- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pegawai PLN Tewas Dibantai Di Medan


TS
Pitung.Kw
Pegawai PLN Tewas Dibantai Di Medan
Quote:
egawai PLN Tewas Dibantai 6 Rampok
Terjadi 500 Meter dari Poldasu
MEDAN-PM
Bertepatan dengan seringnya pemadaman listrik, seorang pegawai PLN tewas dibantai 6 perampok bersenjata tajam. Nasib naas ini menimpa Heri Parianto Sirait (22), warga Jl. Garu VIII, Gang Serasi, Kel. Harjosari I, Kec. Medan Amplas.
Sepertinya aksi kejahatan makin mengganas saja di Medan. Betapa tidak, belum juga terungkap kasus perampokan tiga toko emas yang terjadi belum lama ini, Jumat (27/9) sekitar pukul 4.30 WIB, kawanan penjahat jalanan itu kembali beraksi. Ironisnya, mereka tak hanya menggasak harta benda, tapi nyawa korban juga turut dihabisi. Mirisnya lagi, aksi sadis ini terjadi di depan Trakindo Jl. SM Raja KM 9,5 Medan, atau sekitar 500 meter dari Poldasu. Info yang dihimpun POSMETRO MEDAN, sebelum berangkat kerja, Heri lebih dulu mampir ke rumah teman sekaligus tetangganya, Ronald Simorangkir (21).
Setiba di sana, Heri minta tolong agar sohibnya itu mau menemaninya bekerja. “Pagi itu aku masih tidur. Heri datang ke rumahku dan minta tolong ditemani kerja. Karena kami kompak dari kecil, maka akupun mengawaninya,” kenang Ronald. Singkat cerita, kedua sekawan ini pun melesat berboncengan mengendarai Honda Supra X 125 warna merah BK 4775 ADD milik Heri. Tapi naas, saat melintas di lokasi yang kala itu kondisinya sangat sepi, keduanya tiba-tiba dipepet 2 pengendara sepeda motor jenis Satria FU warna merah hitam lis putih. “Kami disuruh berhenti, setelah itu seorang pengendara turun dari kreta Satria FU tersebut dengan menggenggam pisau. Pelaku minta Hari menyerahkan keretanya,” kenang Ronald. Tak mau mati konyol, Ronald sempat mengajak Heri kabur.
“Sudah aku bilang sama dia untuk kabur saja. Tapi dia tak mau. Sebab, tidak lama berselang, 4 orang lagi kawan pelaku mengendarai Supra X warna hitam dan Jupiter Z datang,” ucap Ronald. Namun, karena Heri tak mau melepaskan sepeda motornya begitu saja, pelaku yang geram langsung mencekik leher Heri dan menikam dadanya dengan pisau dapur. ” Melihat Heri ditikam, aku spontan teriak minta tolong. Ada orang lewa, tapi nggak ada yang mau menolong. Sampai akhirnya para pelaku meninggalkan kami dan membawa kabur sepeda motor Heri,” pungkas pemuda yang bekerja di Indomaret tersebut.
Tak lama pasca kejadian, Heri yang masih bernafas sempat dilarikan Ronald ke
Rumah Sakit Nur Sa’adah Jl. Lintas Sumatera (jalinsum) Medan Tanjung Morawa.Tapi takdir berkata lain, nyawa Heri tak terselamatkan. “Karena nggak ada yang nolong, akupun kemudian membawa temanku ke rumah sakit dengan menggunakan betor (becak motor). Tapi, nyawanya keburu nggak ada,” ucapnya. Ronald sendiri mengaku sangat bersalah dan menyesali peristiwa yang merenggut nyawa teman dekatnya itu. Pasalnya, jika dirinya tidak mau berangkat pagi itu, mungkin perampokan itu tak akan terjadi. “Kalau saja nggak berangkat kami bang, pasti tak seperti ini kejadiannya. Tapi mau gimana lagi bang, nyesal kali aku. Aku pun tak bisa menolong temanku itu,” lirih Ronald dengan mata berkaca -kaca.
Masih kata Ronald, tak lama setelah korban meninggal, oleh keluarga jenazah Heri langsung dibawa ke rumah duka. Tapi karena ia jadi korban perampokan, polisi menyarankan pihak keluarga untuk melakukan autopsi. “Makanya dibawa ke RSUD Pirngadi mayatnya bang untuk dilakukan autopsi,” ucapnya. Saat disinggung apakah Heri sempat membuang tabiat kepadanya, Ronald mengatakan ada. Sebelum kejadian, Heri yang tak biasa datang ke warung dekat rumahnya, tiba-tiba datang. Di sana Heri justru membicarakan soal kematian.
“Dia bilang kepadaku apa yang aku kasih kepadanya kalau dia mati. Tapi aku bilang ke dia kalau dia sudah gila,” kenangnya.
Bagi Ronald, ucapan Heri tersebut akan selalu jadi kenangan untuknya. Apalagi, sahabatnya sejak kecil itu meregang nyawa di pangkuannya. “Itulah kenangan dia samaku. Temanku dari kecil dia bang,” pungkas Ronald dengan wajah sedih. Sementara itu, saat disambangi dikediaman korban tampak raut sedih menyelimuti ratusan sanak keluarga korban. Kepada wartawan, adik korban bernama Daniel (19) mengenal Heri sebagai sosok abang yang sangat baik. Karena itu, ia mengaku sangat tak mengira peristiwa itu akan menimpa korban. “Baik kali dia orangnya bang. Tapi kok kayak gini ya,” ucapnnya dengan nada tak percaya.
Saat disinggung, apakah sebelumnya korban sempat membuang tabiat, Daniel juga mengaku ada. “Semalam (Kamis) sore dia sempat bicara sama Ronald kalau dia mati, si Ronald ngasih apa. Tapi si Ronald bilang dia gila. Cuma itu aja bang dia buang tabiat. Kami sangat berharap agar polisi segera menangkap pelaku dan menghukumnya sesuai undang-undang yang berlaku,” pungkasnya. Sementara itu, Kapolsek Patumbak Kompol Triyadi yang dikonfirmasi mengaku masih menyelidiki kasus tersebut. “Masih kita selidiki kasus itu,” singkatnya.
>>Tolak Otopsi, Keluarga Mengamuk
Tak terima jenazah dibelah, pihak keluarga korban sempat mencak-mencak di instalasi jenazah RSU dr Pirngadi Medan. Hal ini terjadi saat pihak kepolisian minta dokter forensik rumah sakit milik Pemko Medan itu mengotopsi jasad korban untuk keperluan penyidikan. Tapi pihak keluarga yang sadar jasad akan dibedah sontak protes. Sembari mengamuk, puluhan pihak keluarga Heri berusaha mengetuk dan nyaris mendobrak pintu kamar otopsi.
Mereka minta supaya pihak rumah sakit jangan membedah kepala korban. Di dalam kamar mayat tersebut. Terdengar jeritan ibu korban supaya porses autopsi dihentikan. “Otopsi itukan hanya di bagian lukanya aja. Tidak perlu ikut kepalanya. Tolong hentikan itu,” teriaknya membuat kamar mayat sempat heboh. Menanggapi hal tersebut, Kepala Forensik RSUD dr Pirngadi Medan, Surjit Singh menerangkan bahwa mereka bekerja atas permintaan penyidik oleh pihak kepolisian beralaskan KUHP Pasal 133 Ayat 1. Dan menerangkan dalam hal autopsi mereka harus memeriksa dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Kita bekerja atas permintaan penyidik sesuai KUHP Pasal 133 Ayat 1 soal menjelaskan terhadap keluarga itu wewenang pihak kepolisian,” pungkasnya. Sekitar pukul 13.00 WIB, pihak keluarga pun membawa jenazah dari kamar mayat RUSD dr Pirngadi Medan ke rumah duka. Di selah-selah pengangkatan jenazah ke dalam ambulance. Salah satu keluarga mengatakan bahwa jenazah korban akan dikebumikan esok hari. “Yang pasti besok dikebumikan. Apakah di bawa ke Ajibata (kampung halamannya). Kita belum tau pasti,” kilahnya.
Terpisah, amantan kru koran ini, korban yang bekerja sebagai operator gardu PLN Tanjung Morawa tersebut menderita luka tusukan di bagian dada sebelah kiri dan dan luka memar di bagian wajah. Dan itu dibenarkan oleh salah satu petugas kamar mayat. “Luka trauma hanya satu saja. Di bagian dada kiri yang diduga tusukan benda tajam. Sementara wajah ada beberapa luka memar. Korban diperkirakan tewas lantaran kehabisan darah,” ujarnya singkat mengakhiri pembicaraan.
(tun/ind/deo)
http://www.posmetro-medan.com/?p=13309
Terjadi 500 Meter dari Poldasu
MEDAN-PM
Bertepatan dengan seringnya pemadaman listrik, seorang pegawai PLN tewas dibantai 6 perampok bersenjata tajam. Nasib naas ini menimpa Heri Parianto Sirait (22), warga Jl. Garu VIII, Gang Serasi, Kel. Harjosari I, Kec. Medan Amplas.
Sepertinya aksi kejahatan makin mengganas saja di Medan. Betapa tidak, belum juga terungkap kasus perampokan tiga toko emas yang terjadi belum lama ini, Jumat (27/9) sekitar pukul 4.30 WIB, kawanan penjahat jalanan itu kembali beraksi. Ironisnya, mereka tak hanya menggasak harta benda, tapi nyawa korban juga turut dihabisi. Mirisnya lagi, aksi sadis ini terjadi di depan Trakindo Jl. SM Raja KM 9,5 Medan, atau sekitar 500 meter dari Poldasu. Info yang dihimpun POSMETRO MEDAN, sebelum berangkat kerja, Heri lebih dulu mampir ke rumah teman sekaligus tetangganya, Ronald Simorangkir (21).
Setiba di sana, Heri minta tolong agar sohibnya itu mau menemaninya bekerja. “Pagi itu aku masih tidur. Heri datang ke rumahku dan minta tolong ditemani kerja. Karena kami kompak dari kecil, maka akupun mengawaninya,” kenang Ronald. Singkat cerita, kedua sekawan ini pun melesat berboncengan mengendarai Honda Supra X 125 warna merah BK 4775 ADD milik Heri. Tapi naas, saat melintas di lokasi yang kala itu kondisinya sangat sepi, keduanya tiba-tiba dipepet 2 pengendara sepeda motor jenis Satria FU warna merah hitam lis putih. “Kami disuruh berhenti, setelah itu seorang pengendara turun dari kreta Satria FU tersebut dengan menggenggam pisau. Pelaku minta Hari menyerahkan keretanya,” kenang Ronald. Tak mau mati konyol, Ronald sempat mengajak Heri kabur.
“Sudah aku bilang sama dia untuk kabur saja. Tapi dia tak mau. Sebab, tidak lama berselang, 4 orang lagi kawan pelaku mengendarai Supra X warna hitam dan Jupiter Z datang,” ucap Ronald. Namun, karena Heri tak mau melepaskan sepeda motornya begitu saja, pelaku yang geram langsung mencekik leher Heri dan menikam dadanya dengan pisau dapur. ” Melihat Heri ditikam, aku spontan teriak minta tolong. Ada orang lewa, tapi nggak ada yang mau menolong. Sampai akhirnya para pelaku meninggalkan kami dan membawa kabur sepeda motor Heri,” pungkas pemuda yang bekerja di Indomaret tersebut.
Tak lama pasca kejadian, Heri yang masih bernafas sempat dilarikan Ronald ke
Rumah Sakit Nur Sa’adah Jl. Lintas Sumatera (jalinsum) Medan Tanjung Morawa.Tapi takdir berkata lain, nyawa Heri tak terselamatkan. “Karena nggak ada yang nolong, akupun kemudian membawa temanku ke rumah sakit dengan menggunakan betor (becak motor). Tapi, nyawanya keburu nggak ada,” ucapnya. Ronald sendiri mengaku sangat bersalah dan menyesali peristiwa yang merenggut nyawa teman dekatnya itu. Pasalnya, jika dirinya tidak mau berangkat pagi itu, mungkin perampokan itu tak akan terjadi. “Kalau saja nggak berangkat kami bang, pasti tak seperti ini kejadiannya. Tapi mau gimana lagi bang, nyesal kali aku. Aku pun tak bisa menolong temanku itu,” lirih Ronald dengan mata berkaca -kaca.
Masih kata Ronald, tak lama setelah korban meninggal, oleh keluarga jenazah Heri langsung dibawa ke rumah duka. Tapi karena ia jadi korban perampokan, polisi menyarankan pihak keluarga untuk melakukan autopsi. “Makanya dibawa ke RSUD Pirngadi mayatnya bang untuk dilakukan autopsi,” ucapnya. Saat disinggung apakah Heri sempat membuang tabiat kepadanya, Ronald mengatakan ada. Sebelum kejadian, Heri yang tak biasa datang ke warung dekat rumahnya, tiba-tiba datang. Di sana Heri justru membicarakan soal kematian.
“Dia bilang kepadaku apa yang aku kasih kepadanya kalau dia mati. Tapi aku bilang ke dia kalau dia sudah gila,” kenangnya.
Bagi Ronald, ucapan Heri tersebut akan selalu jadi kenangan untuknya. Apalagi, sahabatnya sejak kecil itu meregang nyawa di pangkuannya. “Itulah kenangan dia samaku. Temanku dari kecil dia bang,” pungkas Ronald dengan wajah sedih. Sementara itu, saat disambangi dikediaman korban tampak raut sedih menyelimuti ratusan sanak keluarga korban. Kepada wartawan, adik korban bernama Daniel (19) mengenal Heri sebagai sosok abang yang sangat baik. Karena itu, ia mengaku sangat tak mengira peristiwa itu akan menimpa korban. “Baik kali dia orangnya bang. Tapi kok kayak gini ya,” ucapnnya dengan nada tak percaya.
Saat disinggung, apakah sebelumnya korban sempat membuang tabiat, Daniel juga mengaku ada. “Semalam (Kamis) sore dia sempat bicara sama Ronald kalau dia mati, si Ronald ngasih apa. Tapi si Ronald bilang dia gila. Cuma itu aja bang dia buang tabiat. Kami sangat berharap agar polisi segera menangkap pelaku dan menghukumnya sesuai undang-undang yang berlaku,” pungkasnya. Sementara itu, Kapolsek Patumbak Kompol Triyadi yang dikonfirmasi mengaku masih menyelidiki kasus tersebut. “Masih kita selidiki kasus itu,” singkatnya.
>>Tolak Otopsi, Keluarga Mengamuk
Tak terima jenazah dibelah, pihak keluarga korban sempat mencak-mencak di instalasi jenazah RSU dr Pirngadi Medan. Hal ini terjadi saat pihak kepolisian minta dokter forensik rumah sakit milik Pemko Medan itu mengotopsi jasad korban untuk keperluan penyidikan. Tapi pihak keluarga yang sadar jasad akan dibedah sontak protes. Sembari mengamuk, puluhan pihak keluarga Heri berusaha mengetuk dan nyaris mendobrak pintu kamar otopsi.
Mereka minta supaya pihak rumah sakit jangan membedah kepala korban. Di dalam kamar mayat tersebut. Terdengar jeritan ibu korban supaya porses autopsi dihentikan. “Otopsi itukan hanya di bagian lukanya aja. Tidak perlu ikut kepalanya. Tolong hentikan itu,” teriaknya membuat kamar mayat sempat heboh. Menanggapi hal tersebut, Kepala Forensik RSUD dr Pirngadi Medan, Surjit Singh menerangkan bahwa mereka bekerja atas permintaan penyidik oleh pihak kepolisian beralaskan KUHP Pasal 133 Ayat 1. Dan menerangkan dalam hal autopsi mereka harus memeriksa dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Kita bekerja atas permintaan penyidik sesuai KUHP Pasal 133 Ayat 1 soal menjelaskan terhadap keluarga itu wewenang pihak kepolisian,” pungkasnya. Sekitar pukul 13.00 WIB, pihak keluarga pun membawa jenazah dari kamar mayat RUSD dr Pirngadi Medan ke rumah duka. Di selah-selah pengangkatan jenazah ke dalam ambulance. Salah satu keluarga mengatakan bahwa jenazah korban akan dikebumikan esok hari. “Yang pasti besok dikebumikan. Apakah di bawa ke Ajibata (kampung halamannya). Kita belum tau pasti,” kilahnya.
Terpisah, amantan kru koran ini, korban yang bekerja sebagai operator gardu PLN Tanjung Morawa tersebut menderita luka tusukan di bagian dada sebelah kiri dan dan luka memar di bagian wajah. Dan itu dibenarkan oleh salah satu petugas kamar mayat. “Luka trauma hanya satu saja. Di bagian dada kiri yang diduga tusukan benda tajam. Sementara wajah ada beberapa luka memar. Korban diperkirakan tewas lantaran kehabisan darah,” ujarnya singkat mengakhiri pembicaraan.
(tun/ind/deo)
http://www.posmetro-medan.com/?p=13309
harta bisa dicari, nyawa cuma satu

0
3K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan