya “Kau adalah pemantiknya Lauren,kau yang telah memberiku semangat untuk maju,terima kasih sahabatku,aku sangat menyayangimu.” aku mempererat pelukan itu.


[/SPOILER]



emoticon-Ngakakemoticon-Ngakakemoticon-Ngakakemoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)
0
1.9K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan