- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Usai Upacara Kesaktian Pancasila Puluhan Siswa SMK 3 Magelang Kesurupan Massal
TS
aradyan
Usai Upacara Kesaktian Pancasila Puluhan Siswa SMK 3 Magelang Kesurupan Massal
Quote:
MAGELANG, KOMPAS.com - Sedikitnya 60 siswi SMK Negeri 3 Magelang mengalami kesurupan massal setelah mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila di lapangan sekolah setempat, Selasa (1/10/2013). Akibatnya, kegiatan belajar mengajar dihentikan.
Namun pihak sekolah melarang awak media yang hendak mencari informasi peristiwa tersebut untuk masuk ke lokasi. Pintu gerbang utama sekolah dikunci dan ditutup matras. Akibatnya, wartawan kesulitan untuk mengambil gambar keadaan di dalam sekolah.
"Nuwun sewu, mboten pikantuk mlebet (maaf, tidak boleh masuk),” ujar salah seorang satpam sekolah saat wartawan memohon izin untuk masuk ke lokasi.
Wartawan pun memilih menunggu informasi di depan sekolah yang berada di Jalan Pierre Tendean, Kota Magelang itu. Dari luar kompleks sekolah, terdengar suara siswa yang menangis hingga berteriak histeris. Terdengar juga beberapa orang yang memanjatkan doa melalui pengeras suara.
Dari keterangan yang dihimpun Kompas.com, peristiwa itu terjadi pada saat siswa mengikuti upacara dalam rangka hari Kesaktian Pancasila. Kesurupan pertama kali dialami oleh salah seorang guru perempuan. Kemudian “menular” ke sejumlah siswa perempuan.
“Pas upacara, tiba-tiba ada bu guru yang kesurupan, menangis, menjerit-jerit histeris lalu disusul anak-anak perempuan lain, termasuk saya. Setelah itu saya enggak sadar, tahu-tahu saya sudah dikerubuti teman-teman dan badan saya terasa capek,” ujar Dita, siswi kelas XII APH 1 yang ikut mengalami kesurupan.
Dita berujar, kondisi sekolah terasa mencekam, siswa saling bertingkah aneh dan tidak sadarkan diri. Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan lebih awal semua siswa. Beberapa siswa yang kesurupan tampak dijemput orangtuanya. “Iya, saya pulang dijemput Bapak tadi,” ujar Dita lagi.
Peristiwa kesurupan di SMK Negeri 3 memang bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya, tahun 2012 kesurupan massal juga pernah terjadi setelah siswa melaksanakan upacara bendera. Meski sudah kerap terjadi, namun penyebab kesurupan massal ini masih jadi misteri. Ada yang menduga, banyaknya siswa kesurupan karena diduga ada sebuah kuburan kuno yang dibongkar untuk fasilitas sekolah. Namun, ada pula yang menduga kejadian ini dipicu karena siswa sebelumnya sudah kelelahan melaksanakan kegiatan upacara bendera.
”Kemungkinan memang siswa kelelahan, Tapi mungkin juga ada siswa yang membawa peralatan (mistis) sesuatu. Memang ada anak baru, kemungkinan itu juga dari anak baru (kelas X) yang membawa sesuatu belum dibersihkan,” kata Agus Santosa, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Agus beralasan, para wartawan yang dilarang masuk karena untuk mencegah situasi semakin parah. "Bukan dilarang, tapi tunggu sampai situasinya netral. Soalnya semuanya sedang berupaya untuk meredam agar tidak semakin parah,” tandas Agus.
Namun pihak sekolah melarang awak media yang hendak mencari informasi peristiwa tersebut untuk masuk ke lokasi. Pintu gerbang utama sekolah dikunci dan ditutup matras. Akibatnya, wartawan kesulitan untuk mengambil gambar keadaan di dalam sekolah.
"Nuwun sewu, mboten pikantuk mlebet (maaf, tidak boleh masuk),” ujar salah seorang satpam sekolah saat wartawan memohon izin untuk masuk ke lokasi.
Wartawan pun memilih menunggu informasi di depan sekolah yang berada di Jalan Pierre Tendean, Kota Magelang itu. Dari luar kompleks sekolah, terdengar suara siswa yang menangis hingga berteriak histeris. Terdengar juga beberapa orang yang memanjatkan doa melalui pengeras suara.
Dari keterangan yang dihimpun Kompas.com, peristiwa itu terjadi pada saat siswa mengikuti upacara dalam rangka hari Kesaktian Pancasila. Kesurupan pertama kali dialami oleh salah seorang guru perempuan. Kemudian “menular” ke sejumlah siswa perempuan.
“Pas upacara, tiba-tiba ada bu guru yang kesurupan, menangis, menjerit-jerit histeris lalu disusul anak-anak perempuan lain, termasuk saya. Setelah itu saya enggak sadar, tahu-tahu saya sudah dikerubuti teman-teman dan badan saya terasa capek,” ujar Dita, siswi kelas XII APH 1 yang ikut mengalami kesurupan.
Dita berujar, kondisi sekolah terasa mencekam, siswa saling bertingkah aneh dan tidak sadarkan diri. Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan lebih awal semua siswa. Beberapa siswa yang kesurupan tampak dijemput orangtuanya. “Iya, saya pulang dijemput Bapak tadi,” ujar Dita lagi.
Peristiwa kesurupan di SMK Negeri 3 memang bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya, tahun 2012 kesurupan massal juga pernah terjadi setelah siswa melaksanakan upacara bendera. Meski sudah kerap terjadi, namun penyebab kesurupan massal ini masih jadi misteri. Ada yang menduga, banyaknya siswa kesurupan karena diduga ada sebuah kuburan kuno yang dibongkar untuk fasilitas sekolah. Namun, ada pula yang menduga kejadian ini dipicu karena siswa sebelumnya sudah kelelahan melaksanakan kegiatan upacara bendera.
”Kemungkinan memang siswa kelelahan, Tapi mungkin juga ada siswa yang membawa peralatan (mistis) sesuatu. Memang ada anak baru, kemungkinan itu juga dari anak baru (kelas X) yang membawa sesuatu belum dibersihkan,” kata Agus Santosa, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Agus beralasan, para wartawan yang dilarang masuk karena untuk mencegah situasi semakin parah. "Bukan dilarang, tapi tunggu sampai situasinya netral. Soalnya semuanya sedang berupaya untuk meredam agar tidak semakin parah,” tandas Agus.
Quote:
Sindonews.com - Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang dilaksanakan SMKN 3 Magelang diwarnai dengan peristiwa kesurupan belasan siswa, Selasa (1/10/2013). Peristiwa tersebut juga menjadikan akitifitas belajar mengajar sempat dihentikan untuk beberapa jam.
Namun, peristiwa tersebut tidak dapat diketahui persis suasana dan penyebabnya. Hal tersebut dikarenakan pihak sekolahan tidak memberikan izin kepada sejumlah wartawan yang akan meliput peristiwa tersebut.
Sejumlah wartawan terpaksa harus menunggu di halaman luar guna mendapatkan informasi dari pihak sekolah. Tidak hanya melarang para jurnalis untuk masuk ke dalam, bahkan pihak sekolah juga menutupi gerbang dengan matras. Sehingga, wartawan tidak mampu mengambil gambar situasi sekolah tersebut.
Dari luar kompleks sekolah terdengar belasan siswa yang berteriak histeris. Sebagian juga memanjatkan doa yang disalurkan melalui pengeras suara.
Peristiwa kesurupan di SMK Negeri 3 memang bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya, tahun 2012 kesurupan massal juga pernah terjadi setelah siswa melaksanakan upacara bendera.
Meski sudah kerap terjadi, namun sebab dari kesurupan massal ini masih jadi misteri. Ada yang menduga, banyaknya peristiwa tersebut karena diduga ada sebuah kuburan kuno yang dibongkar untuk fasilitas sekolah. Namun, ada pula yang menduga kejadian ini dipicu karena siswa sebelumnya sudah kelelahan melaksanakan kegiatan upacara bendera.
Kesurupan pertama kali dialami oleh salah seorang guru perempuan. Hal itu sontak membuat siswa lainnya ketakutan. Bahkan, saking paranoidnya mereka berteriak histeris.
Kondisi sekolah semakin mencekam, setelah siswa yang kebanyakan perempuan itu, saling bertingkah aneh dan tidak sadarkan diri. Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan lebih awal para siswa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 3 Magelang, Agus Santoso tidak banyak memberikan informasi terkait peristiwa tersebut.
”Kemungkinan memang siswa kelelahan. Tapi mungkin juga ada siswa yang membawa peralatan (mistis) sesuatu. Memang ada anak baru, kemungkinan itu juga dari anak baru (kelas X) yang membawa sesuatu belum dibersihkan,” kata Agus.
Sementara terkait pelarangan peliputan bagi wartawan, dia beralasan untuk menjaga situasi supaya tetap kondusif.
“Bukan dilarang, tapi tunggu sampai situasinya netral. Soalnya semuanya sedang berupaya untuk meredam agar tidak semakin parah,” kilahnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang, Djarwadi mengatakan bahwa pihaknya sudah meminta pihak SMKN 3 Magelang untuk melakukan evaluasi terkait peristiwa tersebut.
“Peristiwa tersebut bukan persoalan medis, jadi kami minta pihak sekolah untuk evaluasi. Peristiwa ini bukan yang pertama, jadi kami pikir pihak sekolah bisa mengantisipasi dan selalu berkoordinasi dengan kami,” tandasnya.
(rsa)
Namun, peristiwa tersebut tidak dapat diketahui persis suasana dan penyebabnya. Hal tersebut dikarenakan pihak sekolahan tidak memberikan izin kepada sejumlah wartawan yang akan meliput peristiwa tersebut.
Sejumlah wartawan terpaksa harus menunggu di halaman luar guna mendapatkan informasi dari pihak sekolah. Tidak hanya melarang para jurnalis untuk masuk ke dalam, bahkan pihak sekolah juga menutupi gerbang dengan matras. Sehingga, wartawan tidak mampu mengambil gambar situasi sekolah tersebut.
Dari luar kompleks sekolah terdengar belasan siswa yang berteriak histeris. Sebagian juga memanjatkan doa yang disalurkan melalui pengeras suara.
Peristiwa kesurupan di SMK Negeri 3 memang bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya, tahun 2012 kesurupan massal juga pernah terjadi setelah siswa melaksanakan upacara bendera.
Meski sudah kerap terjadi, namun sebab dari kesurupan massal ini masih jadi misteri. Ada yang menduga, banyaknya peristiwa tersebut karena diduga ada sebuah kuburan kuno yang dibongkar untuk fasilitas sekolah. Namun, ada pula yang menduga kejadian ini dipicu karena siswa sebelumnya sudah kelelahan melaksanakan kegiatan upacara bendera.
Kesurupan pertama kali dialami oleh salah seorang guru perempuan. Hal itu sontak membuat siswa lainnya ketakutan. Bahkan, saking paranoidnya mereka berteriak histeris.
Kondisi sekolah semakin mencekam, setelah siswa yang kebanyakan perempuan itu, saling bertingkah aneh dan tidak sadarkan diri. Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan lebih awal para siswa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 3 Magelang, Agus Santoso tidak banyak memberikan informasi terkait peristiwa tersebut.
”Kemungkinan memang siswa kelelahan. Tapi mungkin juga ada siswa yang membawa peralatan (mistis) sesuatu. Memang ada anak baru, kemungkinan itu juga dari anak baru (kelas X) yang membawa sesuatu belum dibersihkan,” kata Agus.
Sementara terkait pelarangan peliputan bagi wartawan, dia beralasan untuk menjaga situasi supaya tetap kondusif.
“Bukan dilarang, tapi tunggu sampai situasinya netral. Soalnya semuanya sedang berupaya untuk meredam agar tidak semakin parah,” kilahnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang, Djarwadi mengatakan bahwa pihaknya sudah meminta pihak SMKN 3 Magelang untuk melakukan evaluasi terkait peristiwa tersebut.
“Peristiwa tersebut bukan persoalan medis, jadi kami minta pihak sekolah untuk evaluasi. Peristiwa ini bukan yang pertama, jadi kami pikir pihak sekolah bisa mengantisipasi dan selalu berkoordinasi dengan kami,” tandasnya.
(rsa)
sumber
sumber
0
1.2K
Kutip
4
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan