- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Konvensi Ujian Nasional


TS
kemalmahendra
Konvensi Ujian Nasional
Kita hargai langkah yang ditempuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggelar Konvensi Ujian Nasional. Sudah saatnya untuk mengkaji ujian nasional yang kita laksanakan setiap tahun, sekaligus untuk menyelesaikan segala macam kontroversi yang muncul setiap kali pelaksanaan ujian kelulusan siswa diselenggarakan.
Konvensi bukan dimaksudkan untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tukar menukar pemikiran diperlukan agar kita menemukan sebuah sistem pendidikan nasional yang paling tepat bagi kemajuan bangsa dan negara ini.
Selama ini kita selalu mendekati setiap persoalan dari sisi benar atau salah, dari kacamata menang atau kalah. Akibatnya, kita berupaya untuk memaksakan kehendak dan berprinsip bahwa pemikiran yang kita usunglah yang paling benar dan harus menang.
Padahal tidak pernah ada kebenaran yang absolut. Gabungan pemikiran dari banyak pihak seringkali bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar. Kemauan untuk memberi dan menerima justru bisa menjadi sebuah kekuatan.
Apalagi dalam bidang pendidikan, tidak pernah ada sistem yang sempurna. Setiap sistem mempunyai kelebihan, tetapi sekaligus juga kelemahan. Oleh karena itulah sistem harus ditunjang oleh manusia yang memiliki dedikasi untuk melaksanakannya.
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting karena menentukan masa depan sebuah bangsa. Hasil sebuah pendidikan tidak bisa dirasakan begitu pendidikan selesai diberikan, tetapi baru satu generasi kemudian bisa dilihat hasilnya.
Untuk itulah memang perlu dilakukan kehati-hatian dalam merumuskan sistem pendidikan. Jangan sampai keputusan yang kita ambil sekarang menjadi beban bagi generasi mendatang. Kita harus merumuskannya secara saksama agar bisa dihasilkan manusia-manusia yang lebih baik di masa mendatang.
Rasanya kita semua memiliki cita-cita yang sama untuk bisa menghasilkan generasi yang lebih cemerlang di masa mendatang. Kita sama-sama memiliki keinginan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang unggul di antara bangsa-bangsa di dunia.
Itulah tanggung jawab konstitusi yang harus dilaksanakan seluruh warga bangsa ini. Kita menyatakan kemerdekaan bukan sekadar untuk lepas dari belenggu penjajahan, tetapi bersepakat untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perjuangan menuju ke arah cita-cita itu memang tidak mudah. Kita harus memiliki kesungguhan untuk menempatkan investasi manusia sebagai yang paling utama. Investasi itu bukan hanya sekadar uang, tetapi bagaimana kita memiliki hati untuk melaksanakannya.
Oleh karena pendidikan merupakan proses yang panjang, maka tidak bisa kemudian kita hanya mengukur keberhasilan dari ujian akhir semata. Setiap proses yang dilalui harus diperhatikan secara saksama agar kemudian dihasilkan insan-insan manusia yang bukan hanya cerdas otaknya, tetapi memiliki budi pekerti yang tinggi.
Sejak era reformasi, kita sudah bersepakat untuk menempatkan investasi manusia sebagai yang paling utama. Kita bersepakat untuk menyisihkan 20 persen anggaran belanja negara untuk kepentingan pendidikan.
Jumlah anggaran 20 persen jelas tidak sedikit. Itu seperlima dari total anggaran yang diperuntukan bagi segala macam kebutuhan bangsa dan negara ini. Pilihan ini diambil dengan sadar karena kita ingin mengejar ketertinggalan kita dari bangsa-bangsa lain.
Pertanyaannya, apakah 20 persen ini sudah kita manfaatkan untuk memperbaiki kualitas anak bangsa ini? Kalau indeks kualitas manusia Indonesia masih berada di kelompok bawah di antara bangsa-bangsa lain, maka berarti kita belum optimal menggunakan anggaran yang ada. Kalau kecerdasan anak-anak Indonesia di bidang matematika, fisika, biologi, masih berada di kelompok bawah, berarti masih ada yang kurang tepat dari sistem pendidikan kita.
Tanggung jawab kita semua untuk memperbaiki hal yang belum sempurna dalam sistem pendidikan kita. Sekali lagi itu jangan lalu direduksi hanya menjadi masalah sistem ujian nasional. Kita harus mau membedah persoalan dari kaca mata yang lebih luas dari sekadar ujian nasional.
Kita harus merasa sedih apabila gagal untuk menghasilkan generasi yang lebih baik. Sebuah dosa besar apabila besarnya anggaran pendidikan hanya sekadar sebagai kesempatan untuk memperkaya diri. Pendidikan bukan tempat untuk sekadar memperoleh keuntungan materi. Ini adalah ajang bagi kita untuk melahirkan manusia terdidik yang bisa membawa bangsa dan negara ini mencapai jenjang kesejahteraan yang lebih tinggi.
Konvensi bukan dimaksudkan untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tukar menukar pemikiran diperlukan agar kita menemukan sebuah sistem pendidikan nasional yang paling tepat bagi kemajuan bangsa dan negara ini.
Selama ini kita selalu mendekati setiap persoalan dari sisi benar atau salah, dari kacamata menang atau kalah. Akibatnya, kita berupaya untuk memaksakan kehendak dan berprinsip bahwa pemikiran yang kita usunglah yang paling benar dan harus menang.
Padahal tidak pernah ada kebenaran yang absolut. Gabungan pemikiran dari banyak pihak seringkali bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar. Kemauan untuk memberi dan menerima justru bisa menjadi sebuah kekuatan.
Apalagi dalam bidang pendidikan, tidak pernah ada sistem yang sempurna. Setiap sistem mempunyai kelebihan, tetapi sekaligus juga kelemahan. Oleh karena itulah sistem harus ditunjang oleh manusia yang memiliki dedikasi untuk melaksanakannya.
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting karena menentukan masa depan sebuah bangsa. Hasil sebuah pendidikan tidak bisa dirasakan begitu pendidikan selesai diberikan, tetapi baru satu generasi kemudian bisa dilihat hasilnya.
Untuk itulah memang perlu dilakukan kehati-hatian dalam merumuskan sistem pendidikan. Jangan sampai keputusan yang kita ambil sekarang menjadi beban bagi generasi mendatang. Kita harus merumuskannya secara saksama agar bisa dihasilkan manusia-manusia yang lebih baik di masa mendatang.
Rasanya kita semua memiliki cita-cita yang sama untuk bisa menghasilkan generasi yang lebih cemerlang di masa mendatang. Kita sama-sama memiliki keinginan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang unggul di antara bangsa-bangsa di dunia.
Itulah tanggung jawab konstitusi yang harus dilaksanakan seluruh warga bangsa ini. Kita menyatakan kemerdekaan bukan sekadar untuk lepas dari belenggu penjajahan, tetapi bersepakat untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perjuangan menuju ke arah cita-cita itu memang tidak mudah. Kita harus memiliki kesungguhan untuk menempatkan investasi manusia sebagai yang paling utama. Investasi itu bukan hanya sekadar uang, tetapi bagaimana kita memiliki hati untuk melaksanakannya.
Oleh karena pendidikan merupakan proses yang panjang, maka tidak bisa kemudian kita hanya mengukur keberhasilan dari ujian akhir semata. Setiap proses yang dilalui harus diperhatikan secara saksama agar kemudian dihasilkan insan-insan manusia yang bukan hanya cerdas otaknya, tetapi memiliki budi pekerti yang tinggi.
Sejak era reformasi, kita sudah bersepakat untuk menempatkan investasi manusia sebagai yang paling utama. Kita bersepakat untuk menyisihkan 20 persen anggaran belanja negara untuk kepentingan pendidikan.
Jumlah anggaran 20 persen jelas tidak sedikit. Itu seperlima dari total anggaran yang diperuntukan bagi segala macam kebutuhan bangsa dan negara ini. Pilihan ini diambil dengan sadar karena kita ingin mengejar ketertinggalan kita dari bangsa-bangsa lain.
Pertanyaannya, apakah 20 persen ini sudah kita manfaatkan untuk memperbaiki kualitas anak bangsa ini? Kalau indeks kualitas manusia Indonesia masih berada di kelompok bawah di antara bangsa-bangsa lain, maka berarti kita belum optimal menggunakan anggaran yang ada. Kalau kecerdasan anak-anak Indonesia di bidang matematika, fisika, biologi, masih berada di kelompok bawah, berarti masih ada yang kurang tepat dari sistem pendidikan kita.
Tanggung jawab kita semua untuk memperbaiki hal yang belum sempurna dalam sistem pendidikan kita. Sekali lagi itu jangan lalu direduksi hanya menjadi masalah sistem ujian nasional. Kita harus mau membedah persoalan dari kaca mata yang lebih luas dari sekadar ujian nasional.
Kita harus merasa sedih apabila gagal untuk menghasilkan generasi yang lebih baik. Sebuah dosa besar apabila besarnya anggaran pendidikan hanya sekadar sebagai kesempatan untuk memperkaya diri. Pendidikan bukan tempat untuk sekadar memperoleh keuntungan materi. Ini adalah ajang bagi kita untuk melahirkan manusia terdidik yang bisa membawa bangsa dan negara ini mencapai jenjang kesejahteraan yang lebih tinggi.
0
759
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan