- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[kisah inspiratif] Penjaga Gope-an
TS
charitycantique
[kisah inspiratif] Penjaga Gope-an
Quote:
Di hari Sabtu, walaupun libur ngantor, tapi kalau ada kerjaan yang menghasilkan uang dan itu memaksa saya untuk menyelesaikannya, terpaksa saya lakukan juga. Jika waktu penyelesaiannya tidak lama, saya membawa si Sulung atau si Bungsu beserta saya, membiarkan mereka melihat apa yang dikerjakan Papahnya.
Kami pergi dengan sepeda motor. Di Jakarta, naik motor membuat kita lebih cepat mencapai tujuan. Selain beradu cepat dengan waktu, saya juga beradu cepat dengan matahari yang rasanya belakangan ini sudah kehilangan simpati. Motor saya larikan dengan menyelip sana sini, lewat jalan kecil sana, jalan kecil sini, sampailah pada tujuan.
'Papah, kita lewat jalan tikus aja!' kata si Sulung, yang kali ini gilirannya saya ajak muter-muter selesaikan kerjaan. Tumben, karena biasanya dia ndak mau, dan lebih memilih bermain sama teman di seberang rumah.
Jalan tikus yang dimaksud adalah jalan-jalan kecil, seperti tikus yang suka melewati jalur-jalur sempit dan ndak masuk akal. Nah, ada satu jalan kecil, di pinggiran rel kereta. Benar-benar kecil, dan hanya muat satu motor lewat. Jadi, kalau mau lewat sana, mesti gantian. Caranya gimana? Ya, di sana ada dua orang yang sepertinya nganggur, karena saban pagi, siang, sampai malam, mereka kerjanya ya cuma itu aja. Yang satu jaga di sisi sini, satu lagi di ujung jalan tikus itu. Mereka saling memberi kode giliran. Di tangan mereka ada ember bekas kaleng cat. Tulisan kalengnya udah mulai pudar. Para pengendara yang lewat sana, sesekali memberi recehan gope sampe secengan atau seribuan.
Saya berniat mengajarkan si Sulung sesuatu. Saya titipkan padanya uang gope (logam lima ratus rupiah) untuk dimasukkan ke dalam kaleng. Saat giliran kami tiba, si Sulung menjulurkan tangannya.
Bluk! Cring! Bunyi gope terdengar jatuh mengenai dasar kaleng dan uang logam lainnya.
'Pah, mereka ngapain sih? Kayak ndak ada kerjaan aja! koq kita kasih mereka gope?' komentar si Sulung setelah kami melewati mereka.
'Cece,.." sapa saya memanggil si Sulung, ".. Mereka sepertinya memang ndak ada kerjaan. Itulah kerjaan mereka. Tapi, semua itu tetap baik. Kita harus menghargainya. Coba kamu bayangkan, kalau bapak-bapak tadi ndak ada. Macet ndak jalan tikus yang tadi?' Saya menjelaskannya sesederhana mungkin.
Si Sulung manthuk-manthuk. Mengertikah ia?
Kalau ia belum mengerti itu wajar.
Tapi seringkali orang dewasa belum tentu juga mengerti arti MENGHARGAI SESAMA. Seringkali kita memandang derajat seseorang dari pekerjaannya yang terlihat tidak keren atau terkadang lusuh.
Penjaga jalan tikus tadi, tanpa kita sadari sering kita remehkan caranya mencari nafkah. Bayangkan betapa ruwetnya kita akan berteriak pada pengemudi di ujung jalan, 'Woi, stop dulu! saya mau lewat!'.
Atau coba perhatikan juga para penambal ban di pinggir jalan. Gaji mereka mungkin tidak seberapa. Tidak juga mereka dari strata orang berada. Tapi mereka tetap kita butuhkan, bukan? Kalau ban motor atau mobil kurang angin atau bahkan kempes, di tempat sepi pula, mereka pasti kita cari-cari.
Sekecil apapun jembatan, pasti kita lintasi juga suatu saat untuk menyeberang ke suatu tujuan kita.
Quote:
Terima kasih sudah membaca artikel ane.
Agan komentar, saya hargai.
Agan memberi cendol, saya berterima kasih.
Agan meninggalkan trit tanpa jejak pun, saya terima.
Setidaknya,... hari ini saya sudah menanamkan satu nilai baik di pikiran agan.
Agan komentar, saya hargai.
Agan memberi cendol, saya berterima kasih.
Agan meninggalkan trit tanpa jejak pun, saya terima.
Setidaknya,... hari ini saya sudah menanamkan satu nilai baik di pikiran agan.
Quote:
You think positive and good, You will get a positive and good things, too.
0
1K
Kutip
7
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan