- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 3
TS
Calestial
Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 3
Lanjutan dari Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 2
Para Pasukan Balayuda Kediri yang terpilih sebanyak dua ratus orang yang dipimpin oleh Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal. Semua pasukan ini akan mengawal dan membantu Empu Bharadah dalam menumpas kejahatan yang dilakukan oleh Calonarang dan antek-anteknya.
Segala sesuatu perlengkapan segera dipersiapkan seperti senjata tajam berupa tombak, keris, klewang, dan lain-lain. Demikian pula dengan berbagai sarana pelindung badan yang gaib sebagai sarana penolak atau penempur leak, sarana kekebalan, semuanya diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia. Yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan mengenai perbekalan makanan dan minuman yang diperlukan selama penyerangan. Ketika semua persiapan dianggap rampung, maka mereka pun istrirahat agar tenaga cukup kuat untuk penyerangan besok. Keesokan harinya perjalanan penyerangan dilakukan, pasukan khusus atau pasukan pilihan dari Kediri yang disebut dengan Pasukan Balayuda dalam penyerangan tersebut mengawal Empu Bharadah. Sedangkan di depan sebagai pemimpin pasukan dipercayakan kepada Ki Kebo Wirang didampingi Ki Lembu Tal.
Tidak diceritakan perjalanan mereka, akhirnya rombongan Empu Bharadah dan pasukan Kediri sampai di pesisir selatan Desa Lembah Wilis. Di sana rombongan tersebut berhenti sejenak untuk beristirahat dalam persiapan untuk menuju ke Desa Girah. Semua pasukan kemudian menuju Setra Ganda Mayu yang berada di Wilayah Desa Girah.
Diceritakan kemudian Ibu Calonarang dirumahnya diiringi oleh para sisyanya semua melakukan penyucian diri dan mengayat atau memuja kehadapan Ida Betari mohon anugrah kesaktian. Mereka memusatkan pikiran dan memanunggalkan bayu atau tenaga, sabda atau suara, dan idep atau pikiran, memuja Ida Betari bersarana sekar manca warna atau bunga warna-warni, dengan disertai asep menyan majegau atau wangi-wangian yang dibakar yang asapnya membubung ke angkasa, seolah-olah menyampaikan niat Ibu Calonarang kehadapan Ida Betari. Semua pekakas dan sarana pengleakan diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia, dan masing-masing menggunakannya. Di hadapan mereka juga digelar tetandingan jangkep atau sarana sesajen lengkap sesuai dengan keperluan. Calonarang kemudian mulai memejamkan mata dan memusatkan pikiran. Ia tampak berkomat-kamit mengucapkan mantra sakti memohon anugrah kesaktian dan kesidian kehadapan Hyang Maha Wisesa, dengan harapan Empu Bharadah dan Balayuda Kediri dapat dikalahkan.
Setelah beberapa saat melakukan konsentrasi, maka sampailah pada puncaknya. Raja pengiwa pun telah dibangkitkan dan merasuk ke dalam sukma. Kedigjayaan atau kewisesan telah turun dan masuk ke dalam jiwa raga. Calonarang kemudian bangkit dan berkata kepada semua sisyanya “para sisyaku semuanya, permohonan kita kehadapan Hyang Betari telah terkabulkan dan telah mencapai puncaknya. Kesaktian telah kita bangkitkan semuanya, dan telah merasuk ke dalam jiwa dan raga. Kini saatnya kita bertarung menghadapi Empu Bharadah dan Balayuda Kediri. Kita akan pertahankan harga diri kita. Mampuskan semua orang-orang Kediri yang datang ke sini menyerang. Demikian perintah Calonarang kepada seluruh sisyanya. Suaranya ketika itu telah berubah menjadi besar dan menggema, dan bukan merupakan suaranya yang biasa. Kemudian Calonarangpun tertawa ngakak, dan terdengar menakutkan.
Semua sisya Calonarang telah nyuti rupa atau berubah wujud dan siap menyerang. Ada wujud bojog atau monyet yang siap menggigit, ada kambing siap nyenggot atau menanduk, ada sapi dan kuda yang siap ngajet atau menendang, ada kain kasa atau kain putih panjang yang siap menggulung dan membakar, ada bade atau menara pengusungan mayat yang siap membakar, ada babi bertaring panjang yang siap ngelumbih atau membanting dengan kepala, ada awak belig atau badan licin yang mukanya seperti umah tabuan atau sarang tawon. Ada pula api bergulung-gulung yang siap membakar siapa saja yang menghadang. Semua pasukan leak kemudian keluar dari rumah Calonarang dalam rupa bola api beterbangan, kemudian menuju ke Setra Ganda Mayu tempat perjanjian pertempuran dengan Empu Bharadah dan pasukan Balayuda Kediri.
Melihat pasukan leak dengan beraneka rupa datang, pasukan Kediri menjadi kaget dan was-was dan ada yang ketakutan. Semuanya bersiap-siap dan merapatkan diri. Demikian pula dengan Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal, mereka berdua sangat waspada serta selalu berada di dekat Empu Bharadah untuk mengawalnya.
Empu Bharadah tidak sedikitpun gentar melihat kawanan leak tersebut, bahkan semangat untuk bertempur semakin membara. Sambil juga Empu Bharadah mengucap mantra sakti Pasupati. Dilengkapi pula dengan sarana sesikepan, sesabukan, rerajahan kain, dan pripian tembaga wasa atau lempengan tembaga. Sangat ampuh mantra sakti Pasupati tersebut. Empu Bharadah membawa pusaka sakti berupa sebuah keris yang bernama Kris Jaga Satru.
Bersambung....
Lanjutan: Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 4
Sebelumnya:
Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 1
Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 2
Spoiler for Raja Kediri Murka:
Mendengar semua itu, merasa kaget Ki Patih Madri, sebab sebelumnya ia sama sekali tidak mendengar adanya masalah ini. Ki Patih Madri berpikir sejenak, kemudian menjawab apa yang dikatakan Sang Prabu. “Mohon ampun Paduka, tidak patut rasanya hamba sebagai patih yang jugul punggung atau sangat bodoh memberikan masukan kehadapan Paduka. Namun atas titah Paduka, maka hamba akan mencoba untuk ikut urun pendapat mengenai masalah ini.
Namun hamba bagaikan nasikin segara atau membuang garam ke laut begitulah ibaratnya”. Lebih lanjut Ki Patih Madri menyampaikan haturnya kehadapan Sang Prabu “Kalau mendengar tingkah laku Calonarang tersebut, maka inilah yang disebut dalam sastra agama sebagai Atharwa yang artinya melakukan pembunuhan yang sangat kejam terhadap orang lain yang tidak berdosa dengan menggunakan Ilmu Hitam. Mereka telah menebar cetik atau racun niskala di wilayah desa. Ini pula digolongkan sebagai Himsa Karma yakni perbuatan membunuh makhluk lain secara sewenang-wenang. Para pelaku dari semua ini harus dihukum berat dan setimpal”. Demikian hatur Ki Patih Madri kehadapan Sang Prabu. Kemudian Ki Patih Madri menambahkan haturnya sekarang Paduka jangan terlalu bersedih dan khawatir. Hamba akan menjalankan Swadharmaning Kawula (kewajiban sebagai rakyat) bersama dengan rakyat Kediri yang lainnya. Hamba akan mengabdikan jiwa dan raga hamba untuk Kediri. Kita akan gempur Calonarang Rangda Nateng Girah, kita hancurkan antek-antek, dan kita musnahkan Calonarang”. Demikian Ki Patih Madri memompa semangat junjungannya. Sungguh lega hati Sang Prabu mendengar apa yang diucapkan oleh Ki Patih Madri.
Raja Airlangga kemudian membuat keputusan untuk menggempur Calonarang Rangda Nateng Girah, dan mempercayakan kepada Ki Patih Madri sebagai pimpinan penyerangan.
Namun hamba bagaikan nasikin segara atau membuang garam ke laut begitulah ibaratnya”. Lebih lanjut Ki Patih Madri menyampaikan haturnya kehadapan Sang Prabu “Kalau mendengar tingkah laku Calonarang tersebut, maka inilah yang disebut dalam sastra agama sebagai Atharwa yang artinya melakukan pembunuhan yang sangat kejam terhadap orang lain yang tidak berdosa dengan menggunakan Ilmu Hitam. Mereka telah menebar cetik atau racun niskala di wilayah desa. Ini pula digolongkan sebagai Himsa Karma yakni perbuatan membunuh makhluk lain secara sewenang-wenang. Para pelaku dari semua ini harus dihukum berat dan setimpal”. Demikian hatur Ki Patih Madri kehadapan Sang Prabu. Kemudian Ki Patih Madri menambahkan haturnya sekarang Paduka jangan terlalu bersedih dan khawatir. Hamba akan menjalankan Swadharmaning Kawula (kewajiban sebagai rakyat) bersama dengan rakyat Kediri yang lainnya. Hamba akan mengabdikan jiwa dan raga hamba untuk Kediri. Kita akan gempur Calonarang Rangda Nateng Girah, kita hancurkan antek-antek, dan kita musnahkan Calonarang”. Demikian Ki Patih Madri memompa semangat junjungannya. Sungguh lega hati Sang Prabu mendengar apa yang diucapkan oleh Ki Patih Madri.
Raja Airlangga kemudian membuat keputusan untuk menggempur Calonarang Rangda Nateng Girah, dan mempercayakan kepada Ki Patih Madri sebagai pimpinan penyerangan.
Spoiler for Gugurnya Ki Patih Madri:
Diceritakan Ki Patih Madri telah mengumpulkan tokoh masyarakat dan penduduk yang mempunyai ilmu kanuragan atau ilmu kewisesan. Mereka semua dikumpulkan di Istana dan diberikan pengarahan mengenai rencana penyerangan ke tempat Ratu Leak di Desa Girah menggempur Calonarang di malam hari.
Waktu yang ditetapkan untuk penyerangan telah tiba. Menjelang tengah malam mereka berangkat bersama dilengkapi pula dengan senjata tajam, sesikepan, gegemet-gegemet, dan juga sesabukan atau sarana magis pelindung diri.
Karena kesaktian Calonarang, maka serangan dari pihak Kediri yang dipimpin Ki Patih Madri telah diketahui sebelumnya. Sehingga Calonarang memerintahkan kepada seluruh sisya-sisyanya atau murid-muridnya untuk bersiaga di perbatasan Desa Girah. Calonarang beserta sisyanya telah bersiaga menyambut kedatangan para jawara Kediri yang akan menggempurnya. Mereka telah menggelar semua ilmu yang dimiliki dan telah menyengker atau memagari Desa Girah dengan penyengker gaib, sehingga kekuatan musuh tidak dapat menembus pertahanan tersebut.
Pada tengah malam, sampailah Ki Patih Madri dan para jawara Kediri di perbatasan Desa Girah. Mereka langsung menggelar ajian yang mereka miliki dan menyerang musuh yang telah menghadang. Serangan tersebut kemudian dihadang oleh para murid Calonarang yang dipimpin oleh Nyi Larung sehingga terjadilah pertempuran ilmu kanuragan dimalam hari yang sangat dasyat. Bola-bola api beterbangan di antara kedua belah pihak. Taburan cahaya gemerlapan aneka warna di angkasa yang saling berkelebat, berkejar-kejaran, dan saling berbenturan. Langit di Desa Girah pada malam itu bagaikan kejatuhan bintang dari langit yang jumlahnya ribuan. Memang sungguh-sungguh digjaya mereka semua. Tidak beberapa lama pertempuran di malam hari berlangsung, serangan dari para jawara Kediri dapat dipatahkan oleh ketangguhan dari ilmu yang dimiliki oleh murid-murid Calonarang, sedangkan Ki Patih Madri gugur dalam peperangan melawan Nyi Larung dan para jawara Kediri banyak yang tewas. Para jawara Kediri yang masih hidup berhamburan berlari meninggalkan arena pertempuran karena terdesak. Mereka berusaha untuk menyelamatkan diri. Setelah mengalami desakan dari pasukan leak murid-murid Calonarang, maka para jawara Kediri memutuskan untuk berbalik dan kembali ke Istana Kediri, serta melaporkan semuanya kehadapan Prabu Airlangga.
Kekalahan pasukan Kediri menyebabkan pasukan leak Calonarang bergembira. Mereka semua tertawa ngakak yang suaranya nyaring dan keras membelah angkasa. Suaranya mengalun, melengking memenuhi angkasa dan berpantulan di antara bukit-bukit. Sehingga terasa mengerikan sekali suasananya pada malam hari tersebut. Mereka semua menari-nari di angkasa, berwujud bola-bola api saling berkejar-kejaran merayakan kemenangannya.
Diceritakan mengenai perjalanan sisa-sisa pasukan Kediri yang kalah perang. Pada pagi hari mereka telah sampai di Istana Kediri. Segera mereka menghadap Sang Prabu dan melaporkan segala sesuatunya. Demikian pula dengan Sang Prabu yang telah menunggu semalaman dengan harap-harap cemas.
Salah seorang dari pasukan Kediri menghaturkan sembah kehadapan Sang Prabu “mohon ampun Paduka, hamba permaklumkan bahwa murid-murid Calonarang benar-benar teguh atau kuat. Pasukan Kediri tidak mampu mengalahkannya dan Ki Patih Madri gugur dalam peperangan dan banyak pasukan yang tewas. Hamba gagal dalam mengemban tugas yang Paduka titahkan. Atas kegagalan tersebut, hamba mohon ampun, dan siap menjalankan hukuman”. Demikian permakluman prajurit Kediri kehadapan Sang Prabu.
Raja Airlangga yang bijaksana kemudian bersabda “ Wahai prajuri Kediri yang gagah berani beserta semua pasukan, kalah menang dalam peperangan sudah menjadi hukumnya. Yang penting sekarang adalah aku minta engkau agar tidak surut kesetiaanmu terhadap Kediri. Teruskanlah kesetiaanmu terhadap Istana, terhadap Kerajaan Kediri. Janganlah berputus asa, karena masih ada waktu dan masih ada cara lain untuk menumpas Calonarang beserta dengan antek-anteknya. Gempur kembali Calonarang. Sang Prabu melanjutkan wejangannya. “Harus kalian ingat mengenai Swadharmaning ring payudhan atau kewajiban dalam pertempuran. Dalam Shanti Parwa disebutkan bahwa apabila mati dalam peperangan, maka darah yang mengalir muncrat akan menghapus segala dosamu. Dan Sang Jiwa atau Sang Atma akan menuju Indraloka. Itulah yang hendaknya diingat dan dijadikan pedoman. Semuanya itu adalah merupakan sebuah pengorbanan yang suci atau yadnya yang digolongkan yadnya utama”. Demikian Sang Prabu memberikan wejangan kepada Prajurit Kediri yang hampir putus asa karena kalah perang.
Mendengar wejangan tersebut, para pasukan Kediri merasakan hidup kembali dan bersemangat. Bagaikan diberikan kekuatan bebayon atau kekuatan tenanga dalam, sehingga semangat pasukan tumbuh kembali. Prajurit kemudian berkata “baiklah tuanku, sangat senang hamba mendegar wejangan tersebut. Sekarang hamba sadar dan yakin akan diri. Hamba akan membela mati-matian dan menyabung nyawa menghadapi Calonarang beserta dengan murid-muridnya”. Pernyataan Prajurit tersebut dibarengi oleh seluruh pasukan, dan disambut hangat oleh Raja Airlangga. “Baiklah kalau begitu, Aku sebagai Raja Kediri sangat menghargai kesetiaamu.
Waktu yang ditetapkan untuk penyerangan telah tiba. Menjelang tengah malam mereka berangkat bersama dilengkapi pula dengan senjata tajam, sesikepan, gegemet-gegemet, dan juga sesabukan atau sarana magis pelindung diri.
Karena kesaktian Calonarang, maka serangan dari pihak Kediri yang dipimpin Ki Patih Madri telah diketahui sebelumnya. Sehingga Calonarang memerintahkan kepada seluruh sisya-sisyanya atau murid-muridnya untuk bersiaga di perbatasan Desa Girah. Calonarang beserta sisyanya telah bersiaga menyambut kedatangan para jawara Kediri yang akan menggempurnya. Mereka telah menggelar semua ilmu yang dimiliki dan telah menyengker atau memagari Desa Girah dengan penyengker gaib, sehingga kekuatan musuh tidak dapat menembus pertahanan tersebut.
Spoiler for Gambar:
Pada tengah malam, sampailah Ki Patih Madri dan para jawara Kediri di perbatasan Desa Girah. Mereka langsung menggelar ajian yang mereka miliki dan menyerang musuh yang telah menghadang. Serangan tersebut kemudian dihadang oleh para murid Calonarang yang dipimpin oleh Nyi Larung sehingga terjadilah pertempuran ilmu kanuragan dimalam hari yang sangat dasyat. Bola-bola api beterbangan di antara kedua belah pihak. Taburan cahaya gemerlapan aneka warna di angkasa yang saling berkelebat, berkejar-kejaran, dan saling berbenturan. Langit di Desa Girah pada malam itu bagaikan kejatuhan bintang dari langit yang jumlahnya ribuan. Memang sungguh-sungguh digjaya mereka semua. Tidak beberapa lama pertempuran di malam hari berlangsung, serangan dari para jawara Kediri dapat dipatahkan oleh ketangguhan dari ilmu yang dimiliki oleh murid-murid Calonarang, sedangkan Ki Patih Madri gugur dalam peperangan melawan Nyi Larung dan para jawara Kediri banyak yang tewas. Para jawara Kediri yang masih hidup berhamburan berlari meninggalkan arena pertempuran karena terdesak. Mereka berusaha untuk menyelamatkan diri. Setelah mengalami desakan dari pasukan leak murid-murid Calonarang, maka para jawara Kediri memutuskan untuk berbalik dan kembali ke Istana Kediri, serta melaporkan semuanya kehadapan Prabu Airlangga.
Kekalahan pasukan Kediri menyebabkan pasukan leak Calonarang bergembira. Mereka semua tertawa ngakak yang suaranya nyaring dan keras membelah angkasa. Suaranya mengalun, melengking memenuhi angkasa dan berpantulan di antara bukit-bukit. Sehingga terasa mengerikan sekali suasananya pada malam hari tersebut. Mereka semua menari-nari di angkasa, berwujud bola-bola api saling berkejar-kejaran merayakan kemenangannya.
Diceritakan mengenai perjalanan sisa-sisa pasukan Kediri yang kalah perang. Pada pagi hari mereka telah sampai di Istana Kediri. Segera mereka menghadap Sang Prabu dan melaporkan segala sesuatunya. Demikian pula dengan Sang Prabu yang telah menunggu semalaman dengan harap-harap cemas.
Spoiler for Gambar:
Salah seorang dari pasukan Kediri menghaturkan sembah kehadapan Sang Prabu “mohon ampun Paduka, hamba permaklumkan bahwa murid-murid Calonarang benar-benar teguh atau kuat. Pasukan Kediri tidak mampu mengalahkannya dan Ki Patih Madri gugur dalam peperangan dan banyak pasukan yang tewas. Hamba gagal dalam mengemban tugas yang Paduka titahkan. Atas kegagalan tersebut, hamba mohon ampun, dan siap menjalankan hukuman”. Demikian permakluman prajurit Kediri kehadapan Sang Prabu.
Raja Airlangga yang bijaksana kemudian bersabda “ Wahai prajuri Kediri yang gagah berani beserta semua pasukan, kalah menang dalam peperangan sudah menjadi hukumnya. Yang penting sekarang adalah aku minta engkau agar tidak surut kesetiaanmu terhadap Kediri. Teruskanlah kesetiaanmu terhadap Istana, terhadap Kerajaan Kediri. Janganlah berputus asa, karena masih ada waktu dan masih ada cara lain untuk menumpas Calonarang beserta dengan antek-anteknya. Gempur kembali Calonarang. Sang Prabu melanjutkan wejangannya. “Harus kalian ingat mengenai Swadharmaning ring payudhan atau kewajiban dalam pertempuran. Dalam Shanti Parwa disebutkan bahwa apabila mati dalam peperangan, maka darah yang mengalir muncrat akan menghapus segala dosamu. Dan Sang Jiwa atau Sang Atma akan menuju Indraloka. Itulah yang hendaknya diingat dan dijadikan pedoman. Semuanya itu adalah merupakan sebuah pengorbanan yang suci atau yadnya yang digolongkan yadnya utama”. Demikian Sang Prabu memberikan wejangan kepada Prajurit Kediri yang hampir putus asa karena kalah perang.
Mendengar wejangan tersebut, para pasukan Kediri merasakan hidup kembali dan bersemangat. Bagaikan diberikan kekuatan bebayon atau kekuatan tenanga dalam, sehingga semangat pasukan tumbuh kembali. Prajurit kemudian berkata “baiklah tuanku, sangat senang hamba mendegar wejangan tersebut. Sekarang hamba sadar dan yakin akan diri. Hamba akan membela mati-matian dan menyabung nyawa menghadapi Calonarang beserta dengan murid-muridnya”. Pernyataan Prajurit tersebut dibarengi oleh seluruh pasukan, dan disambut hangat oleh Raja Airlangga. “Baiklah kalau begitu, Aku sebagai Raja Kediri sangat menghargai kesetiaamu.
Spoiler for Buku Rahasia Ilmu Pengeleakan Calonarang:
Dengan kalahnya Patih Madri melawan Nyi Larung murid Calonarang, maka Raja Kediri sangat panik sehingga Raja Kediri memanggil seorang Bagawanta (Rohaniawan Kerajaan) yaitu Pendeta Kerajaan Kediri yang bernama Empu Bharadah yang ditugaskan oleh Raja untuk mengatasi gerubug (wabah) sebagai ulah onar si Ratu Leak Calonarang.
Empu Bharadah lalu mengatur siasat dengan cara Empu Bahula putra Empu Bharadah di tugaskan untuk mengawini Diah Ratna Mengali agar berhasil mencuri rahasia ilmu pengeleakan milik Janda sakti itu.
Empu Bahula berhasil mencuri buku tersebut berupa lontar yang bertuliskan aksara Bali yang menguraikan tentang teknik – teknik pengeleakan.
Setelah Ibu Calonarang mengetahui bahwa dirinya telah diperdaya oleh Empu Bharadah dengan memanfaatkan putranya Empu Bahula untuk pura–pura kimpoi dengan putrinya sehingga berhasil mencuri buku ilmu pengeleakan milik Calonarang.
Ibu Calonarang sangat marah dan menantang Empu Bharadah untuk perang tanding pada malam hari di Setra Ganda Mayu yaitu sebuah kuburan yang arealnya sangat luas yang ada di Kerajaan Kediri.
Empu Bharadah lalu mengatur siasat dengan cara Empu Bahula putra Empu Bharadah di tugaskan untuk mengawini Diah Ratna Mengali agar berhasil mencuri rahasia ilmu pengeleakan milik Janda sakti itu.
Empu Bahula berhasil mencuri buku tersebut berupa lontar yang bertuliskan aksara Bali yang menguraikan tentang teknik – teknik pengeleakan.
Setelah Ibu Calonarang mengetahui bahwa dirinya telah diperdaya oleh Empu Bharadah dengan memanfaatkan putranya Empu Bahula untuk pura–pura kimpoi dengan putrinya sehingga berhasil mencuri buku ilmu pengeleakan milik Calonarang.
Ibu Calonarang sangat marah dan menantang Empu Bharadah untuk perang tanding pada malam hari di Setra Ganda Mayu yaitu sebuah kuburan yang arealnya sangat luas yang ada di Kerajaan Kediri.
Spoiler for Pertempuran Penguasa Ilmu Hitam dengan Penguasa Ilmu Putih di Setra Ganda Mayu:
Spoiler for Ilustrasi Setra Ganda Mayu:
Dalam perang besar ini Raja Airlangga mengikutkan Pasukan Khusus Balayuda Kediri dalam menghadapi Calonarang dan pasukan leaknya.Para Pasukan Balayuda Kediri yang terpilih sebanyak dua ratus orang yang dipimpin oleh Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal. Semua pasukan ini akan mengawal dan membantu Empu Bharadah dalam menumpas kejahatan yang dilakukan oleh Calonarang dan antek-anteknya.
Segala sesuatu perlengkapan segera dipersiapkan seperti senjata tajam berupa tombak, keris, klewang, dan lain-lain. Demikian pula dengan berbagai sarana pelindung badan yang gaib sebagai sarana penolak atau penempur leak, sarana kekebalan, semuanya diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia. Yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan mengenai perbekalan makanan dan minuman yang diperlukan selama penyerangan. Ketika semua persiapan dianggap rampung, maka mereka pun istrirahat agar tenaga cukup kuat untuk penyerangan besok. Keesokan harinya perjalanan penyerangan dilakukan, pasukan khusus atau pasukan pilihan dari Kediri yang disebut dengan Pasukan Balayuda dalam penyerangan tersebut mengawal Empu Bharadah. Sedangkan di depan sebagai pemimpin pasukan dipercayakan kepada Ki Kebo Wirang didampingi Ki Lembu Tal.
Tidak diceritakan perjalanan mereka, akhirnya rombongan Empu Bharadah dan pasukan Kediri sampai di pesisir selatan Desa Lembah Wilis. Di sana rombongan tersebut berhenti sejenak untuk beristirahat dalam persiapan untuk menuju ke Desa Girah. Semua pasukan kemudian menuju Setra Ganda Mayu yang berada di Wilayah Desa Girah.
Spoiler for Mpu Baradhah:
Diceritakan kemudian Ibu Calonarang dirumahnya diiringi oleh para sisyanya semua melakukan penyucian diri dan mengayat atau memuja kehadapan Ida Betari mohon anugrah kesaktian. Mereka memusatkan pikiran dan memanunggalkan bayu atau tenaga, sabda atau suara, dan idep atau pikiran, memuja Ida Betari bersarana sekar manca warna atau bunga warna-warni, dengan disertai asep menyan majegau atau wangi-wangian yang dibakar yang asapnya membubung ke angkasa, seolah-olah menyampaikan niat Ibu Calonarang kehadapan Ida Betari. Semua pekakas dan sarana pengleakan diturunkan dari tempatnya yang pingit atau tempat rahasia, dan masing-masing menggunakannya. Di hadapan mereka juga digelar tetandingan jangkep atau sarana sesajen lengkap sesuai dengan keperluan. Calonarang kemudian mulai memejamkan mata dan memusatkan pikiran. Ia tampak berkomat-kamit mengucapkan mantra sakti memohon anugrah kesaktian dan kesidian kehadapan Hyang Maha Wisesa, dengan harapan Empu Bharadah dan Balayuda Kediri dapat dikalahkan.
Setelah beberapa saat melakukan konsentrasi, maka sampailah pada puncaknya. Raja pengiwa pun telah dibangkitkan dan merasuk ke dalam sukma. Kedigjayaan atau kewisesan telah turun dan masuk ke dalam jiwa raga. Calonarang kemudian bangkit dan berkata kepada semua sisyanya “para sisyaku semuanya, permohonan kita kehadapan Hyang Betari telah terkabulkan dan telah mencapai puncaknya. Kesaktian telah kita bangkitkan semuanya, dan telah merasuk ke dalam jiwa dan raga. Kini saatnya kita bertarung menghadapi Empu Bharadah dan Balayuda Kediri. Kita akan pertahankan harga diri kita. Mampuskan semua orang-orang Kediri yang datang ke sini menyerang. Demikian perintah Calonarang kepada seluruh sisyanya. Suaranya ketika itu telah berubah menjadi besar dan menggema, dan bukan merupakan suaranya yang biasa. Kemudian Calonarangpun tertawa ngakak, dan terdengar menakutkan.
Semua sisya Calonarang telah nyuti rupa atau berubah wujud dan siap menyerang. Ada wujud bojog atau monyet yang siap menggigit, ada kambing siap nyenggot atau menanduk, ada sapi dan kuda yang siap ngajet atau menendang, ada kain kasa atau kain putih panjang yang siap menggulung dan membakar, ada bade atau menara pengusungan mayat yang siap membakar, ada babi bertaring panjang yang siap ngelumbih atau membanting dengan kepala, ada awak belig atau badan licin yang mukanya seperti umah tabuan atau sarang tawon. Ada pula api bergulung-gulung yang siap membakar siapa saja yang menghadang. Semua pasukan leak kemudian keluar dari rumah Calonarang dalam rupa bola api beterbangan, kemudian menuju ke Setra Ganda Mayu tempat perjanjian pertempuran dengan Empu Bharadah dan pasukan Balayuda Kediri.
Melihat pasukan leak dengan beraneka rupa datang, pasukan Kediri menjadi kaget dan was-was dan ada yang ketakutan. Semuanya bersiap-siap dan merapatkan diri. Demikian pula dengan Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal, mereka berdua sangat waspada serta selalu berada di dekat Empu Bharadah untuk mengawalnya.
Empu Bharadah tidak sedikitpun gentar melihat kawanan leak tersebut, bahkan semangat untuk bertempur semakin membara. Sambil juga Empu Bharadah mengucap mantra sakti Pasupati. Dilengkapi pula dengan sarana sesikepan, sesabukan, rerajahan kain, dan pripian tembaga wasa atau lempengan tembaga. Sangat ampuh mantra sakti Pasupati tersebut. Empu Bharadah membawa pusaka sakti berupa sebuah keris yang bernama Kris Jaga Satru.
Spoiler for Ibu Calon Arang Tewas:
Pertarunganpun terjadi dengan sangat seram dan dahsyat antara penguasa ilmu hitam yaitu Calonarang dibantu para sisya atau murid-muridnya dengan penguasa ilmu putih yaitu Empu Bharadah dibantu Pasukan Balayuda Kediri, di Setra Ganda Mayu.
Pertempuran berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi, dan karena ilmu hitam mempunyai kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang hari Ibu Calonarang akhirnya tidak kuat melawan Empu Bharadah
Calonarang terdesak dan sisyanya banyak yang tewas dalam pertempuran melawan Empu Bharadah dan Pasukan Balayuda Kediri. Mengetahui dirinya terdesak, Calonarang seperti biasa segera menggelar kesaktian pengiwanya. Ia segera berubah wujud menjadi seekor burung garuda berbulu emas, melesat ke udara, dan bersembunyi di balik awan. Ketika itu, Empu Bharadah segera masuk ke dalam rumah Calonarang . Didapatinya rumah Calonarang telah kosong, tak ada siapa-siapa. Pasukan Balayuda Kediri mengurung rumah Calonarang.
Empu Bharadah kemudian berteriak : “Hai kau Calonarang pengecut, di mana gerangan engkau bersembunyi. Sudah berwujud apa engkau sekarang, aku akan hadapi. Aku menantangmu, ayolah segera tunjukkan batang hidungmu”. Setelah berkata demikian, tiba-tiba ada jawaban dari angkasa. Rupanya Calonarang sudah bersembunyi dari tadi, tanpa sepengetahuan pasukan Kediri. Calonarang berkata : “Hai kau Empu Bharadah, dimana bersembunyi rajamu. Mendengar ejekan si garuda tersebut dari udara membuat Empu Bharadah menjadi naik darah. Segera Empu Bharadah memerintahkan kepada Ki Kebo Wirang untuk membidikan senjata tersebut ke arah si Garuda Calonarang. Namun ketika itu, Ki Kebo Wirang menjadi kebingungan karena musuh yang akan dibidik tidak kelihatan. Hanya suaranya saja yang berkoar-koar. Ditambah lagi dengan adanya kilat dan guntur yang menggelegar di angkasa. Semakin menyulitkan untuk membidik si Garuda Calonarang.
Menghadapi situasi demikian, Empu Bharadah mencoba untuk memikirkan sebuah daya upaya. Empu Bharadah kemudian memerintahkan kepada Ki Lembu Tal sebagai umpan, agar si garuda mau keluar dari persembunyiannya. Ki Lembu Tal mencoba untuk mencari tempat yang agak terbuka. Mereka menari-nari sambil mengibas-ngibaskan senjatanya ke udara sebagai pertanda menantang. Ki Lembu Tal mengejek si garuda : “Hai engkau Calonarang, kenapa engkau bersembunyi. Ayo turun, akan aku potong lehermu, akan aku cincang engkau, bila perlu aku jadikan burung garuda panggang. Hai kau Calonarang, kalau memang engkau sakti mengapa engkau bersembunyi di tempat yang tinggi begitu. Kalau engkau mau, kau boleh hisap pantatku”. Demikian ejekan Ki Lembu Tal yang tidak senonoh, sambil membuka kainnya dan memperlihatkan pantatnya ke arah datangnya suara Calonarang.
Mendengar dan melihat ejekan Ki Lembu Tal, menyebabkan Calonarang menjadi naik darah, dan segera keluar dari persembunyiannya. Si garuda Calonarang dengan secepat kilat terbang dan menyambar Ki Lembu Tal. Pada saat si garuda terbang menyambar Ki Lembu Tal, ketika itu pula Empu Bharadah membidikkan senjata pusaka Jaga Satru dan menembakkannya ke arah sang garuda. Si garuda jelmaan Calonarang tersebut terkena tembakan senjata Jaga Satru dan jatuh tersungkur ke tanah. Segera si garuda mengambil wujud kembali menjadi manusia sosok Calonarang. Ratu Leak Calonarang yang sakti mandraguna tidak berdaya dengan kesaktian senjata pusaka Jaga Satru Empu Bharadah. Semua pasukan Balayuda Kediri segera mendekati Calonarang yang tidak berdaya dan kemudian Calonarang menghembuskan nafas terakhir di Setra Ganda Mayu.
Dengan meninggalnya Ibu Calonarang maka bencana gerubug (wabah) yang melanda Kerajaan Kediri bisa teratasi.
Pertempuran berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi, dan karena ilmu hitam mempunyai kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang hari Ibu Calonarang akhirnya tidak kuat melawan Empu Bharadah
Calonarang terdesak dan sisyanya banyak yang tewas dalam pertempuran melawan Empu Bharadah dan Pasukan Balayuda Kediri. Mengetahui dirinya terdesak, Calonarang seperti biasa segera menggelar kesaktian pengiwanya. Ia segera berubah wujud menjadi seekor burung garuda berbulu emas, melesat ke udara, dan bersembunyi di balik awan. Ketika itu, Empu Bharadah segera masuk ke dalam rumah Calonarang . Didapatinya rumah Calonarang telah kosong, tak ada siapa-siapa. Pasukan Balayuda Kediri mengurung rumah Calonarang.
Empu Bharadah kemudian berteriak : “Hai kau Calonarang pengecut, di mana gerangan engkau bersembunyi. Sudah berwujud apa engkau sekarang, aku akan hadapi. Aku menantangmu, ayolah segera tunjukkan batang hidungmu”. Setelah berkata demikian, tiba-tiba ada jawaban dari angkasa. Rupanya Calonarang sudah bersembunyi dari tadi, tanpa sepengetahuan pasukan Kediri. Calonarang berkata : “Hai kau Empu Bharadah, dimana bersembunyi rajamu. Mendengar ejekan si garuda tersebut dari udara membuat Empu Bharadah menjadi naik darah. Segera Empu Bharadah memerintahkan kepada Ki Kebo Wirang untuk membidikan senjata tersebut ke arah si Garuda Calonarang. Namun ketika itu, Ki Kebo Wirang menjadi kebingungan karena musuh yang akan dibidik tidak kelihatan. Hanya suaranya saja yang berkoar-koar. Ditambah lagi dengan adanya kilat dan guntur yang menggelegar di angkasa. Semakin menyulitkan untuk membidik si Garuda Calonarang.
Menghadapi situasi demikian, Empu Bharadah mencoba untuk memikirkan sebuah daya upaya. Empu Bharadah kemudian memerintahkan kepada Ki Lembu Tal sebagai umpan, agar si garuda mau keluar dari persembunyiannya. Ki Lembu Tal mencoba untuk mencari tempat yang agak terbuka. Mereka menari-nari sambil mengibas-ngibaskan senjatanya ke udara sebagai pertanda menantang. Ki Lembu Tal mengejek si garuda : “Hai engkau Calonarang, kenapa engkau bersembunyi. Ayo turun, akan aku potong lehermu, akan aku cincang engkau, bila perlu aku jadikan burung garuda panggang. Hai kau Calonarang, kalau memang engkau sakti mengapa engkau bersembunyi di tempat yang tinggi begitu. Kalau engkau mau, kau boleh hisap pantatku”. Demikian ejekan Ki Lembu Tal yang tidak senonoh, sambil membuka kainnya dan memperlihatkan pantatnya ke arah datangnya suara Calonarang.
Mendengar dan melihat ejekan Ki Lembu Tal, menyebabkan Calonarang menjadi naik darah, dan segera keluar dari persembunyiannya. Si garuda Calonarang dengan secepat kilat terbang dan menyambar Ki Lembu Tal. Pada saat si garuda terbang menyambar Ki Lembu Tal, ketika itu pula Empu Bharadah membidikkan senjata pusaka Jaga Satru dan menembakkannya ke arah sang garuda. Si garuda jelmaan Calonarang tersebut terkena tembakan senjata Jaga Satru dan jatuh tersungkur ke tanah. Segera si garuda mengambil wujud kembali menjadi manusia sosok Calonarang. Ratu Leak Calonarang yang sakti mandraguna tidak berdaya dengan kesaktian senjata pusaka Jaga Satru Empu Bharadah. Semua pasukan Balayuda Kediri segera mendekati Calonarang yang tidak berdaya dan kemudian Calonarang menghembuskan nafas terakhir di Setra Ganda Mayu.
Dengan meninggalnya Ibu Calonarang maka bencana gerubug (wabah) yang melanda Kerajaan Kediri bisa teratasi.
Bersambung....
Spoiler for TS Mengharap:
Lanjutan: Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 4
Sebelumnya:
Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 1
Misteri Kitab Sihir Calon Arang Part 2
Diubah oleh Calestial 03-12-2013 16:50
nona212 memberi reputasi
1
4.8K
Kutip
18
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan