- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hanibal Barca Sang Jendral Kartago Panakluk Romawi
TS
bangdon188
Hanibal Barca Sang Jendral Kartago Panakluk Romawi
Mungkin belum banyak yang mengenal namanya tapi dia adalah salah satu jendral terbesar dalam sejarah, Salah satu diantara beberapa orang yang mampu mengalahkan Romawai.
Walaupun namanya terdengar asing bagi sebagian besar orang tapi dia adalah salah satu panutan bagi petinggi militer dimasa sekarang.
Baiklah langsuing saja kita mulai
Terima kasih uda mampir gan
Kalo berkenan bisa bantu
dan kalo agan merasa ini bermanfaat bisa donk bagi
Walaupun namanya terdengar asing bagi sebagian besar orang tapi dia adalah salah satu panutan bagi petinggi militer dimasa sekarang.
Baiklah langsuing saja kita mulai
Spoiler for Profil singkat Hanibal Barca:
Barca yang artinya kilat, serumpun dengan Baraq, kata lain yang mirip di bahasa Semitik /arab. Dia adalah seorang pemimpin militer di perang Punic II dan seorang politisi serta salah satu pemimpin perang terhebat sepanjang sejarah. Dia hidup saat waktu tegang di Mediterania, ketika Romawi membangun kekuatannya melewati kekuatan besar lain seperti Kartago, Macedonia, Syracuse, dan kerajaan Seleucid. Dia adalah salah satu pemimpin Kartago yang paling terkenal.
Spoiler for latar belakang sejarah:
Spoiler for Ilustrasi:
Spoiler for cerita:
Pada tahun 264 SM, Kartago adalah kota pelabuhan besar yang terletak di pantai Tunisia modern. Didirikan oleh bangsa Fenisia pada pertengahan abad ke-9 SM, Kartago merupakan negara-kota yang kuat. Di Mediterania Barat, hanya Republik Romawi yang dapat menyaingi kekuasaan, kekayaan dan populasi Kartago. Sementara angkatan laut Kartago merupakan yang terbesar di dunia kuno pada saat itu, Kartago tidak memiliki angkatan bersenjata yang besar dan permanen, namun bergantung pada tentara bayaran, menyewanya untuk peperangan. Namun, kebanyakan perwira yang mengkomandokan tentara adalah penduduk Kartago. Kartago terkenal akan kemampuan mereka sebagai pelaut, dan tidak seperti angkatan bersenjata mereka, banyak bangsa Kartago dari kelas bawah bekerja di angkatan laut, yang menyediakan karier dan pendapatan yang cukup.
Pada tahun itu juga, Republik Romawi telah menguasai semenanjung Italia di sebelah selatan sungai Po. Tidak seperti Kartago, Romawi memiliki angkatan bersenjata besar yang sebagian besar terdiri dari penduduk Romawi. Penduduk kelas bawah atau plebeius biasanya menjadi serdadu di legiun Romawi, sementara penduduk kelas atas atau patricius menjadi perwira. Di sisi lain, pada awal Perang Punisia Pertama, Republik Romawi tidak memiliki angkatan laut dan menjadi kelemahan mereka, hingga mereka mulai membentuk angkatan laut mereka sendiri selama perang.
Pada tahun itu juga, Republik Romawi telah menguasai semenanjung Italia di sebelah selatan sungai Po. Tidak seperti Kartago, Romawi memiliki angkatan bersenjata besar yang sebagian besar terdiri dari penduduk Romawi. Penduduk kelas bawah atau plebeius biasanya menjadi serdadu di legiun Romawi, sementara penduduk kelas atas atau patricius menjadi perwira. Di sisi lain, pada awal Perang Punisia Pertama, Republik Romawi tidak memiliki angkatan laut dan menjadi kelemahan mereka, hingga mereka mulai membentuk angkatan laut mereka sendiri selama perang.
Spoiler for Perang Punisia:
[/spoiler=ilustrasi]
Spoiler for Cerita:
Perang Punisia adalah peperangan yang terjadi antara Romawi dengan Kartago antara tahun 264 hingga 146 SM,[1] dan merupakan perang terbesar di dunia kuno.[2] Kata Punisia sendiri berasar dari kata Punici, yang memiliki arti Bangsa Fenisia dalam bahasa Latin.
Perang ini terjadi akibat adanya keinginan Republik Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli) hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kerajaan Kartago. Pertempuran berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan Republik Romawi pada Perang Punisia I, Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga akhirnya pada Perang Punisia III, Republik Romawi berhasil menghancurkan Kartago dan menghancurkan ibukotanya, sehingga menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania bagian barat.
Perang ini terjadi akibat adanya keinginan Republik Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli) hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kerajaan Kartago. Pertempuran berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan Republik Romawi pada Perang Punisia I, Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga akhirnya pada Perang Punisia III, Republik Romawi berhasil menghancurkan Kartago dan menghancurkan ibukotanya, sehingga menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania bagian barat.
Spoiler for Perang Punisai 1:
Pada Perang Punisia Pertama (264 SM – 241 SM) pertempuran bukan hanya terjadi di daratan (Sisilia dan Afrika), namun juga di laut Mediterania. Beberapa perang laut yang besar juga terjadi. Perang ini berlangsung dengan sengit hingga akhirnya Republik Romawi menang dan menaklukan Sisilia setelah mengalahkan Kartago dalam Pertempuran Kepulauan Aegates yang mengakhiri perang ini. Akibat kekalahannya, selain harus menandatangani perjanjian yang merugikan dengan Romawi, Kartago juga mengalami guncangan politik maupun militer, sehingga Romawi akhirnya dengan mudah merebut Sardinia dan Korsika dari Kartago, ketika Kartago terjerumus ke dalam perang tentara bayaran.
Spoiler for perang punisia 2:
Pada Perang Punisia Kedua (218 SM – 202 SM), pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal menyeberangi Laut Mediterania, menyusuri Semenanjung Iberia-dimana dia berhasil menaklukkannya untuk meluaskan kekuasaan Kartago di Iberia. Kemudian, Hannibal melewati daerah Galia, dimana dia berhasil mendapatkan banyak pasukan bayaran. Hannibal dan pasukannya lalu bergerak menuju Pegunungan Alpen untuk menyerang Roma dari utara, sebagai upaya untuk menghindari hadangan Republik Romawi jika melewati daerah pesisir. Hannibal berhasil memenangkan sejumlah pertempuran dahsyat di daratan Italia, seperti Pertempuran Trebia, Pertempuran Danau Trasimene dan Pertempuran Cannae. Tiga pertempuran ini menjadi kejeniusan Hannibal dalam menghadapi pasukan Romawi yang jumlanya lebih banyak.
Pada tahun 219 SM, Romawi memutuskan untuk berperang dengan bangsa Kartago yang terus-menerus mengganggu koloni Romawi di Spanyol. Tetapi sebelum Roma mengirimkan pasukannya ke tanah Spanyol, Hannibal, Jenderal Kartago berusia 28 tahun, pimpinan tertinggi pasukan Kartago sudah mendahului dengan memimpin pasukannya menuju Roma. Hannibal memilih rute yang tidak diduga oleh Roma dengan melewati pegunungan Alpen. Rute yang sulit dan berbahaya. Disinilah Roma tidak menyangkanya sama sekali bahwa Hannibal berani mengambil rute berbahaya tersebut. Alhasil, tidak ada penjagaan di area tersebut sehingga serbuan pasukan Kartago-Hannibal tidak tertahankan lagi.
Walaupun begitu akibat memilih rute yang sulit pasukan Kartago yang semula berjumlah 40.000 pasukan menyusut menjadi 20.000 infanteri, 6000 kavaleri dan 38 gajah. Hannibal sadar bahwa ini merupakan saat-saat yang kritis bagi dirinya dan pasukannya. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Romawi menyiapkan pasukan yang berkekuatan hampir 500.000 orang. Pasukan ini adalah petarung yang disiplin dan ditakuti di dunia saat itu. Apalagi sebagian besar dari pasukan tersebut adalah veteran yang pernah mengalahkan Kartago pada perang Punic I.
Setelah beberapa kali terjadi pertempuran kecil, sebuah pasukan besar di bawah pimpinan Konsul Sempronius Longus bersiap-siap bertempur langsung dengan pasukan Kartago di dekat sungai Trebia. Tetapi Hannibal tidak mau bertempur langsung dengan Sempronius. Ia melakukan hal yang aneh. Kavaleri ringannya dikerahkan menyeberangi sungai seolah- olah ingin menyerang tetapi mundur kembali. Hal ini dilakukan oleh Hannibal berulang kali sehingga Sempronius terbakar emosinya dan memutuskan untuk melakukan pengejaran. Sempronius membawa keseluruhan pasukannya menyeberangi sungai Trebia. Penyeberangan ini berlangsung selama berjam-jam dan sangat melelahkan. Pada akhirnya, kedua pasukan bertemu persis di sebelah barat sungai.
Pada awal pertempuran, pasukan Sempronius terlihat keunggulannya. Akan tetapi, di salah satu sisi, barisan Romawi yang terdiri dari suku Gallic tiba-tiba buyar. Penyebabnya adalah Hannibal melepaskan sejumlah gajah perangnya yang ditunggangi oleh para pemanah. Suku Gallic yang belum pernah melihat binatang sebesar itu panik dan lari tunggang langgang. Situasi kacau ini ditambah dengan kemunculan tiba-tiba sekitar 2000 pasukan kavaleri Kartago dari balik hutan yang berada dekat dengan sungai menyerang bagian belakang pasukan Romawi. Pasukan Romawi berusaha melawan tetapi kepungan itu membuat ribuan pasukan Romawi tewas tenggelam dalam sungai Trebia yang dingin.
Kekalahan ini menimbulkan kegemparan di ibukota. Segera disiagakan Legiun (infanteri berat Romawi) untuk menahan serbuan Kartago. Tetapi melalui sebuah penyergapan yang cerdik, Hannibal menghancurkan sebuah pasukan Romawi di dekat danau Trasimene. Akhirnya pemerintah pusat Romawi menunjuk seorang diktator untuk memimpin mereka melalui krisis tersebut. Terpilihlah Fabius Maximus menjadi diktatur Romawi. Maximus memilih untuk tidak melakukan pertempuran langsung. Ia hanya menempatkan pasukannya di wilayah pegunungan dimana pasukan Kartago tidak akan berani menyerang. Ia juga hanya melakukan taktik gerilya mengingat masih rapuhnya mental pasukan Romawi terhadap kekalahan dari pasukan Kartago.
Walaupun taktik Maximus efektif, mayoritas warga Romawi menyatakan ketidakpuasannya. Mereka menganggap taktik itu memalukan reputasi Romawi sebagai bangsa yang kuat saat itu. Ketidakpuasan ini dipakai oleh Hannibal. Ketika menyerang desa atau kota-kota romawi, Hannibal sengaja tidak merusak harta benda milik keluarga Maximus. Hal ini semakin mengundang kecurigaan warga Romawi terhadap taktik Maximus.
Setelah menghancurkan Apulia, Hannibal memasuki wilayah subur Campania. Fabius yang mengenal baik wilayah itu memutuskan untuk mengakhiri petualangan Hannibal. Dalam pengamatannya, Fabius melihat bahwa Hannibal tidak pernah memilih jalan keluar sama dengan jalan masuk. Walaupun begitu, Fabius tetap menempatkan pasukan yang besar di sekitar Allifae, tempat dimana Hannibal masuk ke Campania. Sementara pasukan Romawi lainnya disebar ke celah-celah yang mungkin akan dilalui oleh Hannibal. Fabius menutup jalur keluar pasukan Hannibal. Ia berpikir begitu stok makanan pasukan Hannibal habis, mereka akan berusaha menerobos.
Minggu-minggu berikutnya, Hannibal mengerahkan kavalerinya kearah utara menjarah ladang subur di wilayah tersebut. Maximus mengetahui siasat Hannibal yang menginginkan dirinya mendatangi Hannibal. Maximus tetap menunggu dan tidak menyerang. Pada suatu malam, pasukan Romawi yang menjaga wilayah Allifae melihat pemandangan yang menciutkan nyali mereka. Sebuah pasukan yang luar biasa besar, yang tampak dari puluhan ribu obornya, menuju ke arah pasukan Romawi. Pasukan tersebut bergerak cepat diiringi dengan teriakan-teriakan aneh seperti sedang dirasuki setan. Pasukan Romawi yang tidak menyangka bahwa kekuatan pasukan Hannibal demikian besar memutuskan lari meninggalkan pos pertahanan mereka tanpa bertempur sedikit pun. Pasukan Hannibal pun berhasil keluar dari kepungan pasukan Maximus.
Maximus dan pemimpin-pemimpin Romawi lainnya tidak pernah sanggup menerka apa yang diperbuat oleh Hannibal pada malam itu. Fabius Maximus pun kehilangan kekuasaannya. Konsul Terentius Varro memimpin pasukan Romawi untuk membalas penghinaan di Allifae. Pasukan Varro mendatangi pasukan Hannibal yang sedang berkemah di sekitar Cannae, tidak jauh dari wilayah yang sekarang menjadi kota Bari. Varro sangat yakin akan peluangnya. Medan terbuka, musuh kelihatan jelas dan jumlah pasukan yang lebih besar dari pasukan Hannibal. Pertempuran bersejarah Cannae pun dimulai. Seperti biasa, pasukan Romawi menguasai jalannya pertempuran. Barisan tengah pasukan Hannibal sangat lemah dan mudah mengalah. Varro pun mengarahkan seluruh kekuatan Romawi menggempur barisan tengah pasukan Hannibal. Serbuan ini menyebabkan barisan pasukan Hannibal melengkung seperti busur panah sehingga pasukan Romawi seperti menumpuk di tengah. Inilah yang diinginkan oleh Hannibal, ia segera melepas ujung luar pasukannya yang terdiri dari pasukan gajah dan berkuda Afrika menghimpit pasukan Romawi. Situasi berubah menjadi ladang pembantaian pasukan Romawi. Pertempuran Cannae tercatat sebagai sejarah kekalahan Romawi paling menghancurkan dan memalukan.
Ekspedisi Hannibal di Romawi sendiri berlangsung sekitar 6 tahun. Selama itu ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah pusat Kartago dan hanya mengandalkan suplai dari wilayah-wilayah Roma yang berhasil direbutnya. Walaupun akhirnya Hannibal tidak pernah berhasil menghancurkan Romawi, ia dan pasukannya telah meraih reputasi mengerikan. Walaupun memiliki pasukan dan persediaan yang melimpah, pasukan Romawi selalu berusaha menghindar melakukan pertempuran langsung dengan Hannibal. Pertempuran Zama adalah akhir dari kejayaan Hannibal dan bangsa Kartago. Dalam pertempuran tersebut pasukan Kartago berhasil dikalahkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Jenderal Scipio Africanus.
Kekalahan itu memaksa Senat Kartago untuk mengirim dia ke pengasingan. Selama pengasingan ini, dia tinggal di Istana Seleucid, dimana dia bertindak sebagai penasihat militer Antiochus III saat perangnya melawan Romawi. Karena kekalahannya di pertarungan maritim, Hannibal melarikan diri lagi, kali ini ke Istana Bithynian. Ketika Romawi meminta dia menyerah, Hannibal memilih mengakhiri hidupnya dengan minum racun. Kematiannya diperkirakan terjadi sekitar tahun 183 SM di desa Bithynian, Libyssa (sekarang masuk wilayah Maroko).
Meski Hannibal berhasil mengalahkan Romawi di daratan Italia, serta beberapa aliansi Republik Romawi terutama daerah Italia bagian selatan menjadi berpihak kepada Hannibal, tetapi itu tidak cukup untuk menaklukkan Roma, selain pasukan Hannibal dirasakan kurang cukup untuk menaklukkan Roma, juga karena Republik Romawi masih didukung oleh sebagian besar aliansi-aliansinya.
Republik Romawi yang berhasil bangkit, balik menyerang daerah yang dikuasai Kerajaan Kartago, yaitu Hispania dan Sisila. Republik Romawi juga mulai menyerang daerah Yunani-aliansi Kerajaan Kartago. Penyerbuan ke Hispania dipimpin oleh Scipio Africanus. Scipio berhasil menaklukan Hispania untuk Republik Romawi setelah melalui banyak perang, diantaranya Pertempuran Ilipa. Setelah Hispania, Romawi mulai menuju benua Afrika. Hannibal yang masih di Italia ditarik kembali oleh Kerajaan Kartago untuk melindungi dari serangan Romawi. Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Scipio, dengan bantuan dari Numidia yang dipimpin oleh Masinissa dan pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal akhirnya berperang dalam sebuah pertempuran di Zama. Pasukan Kartago mengalami kekalahan telak dalam pertempuran ini. Kekaisaran Kartago kembali harus menandatangani perjanjian yang kali ini membuat Kerajaan Kartago menjadi benar-benar melemah. Hal ini dibuktikan dengan menghilangnya wilayah kekuasaan Kartago, sehingga hanya menyisakan kota Kartago. Isi perjanjian yang lain adalah tidak boleh melakukan peperangan dengan siapa saja dengan alasan apapun dan harus membayar upeti ke Republik Romawi sampai 50 tahun mendatang.
Pada tahun 219 SM, Romawi memutuskan untuk berperang dengan bangsa Kartago yang terus-menerus mengganggu koloni Romawi di Spanyol. Tetapi sebelum Roma mengirimkan pasukannya ke tanah Spanyol, Hannibal, Jenderal Kartago berusia 28 tahun, pimpinan tertinggi pasukan Kartago sudah mendahului dengan memimpin pasukannya menuju Roma. Hannibal memilih rute yang tidak diduga oleh Roma dengan melewati pegunungan Alpen. Rute yang sulit dan berbahaya. Disinilah Roma tidak menyangkanya sama sekali bahwa Hannibal berani mengambil rute berbahaya tersebut. Alhasil, tidak ada penjagaan di area tersebut sehingga serbuan pasukan Kartago-Hannibal tidak tertahankan lagi.
Walaupun begitu akibat memilih rute yang sulit pasukan Kartago yang semula berjumlah 40.000 pasukan menyusut menjadi 20.000 infanteri, 6000 kavaleri dan 38 gajah. Hannibal sadar bahwa ini merupakan saat-saat yang kritis bagi dirinya dan pasukannya. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Romawi menyiapkan pasukan yang berkekuatan hampir 500.000 orang. Pasukan ini adalah petarung yang disiplin dan ditakuti di dunia saat itu. Apalagi sebagian besar dari pasukan tersebut adalah veteran yang pernah mengalahkan Kartago pada perang Punic I.
Setelah beberapa kali terjadi pertempuran kecil, sebuah pasukan besar di bawah pimpinan Konsul Sempronius Longus bersiap-siap bertempur langsung dengan pasukan Kartago di dekat sungai Trebia. Tetapi Hannibal tidak mau bertempur langsung dengan Sempronius. Ia melakukan hal yang aneh. Kavaleri ringannya dikerahkan menyeberangi sungai seolah- olah ingin menyerang tetapi mundur kembali. Hal ini dilakukan oleh Hannibal berulang kali sehingga Sempronius terbakar emosinya dan memutuskan untuk melakukan pengejaran. Sempronius membawa keseluruhan pasukannya menyeberangi sungai Trebia. Penyeberangan ini berlangsung selama berjam-jam dan sangat melelahkan. Pada akhirnya, kedua pasukan bertemu persis di sebelah barat sungai.
Pada awal pertempuran, pasukan Sempronius terlihat keunggulannya. Akan tetapi, di salah satu sisi, barisan Romawi yang terdiri dari suku Gallic tiba-tiba buyar. Penyebabnya adalah Hannibal melepaskan sejumlah gajah perangnya yang ditunggangi oleh para pemanah. Suku Gallic yang belum pernah melihat binatang sebesar itu panik dan lari tunggang langgang. Situasi kacau ini ditambah dengan kemunculan tiba-tiba sekitar 2000 pasukan kavaleri Kartago dari balik hutan yang berada dekat dengan sungai menyerang bagian belakang pasukan Romawi. Pasukan Romawi berusaha melawan tetapi kepungan itu membuat ribuan pasukan Romawi tewas tenggelam dalam sungai Trebia yang dingin.
Kekalahan ini menimbulkan kegemparan di ibukota. Segera disiagakan Legiun (infanteri berat Romawi) untuk menahan serbuan Kartago. Tetapi melalui sebuah penyergapan yang cerdik, Hannibal menghancurkan sebuah pasukan Romawi di dekat danau Trasimene. Akhirnya pemerintah pusat Romawi menunjuk seorang diktator untuk memimpin mereka melalui krisis tersebut. Terpilihlah Fabius Maximus menjadi diktatur Romawi. Maximus memilih untuk tidak melakukan pertempuran langsung. Ia hanya menempatkan pasukannya di wilayah pegunungan dimana pasukan Kartago tidak akan berani menyerang. Ia juga hanya melakukan taktik gerilya mengingat masih rapuhnya mental pasukan Romawi terhadap kekalahan dari pasukan Kartago.
Walaupun taktik Maximus efektif, mayoritas warga Romawi menyatakan ketidakpuasannya. Mereka menganggap taktik itu memalukan reputasi Romawi sebagai bangsa yang kuat saat itu. Ketidakpuasan ini dipakai oleh Hannibal. Ketika menyerang desa atau kota-kota romawi, Hannibal sengaja tidak merusak harta benda milik keluarga Maximus. Hal ini semakin mengundang kecurigaan warga Romawi terhadap taktik Maximus.
Setelah menghancurkan Apulia, Hannibal memasuki wilayah subur Campania. Fabius yang mengenal baik wilayah itu memutuskan untuk mengakhiri petualangan Hannibal. Dalam pengamatannya, Fabius melihat bahwa Hannibal tidak pernah memilih jalan keluar sama dengan jalan masuk. Walaupun begitu, Fabius tetap menempatkan pasukan yang besar di sekitar Allifae, tempat dimana Hannibal masuk ke Campania. Sementara pasukan Romawi lainnya disebar ke celah-celah yang mungkin akan dilalui oleh Hannibal. Fabius menutup jalur keluar pasukan Hannibal. Ia berpikir begitu stok makanan pasukan Hannibal habis, mereka akan berusaha menerobos.
Minggu-minggu berikutnya, Hannibal mengerahkan kavalerinya kearah utara menjarah ladang subur di wilayah tersebut. Maximus mengetahui siasat Hannibal yang menginginkan dirinya mendatangi Hannibal. Maximus tetap menunggu dan tidak menyerang. Pada suatu malam, pasukan Romawi yang menjaga wilayah Allifae melihat pemandangan yang menciutkan nyali mereka. Sebuah pasukan yang luar biasa besar, yang tampak dari puluhan ribu obornya, menuju ke arah pasukan Romawi. Pasukan tersebut bergerak cepat diiringi dengan teriakan-teriakan aneh seperti sedang dirasuki setan. Pasukan Romawi yang tidak menyangka bahwa kekuatan pasukan Hannibal demikian besar memutuskan lari meninggalkan pos pertahanan mereka tanpa bertempur sedikit pun. Pasukan Hannibal pun berhasil keluar dari kepungan pasukan Maximus.
Maximus dan pemimpin-pemimpin Romawi lainnya tidak pernah sanggup menerka apa yang diperbuat oleh Hannibal pada malam itu. Fabius Maximus pun kehilangan kekuasaannya. Konsul Terentius Varro memimpin pasukan Romawi untuk membalas penghinaan di Allifae. Pasukan Varro mendatangi pasukan Hannibal yang sedang berkemah di sekitar Cannae, tidak jauh dari wilayah yang sekarang menjadi kota Bari. Varro sangat yakin akan peluangnya. Medan terbuka, musuh kelihatan jelas dan jumlah pasukan yang lebih besar dari pasukan Hannibal. Pertempuran bersejarah Cannae pun dimulai. Seperti biasa, pasukan Romawi menguasai jalannya pertempuran. Barisan tengah pasukan Hannibal sangat lemah dan mudah mengalah. Varro pun mengarahkan seluruh kekuatan Romawi menggempur barisan tengah pasukan Hannibal. Serbuan ini menyebabkan barisan pasukan Hannibal melengkung seperti busur panah sehingga pasukan Romawi seperti menumpuk di tengah. Inilah yang diinginkan oleh Hannibal, ia segera melepas ujung luar pasukannya yang terdiri dari pasukan gajah dan berkuda Afrika menghimpit pasukan Romawi. Situasi berubah menjadi ladang pembantaian pasukan Romawi. Pertempuran Cannae tercatat sebagai sejarah kekalahan Romawi paling menghancurkan dan memalukan.
Ekspedisi Hannibal di Romawi sendiri berlangsung sekitar 6 tahun. Selama itu ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah pusat Kartago dan hanya mengandalkan suplai dari wilayah-wilayah Roma yang berhasil direbutnya. Walaupun akhirnya Hannibal tidak pernah berhasil menghancurkan Romawi, ia dan pasukannya telah meraih reputasi mengerikan. Walaupun memiliki pasukan dan persediaan yang melimpah, pasukan Romawi selalu berusaha menghindar melakukan pertempuran langsung dengan Hannibal. Pertempuran Zama adalah akhir dari kejayaan Hannibal dan bangsa Kartago. Dalam pertempuran tersebut pasukan Kartago berhasil dikalahkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Jenderal Scipio Africanus.
Kekalahan itu memaksa Senat Kartago untuk mengirim dia ke pengasingan. Selama pengasingan ini, dia tinggal di Istana Seleucid, dimana dia bertindak sebagai penasihat militer Antiochus III saat perangnya melawan Romawi. Karena kekalahannya di pertarungan maritim, Hannibal melarikan diri lagi, kali ini ke Istana Bithynian. Ketika Romawi meminta dia menyerah, Hannibal memilih mengakhiri hidupnya dengan minum racun. Kematiannya diperkirakan terjadi sekitar tahun 183 SM di desa Bithynian, Libyssa (sekarang masuk wilayah Maroko).
Meski Hannibal berhasil mengalahkan Romawi di daratan Italia, serta beberapa aliansi Republik Romawi terutama daerah Italia bagian selatan menjadi berpihak kepada Hannibal, tetapi itu tidak cukup untuk menaklukkan Roma, selain pasukan Hannibal dirasakan kurang cukup untuk menaklukkan Roma, juga karena Republik Romawi masih didukung oleh sebagian besar aliansi-aliansinya.
Republik Romawi yang berhasil bangkit, balik menyerang daerah yang dikuasai Kerajaan Kartago, yaitu Hispania dan Sisila. Republik Romawi juga mulai menyerang daerah Yunani-aliansi Kerajaan Kartago. Penyerbuan ke Hispania dipimpin oleh Scipio Africanus. Scipio berhasil menaklukan Hispania untuk Republik Romawi setelah melalui banyak perang, diantaranya Pertempuran Ilipa. Setelah Hispania, Romawi mulai menuju benua Afrika. Hannibal yang masih di Italia ditarik kembali oleh Kerajaan Kartago untuk melindungi dari serangan Romawi. Pasukan Romawi yang dipimpin oleh Scipio, dengan bantuan dari Numidia yang dipimpin oleh Masinissa dan pasukan Kartago yang dipimpin oleh Hannibal akhirnya berperang dalam sebuah pertempuran di Zama. Pasukan Kartago mengalami kekalahan telak dalam pertempuran ini. Kekaisaran Kartago kembali harus menandatangani perjanjian yang kali ini membuat Kerajaan Kartago menjadi benar-benar melemah. Hal ini dibuktikan dengan menghilangnya wilayah kekuasaan Kartago, sehingga hanya menyisakan kota Kartago. Isi perjanjian yang lain adalah tidak boleh melakukan peperangan dengan siapa saja dengan alasan apapun dan harus membayar upeti ke Republik Romawi sampai 50 tahun mendatang.
Spoiler for Perang punisia 3:
Pada Perang Punisia Ketiga diwarnai dengan penyerangan Kekaisaran Roma langsung ke jantung Kekaisaran Kartago, Kota Kartago, pada tahun 149 SM – 146 SM. Dilatar belakangi oleh seringnya bangsa Numidia melakukan penjarahan di daerah Kartago, Kartago mulai melawan, yang berarti adalah perang. Republik Romawi yang mengetahui Kartago melanggar janji, memutuskan untuk menyerang Kartago. Selama hampir tiga tahun, Republik Romawi menghadapi perlawanan hebat dari Kartago. Namun, Republik Romawi pada akhirnya menang berhasil menghancurkan Kota Kartago, sekaligus menandai runtuhnya Kekaisaran Kartago. Para penduduk kota Kartago, hampir semuanya dijual sebagai budak.
Pada selang waktu antara akhir Perang Punisia Kedua dengan awal Punisia Ketiga, Republik Romawi berusaha memperluas wilayah menuju daerah peradaban Helenistik, yaitu dengan Kerajaan Seleukus, Makedonia, serta wilayah Illyria.
Hannibal juga disebut sebagai salah satu jenderal terbesar sepanjang sejarah. Ahli sejarah militer, Theodore Ayrault Dodge bahkan menyebut Hannibal sebagai “Bapak dari strategi”, karena musuh terbesarnya yaitu Romawi, mengadopsi beberapa taktik militer Hannibal didalam taktik mereka sendiri. Pujian ini menyebabkan dia mendapat reputasi yang kuat di dunia masa kini dan dia juga dikenal sebagai “pemberi strategi” oleh orang-orang seperti Napoleon Bonaparte dan Bangsawan dari Wellington. Kisah hidupnya juga menjadi dasar dari beberapa film dan dokumentasi.
Pada selang waktu antara akhir Perang Punisia Kedua dengan awal Punisia Ketiga, Republik Romawi berusaha memperluas wilayah menuju daerah peradaban Helenistik, yaitu dengan Kerajaan Seleukus, Makedonia, serta wilayah Illyria.
Hannibal juga disebut sebagai salah satu jenderal terbesar sepanjang sejarah. Ahli sejarah militer, Theodore Ayrault Dodge bahkan menyebut Hannibal sebagai “Bapak dari strategi”, karena musuh terbesarnya yaitu Romawi, mengadopsi beberapa taktik militer Hannibal didalam taktik mereka sendiri. Pujian ini menyebabkan dia mendapat reputasi yang kuat di dunia masa kini dan dia juga dikenal sebagai “pemberi strategi” oleh orang-orang seperti Napoleon Bonaparte dan Bangsawan dari Wellington. Kisah hidupnya juga menjadi dasar dari beberapa film dan dokumentasi.
Spoiler for sumber:
http://ndorogurumutan.wordpress.com/2012/04/20/hannibal-panglima-perang-carthago/
Terima kasih uda mampir gan
Kalo berkenan bisa bantu
dan kalo agan merasa ini bermanfaat bisa donk bagi
jomblim dan 3 lainnya memberi reputasi
4
7K
Kutip
7
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan