- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[info] Tahukah anda? Pulau terpadat di dunia ada di Indonesia!
TS
kalbuadi86
[info] Tahukah anda? Pulau terpadat di dunia ada di Indonesia!
Kayaknya masih belum ada yang posting thread tentang ini nih.
Indonesia memang negara seribu (bahkan lebih banyak) pulau. Dan salah satu pulau yang ada di Indonesia termasuk ke dalam Pulau terpadat populasinya di dunia. kepadatan pulau ini melebihi kepadatan pulau Jawa dengan kepadatan 36000 jiwa/km2 sedangkan kepadatan pulau jawa hanya sekitar 813 jiwa/km2. Denga kata lain kepadatan pulau ini sama dengan 44 kali kepadatan pulau Jawa. Pulau yang hanya seluas 8 hektar ini (data sememntara, dan ane yakin luasnya udah nambah) mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2.800 Jiwa dan dapat diakses di koordinat 8°28'37.69"S 116°59'43.25"
itu adalah tampilan dari atas sebuah pulau terpadat di dunia. namanya Pulau Bungin
Pulau Bungin
pulau ini berlokasi di sebelah utara (hanya 3 mil dari garis pantai P. Sumbawa - NTB). Di pulau ini penduduknya mayoritas (bisa dikatakan 100%) adalah keturunan suku bugis dan mata pencaharian mereka adalah nelayan.
Meskipun ada juga yang berprofesi sebagai PNS, wiraswasta, petani, dll.
selain menyandang ststus Pulau terpadat Di Dunia, Pulau Bungin ini juga memiliki keunikan yang jarang ditemukan di tempat lain - beberapa diantaranya hanya akan agan-agan temukan di pulau bungin ini.
meskipun padat penduduknya, kampung-kampung di sana relatif bersih. Tak ada timbunan sampah berserakan. Kondisi lingkungan yang rapat dan tiadanya air bersih yang cukup untuk layaknya hidup sehat ternyata tidak membuat pemukimnya berkehendak untuk berpindah dari pulau tersebut.
Riwayat Bungin dihuni penduduk suku Bajo, menurut cerita dihitung sejak kedatangan Palema Mayo sebelum meletusnya gunung Tambora di daratan Sumbawa, pada 1812. Palema Mayu adalah seorang dari 6 orang anak raja Selayar. Kenapa Palema Mayo ke Bungin, tak ada yang tahu. Waktu itu, pulau Bungin yang berpasir putih ini masih kosong. Hanya ditumbuhi pohon Bakau saja.
1. Luas Wilayah
Ini salah satu keunikan pulau Bungin. Jika agan mencari data luas wilayah Pulau bungin pada tahun 2013, maka data yang agan terima itu tidak akan sama dengan data setahun kemudian. Bahkan luas pulau Bungin ini berubah-ubah setiap bulannya, atau bahkan setiap minggu. Ane gak yakin ada pulau lain yang bisa kayak gini.
Hal ini disebabkan karena penduduk P. Bungin menerapkan sebuah aturan baku yang harus ditaati oleh semua penduduknya, yaitu:
"jika seorang pemuda hendak menikah, maka ada persyaratan yang harus dia penuhi. Persyaratan itu adalah Si Pemuda harus menyiapkan lahan untuk membuat rumah bagi dia dan isterinya."
kenapa? karena tingkat kepadatan P. Bungin yang Naudzubillah yang bahkan lahan kosong pun tidak ada!! "sehingga si pemuda tadi harus mengumpulkan batu karang dari lautan untuk membuat lahan kosong agar dia bisa mendirikan rumah" ucap salah satu tetua adat P. bungin.
nah, sekedar info gan. Sebelum si pemuda tadi berhasil mengumpulkan batu karang sebagai tempat dia membangun rumah, maka dia belum boleh menikah.
Demikian pula jarak antar rumah-rumah penduduknya yang berbentuk rumah panggung khas orang suku Bajo Sulawesi seperti di Pulau Sumbawa. Hampir tidak ada lahan kosong yang luas kecuali halaman dua buah SD, di depan masjid, dan depan kantor desa. Kecuali kompleks sekolah dasar dan perumahan guru.
Bentuk pulau ini agak bulat lonjong. Dalam peta, pulau ini tampak sebagai noktah hitam. Berdasarkan data Tempo, pada 1994 luasnya 16 hektare. Pulau ini memiliki status pemerintah desa. Bungin dibagi menjadi 3 dusun yang seluruhnya mencakup 15 RT. Menurut Sensus Penduduk 2010, pulau ini dihuni 3.025 jiwa. Luas Bungin mencapai 1,5 kilometer persegi.
Kerapatan ini terjadi karena semakin tumbuhnya pulau ini. Setiap penduduk bisa mendirikan rumah dengan cara menyediakan lahan sendiri. Maksudnya, bagi yang ingin memiliki rumah, bisa melakukannya dengan cara memperluas pulau itu menggunakan tumpukan batu-batu karang yang dianggap sudah mati.
Menurut buku Mengenal Kabupaten Sumbawa yang diterbitkan Humas Pemda Sumbawa, berkembangnya jumlah penduduk suku Bajo sebagai pendatang dari Sulawesi Selatan, menyebabkan lahan pulau semakin tidak mencukupi. Sebagai manusia laut, dibangunlah rumah-rumah panggung dengan cara menyusun batu karang terlebih dahulu di pinggir laut. Lama kelamaan dengan bertambahnya rumah baru, maka bertambah luas pulau pulaunya.
“Pulau ini mungkin satu-satunya pulau terpadat, dan satu-satunya pulau yang luasnya terus bertambah,” kata Sopian, Kepala Desa Pulau Bungin.
Karena keunikan meluasnya pulau seiring dengan pertambahan rumah penduduk, Bungin menjadi salah satu obyek wisata untuk kabupaten Sumbawa. Setiap Minggu pulau ini dikunjungi wisatawan mancanegara.
Waktu itu, pulau ini masih bisa diperluas ke arah utara dan timur. Sebab, pada bagian barat dan selatan sudah tidak memungkinkan lagi karena kedalaman laut yang lebih dari 2 meter. Rata-rata, setiap tahunnya, bertambah 10 buah rumah baru di Pulau Bungin. Biasanya dipilih bulan baik untuk mendirikan rumah yaitu Sya'ban menjelang puasa.
Bertambahnya sebuah rumah baru, berarti lahan pulau itu bertambah luasnya sekitar satu are atau sesuai ukuran rumah mereka 9 kali 12 meter. Semua penduduk boleh membangun rumah tanpa ada batasan. Luasnya bukan dijatah. Tapi berdasarkan kemampuan masing-masing. Sebab mereka harus mengumpulkan batu karang mati dari tengah laut. Berapa banyak batu karang yang harus dikumpulkan apabila luas lahannya 100 meter persegi dan ketinggian tumpukannya sekitar 2 meter.
Untuk mendirikan rumah, warga setempat terlebih dahulu memberitahukan kepada tetangganya. Izin diberikan jika dianggap memenuhi syarat, misalnya telah berkeluarga. Namun, perlu pula diketahui apakah lokasi yang diinginkan belum menjadi milik orang lain.
Apabila telah ditetapkan akan didirikan rumah oleh seseorang, wilayah itu ditandai dengan tiang dan timbunan batu. Cukup dengan menandai lokasinya, maka orang lain tidak bisa lagi mengambilnya. Pekerjaaan mendirikan rumah panggung yang terbuat dari papan bertiang kayu ini dilakukan secara bergotong royong. Tradisi gotong royong ini ditandai bunyi tawa-tawa (gong kecil dari kuningan) sebagai pertanda adanya orang yang ''bekerja''.
Soal batasan waktu mendirikan rumah, tak ada ketentuannya. Semua tergantung kemampuan masing-masing. Bisa saja banyak-banyak mengkavling asal kuat.
Untuk dasar rumah, mereka mengambil karang-karang laut yang telah mati. Ini dikaitkan dengan penyuluhan hukum yang pernah dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Sumbawa Besar tentang Perda Nomor 5 Tahun 1982 yang berkaitan dengan sanksi hukuman perusakan kelestarian alam karena pengambilan batu karang
2. Kambing Makan Kertas
Ciyuss!! suer dah. kalo gak percaya ada kambing makan kertas, agan boleh datang sendiri ke P. Bungin.
sekali waktu TS bersama beberapa teman pernah mengunjungi Pulau ini. celakanya, beberapa dokumen yang TS bawa sempat disambar sama tuh kambing. bahkan temen cewek TS juga hampir diembat roknya.
kelakuan kambing makan kertas ini menjadi daya tarik sendiri bagi pelancong yang datang. mereka dengan sengaja menyodorkan beberapa lembar kertas ke kambing-kambing tersebut. kalo waktu sekolah kita mendengar bahwa kambing itu herbivora, maka teori itu tidak berlaku di pulau Bungin. Kambing disini OMNIVORA gan.
Di Bungin kambing memang tak punya pilihan makanan lain, selain sampah kertas dan kain bekas. Tekstur pulau batu karang tak memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh, meski hanya rumput.
Sekarang infrastruktur di pulau Bungin pun terus terbenahi dari tahun ke tahun. Listrik PLN dan Air PDAM sudah masuk ke sana.Sudah ada dua buah Sekolah Dasar di Pulau itu, dan sebuah Puskesmas pembantu. Secara swadaya pula, mereka membangun tanggul sepanjang 750 Meter dengan lebar 2 Meter. Tanggul itu menghubungakan Bungin dengan daratan, sehingga selain menyeberang perahu, kini menuju Bungin bisa lewat darat.
Selain memudahkan akses masyarakat ke darat, tanggul itu juga untuk mempermudah jika ada warga Bungin yang meninggal dunia. Sebab mereka dimakamkan di sebuah tanjung yang diberi nama Tanjung Kuburan, di darat.
“Dari tanjung darat itu, pemerintah yang membantu membuka jalan sepanjang 3 KM ke jalan raya utama,” kata Kades Bungin, Sopian.
Masyarakat Pulau Bungin masih mengharapkan bantuan pemerintah untuk dunia pendidikan di sana. Berharap ada SMP dan SMA di pulau itu, walaupun lokasinya harus dikerjakan gotong royong.
Kini, Bungin sudah menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Sumbawa. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara ingin melihat dari dekat.
Ada satu yang tak pernah berubah di pulau itu. Walau semua rumah memiliki kamar mandi, namun tak satu rumah pun punya WC. Buang air tetap dilakukan di laut.Selain keramahan penduduknya, ada hal yang pasti berkesan ketika berkunjung ke Pulau Bungin. Kita bisa menikmati indahnya Sunrise dan Sunset di pulau yang sama
penampakannya gan...
Indonesia memang negara seribu (bahkan lebih banyak) pulau. Dan salah satu pulau yang ada di Indonesia termasuk ke dalam Pulau terpadat populasinya di dunia. kepadatan pulau ini melebihi kepadatan pulau Jawa dengan kepadatan 36000 jiwa/km2 sedangkan kepadatan pulau jawa hanya sekitar 813 jiwa/km2. Denga kata lain kepadatan pulau ini sama dengan 44 kali kepadatan pulau Jawa. Pulau yang hanya seluas 8 hektar ini (data sememntara, dan ane yakin luasnya udah nambah) mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2.800 Jiwa dan dapat diakses di koordinat 8°28'37.69"S 116°59'43.25"
Spoiler for cekidot:
itu adalah tampilan dari atas sebuah pulau terpadat di dunia. namanya Pulau Bungin
Pulau Bungin
pulau ini berlokasi di sebelah utara (hanya 3 mil dari garis pantai P. Sumbawa - NTB). Di pulau ini penduduknya mayoritas (bisa dikatakan 100%) adalah keturunan suku bugis dan mata pencaharian mereka adalah nelayan.
Meskipun ada juga yang berprofesi sebagai PNS, wiraswasta, petani, dll.
selain menyandang ststus Pulau terpadat Di Dunia, Pulau Bungin ini juga memiliki keunikan yang jarang ditemukan di tempat lain - beberapa diantaranya hanya akan agan-agan temukan di pulau bungin ini.
meskipun padat penduduknya, kampung-kampung di sana relatif bersih. Tak ada timbunan sampah berserakan. Kondisi lingkungan yang rapat dan tiadanya air bersih yang cukup untuk layaknya hidup sehat ternyata tidak membuat pemukimnya berkehendak untuk berpindah dari pulau tersebut.
Riwayat Bungin dihuni penduduk suku Bajo, menurut cerita dihitung sejak kedatangan Palema Mayo sebelum meletusnya gunung Tambora di daratan Sumbawa, pada 1812. Palema Mayu adalah seorang dari 6 orang anak raja Selayar. Kenapa Palema Mayo ke Bungin, tak ada yang tahu. Waktu itu, pulau Bungin yang berpasir putih ini masih kosong. Hanya ditumbuhi pohon Bakau saja.
1. Luas Wilayah
Ini salah satu keunikan pulau Bungin. Jika agan mencari data luas wilayah Pulau bungin pada tahun 2013, maka data yang agan terima itu tidak akan sama dengan data setahun kemudian. Bahkan luas pulau Bungin ini berubah-ubah setiap bulannya, atau bahkan setiap minggu. Ane gak yakin ada pulau lain yang bisa kayak gini.
Hal ini disebabkan karena penduduk P. Bungin menerapkan sebuah aturan baku yang harus ditaati oleh semua penduduknya, yaitu:
"jika seorang pemuda hendak menikah, maka ada persyaratan yang harus dia penuhi. Persyaratan itu adalah Si Pemuda harus menyiapkan lahan untuk membuat rumah bagi dia dan isterinya."
kenapa? karena tingkat kepadatan P. Bungin yang Naudzubillah yang bahkan lahan kosong pun tidak ada!! "sehingga si pemuda tadi harus mengumpulkan batu karang dari lautan untuk membuat lahan kosong agar dia bisa mendirikan rumah" ucap salah satu tetua adat P. bungin.
nah, sekedar info gan. Sebelum si pemuda tadi berhasil mengumpulkan batu karang sebagai tempat dia membangun rumah, maka dia belum boleh menikah.
Demikian pula jarak antar rumah-rumah penduduknya yang berbentuk rumah panggung khas orang suku Bajo Sulawesi seperti di Pulau Sumbawa. Hampir tidak ada lahan kosong yang luas kecuali halaman dua buah SD, di depan masjid, dan depan kantor desa. Kecuali kompleks sekolah dasar dan perumahan guru.
Bentuk pulau ini agak bulat lonjong. Dalam peta, pulau ini tampak sebagai noktah hitam. Berdasarkan data Tempo, pada 1994 luasnya 16 hektare. Pulau ini memiliki status pemerintah desa. Bungin dibagi menjadi 3 dusun yang seluruhnya mencakup 15 RT. Menurut Sensus Penduduk 2010, pulau ini dihuni 3.025 jiwa. Luas Bungin mencapai 1,5 kilometer persegi.
Kerapatan ini terjadi karena semakin tumbuhnya pulau ini. Setiap penduduk bisa mendirikan rumah dengan cara menyediakan lahan sendiri. Maksudnya, bagi yang ingin memiliki rumah, bisa melakukannya dengan cara memperluas pulau itu menggunakan tumpukan batu-batu karang yang dianggap sudah mati.
Menurut buku Mengenal Kabupaten Sumbawa yang diterbitkan Humas Pemda Sumbawa, berkembangnya jumlah penduduk suku Bajo sebagai pendatang dari Sulawesi Selatan, menyebabkan lahan pulau semakin tidak mencukupi. Sebagai manusia laut, dibangunlah rumah-rumah panggung dengan cara menyusun batu karang terlebih dahulu di pinggir laut. Lama kelamaan dengan bertambahnya rumah baru, maka bertambah luas pulau pulaunya.
“Pulau ini mungkin satu-satunya pulau terpadat, dan satu-satunya pulau yang luasnya terus bertambah,” kata Sopian, Kepala Desa Pulau Bungin.
Karena keunikan meluasnya pulau seiring dengan pertambahan rumah penduduk, Bungin menjadi salah satu obyek wisata untuk kabupaten Sumbawa. Setiap Minggu pulau ini dikunjungi wisatawan mancanegara.
Waktu itu, pulau ini masih bisa diperluas ke arah utara dan timur. Sebab, pada bagian barat dan selatan sudah tidak memungkinkan lagi karena kedalaman laut yang lebih dari 2 meter. Rata-rata, setiap tahunnya, bertambah 10 buah rumah baru di Pulau Bungin. Biasanya dipilih bulan baik untuk mendirikan rumah yaitu Sya'ban menjelang puasa.
Bertambahnya sebuah rumah baru, berarti lahan pulau itu bertambah luasnya sekitar satu are atau sesuai ukuran rumah mereka 9 kali 12 meter. Semua penduduk boleh membangun rumah tanpa ada batasan. Luasnya bukan dijatah. Tapi berdasarkan kemampuan masing-masing. Sebab mereka harus mengumpulkan batu karang mati dari tengah laut. Berapa banyak batu karang yang harus dikumpulkan apabila luas lahannya 100 meter persegi dan ketinggian tumpukannya sekitar 2 meter.
Untuk mendirikan rumah, warga setempat terlebih dahulu memberitahukan kepada tetangganya. Izin diberikan jika dianggap memenuhi syarat, misalnya telah berkeluarga. Namun, perlu pula diketahui apakah lokasi yang diinginkan belum menjadi milik orang lain.
Apabila telah ditetapkan akan didirikan rumah oleh seseorang, wilayah itu ditandai dengan tiang dan timbunan batu. Cukup dengan menandai lokasinya, maka orang lain tidak bisa lagi mengambilnya. Pekerjaaan mendirikan rumah panggung yang terbuat dari papan bertiang kayu ini dilakukan secara bergotong royong. Tradisi gotong royong ini ditandai bunyi tawa-tawa (gong kecil dari kuningan) sebagai pertanda adanya orang yang ''bekerja''.
Soal batasan waktu mendirikan rumah, tak ada ketentuannya. Semua tergantung kemampuan masing-masing. Bisa saja banyak-banyak mengkavling asal kuat.
Untuk dasar rumah, mereka mengambil karang-karang laut yang telah mati. Ini dikaitkan dengan penyuluhan hukum yang pernah dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Sumbawa Besar tentang Perda Nomor 5 Tahun 1982 yang berkaitan dengan sanksi hukuman perusakan kelestarian alam karena pengambilan batu karang
2. Kambing Makan Kertas
Ciyuss!! suer dah. kalo gak percaya ada kambing makan kertas, agan boleh datang sendiri ke P. Bungin.
sekali waktu TS bersama beberapa teman pernah mengunjungi Pulau ini. celakanya, beberapa dokumen yang TS bawa sempat disambar sama tuh kambing. bahkan temen cewek TS juga hampir diembat roknya.
Spoiler for kambing omnivora (makan kertas):
kelakuan kambing makan kertas ini menjadi daya tarik sendiri bagi pelancong yang datang. mereka dengan sengaja menyodorkan beberapa lembar kertas ke kambing-kambing tersebut. kalo waktu sekolah kita mendengar bahwa kambing itu herbivora, maka teori itu tidak berlaku di pulau Bungin. Kambing disini OMNIVORA gan.
Di Bungin kambing memang tak punya pilihan makanan lain, selain sampah kertas dan kain bekas. Tekstur pulau batu karang tak memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh, meski hanya rumput.
Sekarang infrastruktur di pulau Bungin pun terus terbenahi dari tahun ke tahun. Listrik PLN dan Air PDAM sudah masuk ke sana.Sudah ada dua buah Sekolah Dasar di Pulau itu, dan sebuah Puskesmas pembantu. Secara swadaya pula, mereka membangun tanggul sepanjang 750 Meter dengan lebar 2 Meter. Tanggul itu menghubungakan Bungin dengan daratan, sehingga selain menyeberang perahu, kini menuju Bungin bisa lewat darat.
Selain memudahkan akses masyarakat ke darat, tanggul itu juga untuk mempermudah jika ada warga Bungin yang meninggal dunia. Sebab mereka dimakamkan di sebuah tanjung yang diberi nama Tanjung Kuburan, di darat.
“Dari tanjung darat itu, pemerintah yang membantu membuka jalan sepanjang 3 KM ke jalan raya utama,” kata Kades Bungin, Sopian.
Masyarakat Pulau Bungin masih mengharapkan bantuan pemerintah untuk dunia pendidikan di sana. Berharap ada SMP dan SMA di pulau itu, walaupun lokasinya harus dikerjakan gotong royong.
Kini, Bungin sudah menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Sumbawa. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara ingin melihat dari dekat.
Ada satu yang tak pernah berubah di pulau itu. Walau semua rumah memiliki kamar mandi, namun tak satu rumah pun punya WC. Buang air tetap dilakukan di laut.Selain keramahan penduduknya, ada hal yang pasti berkesan ketika berkunjung ke Pulau Bungin. Kita bisa menikmati indahnya Sunrise dan Sunset di pulau yang sama
penampakannya gan...
Spoiler for rumah di atas tumpukan karang:
Spoiler for Padat gaaaannn:
Spoiler for nih lahan rumah buat yang mau kimpoy:
Spoiler for kambing lagi (plastik juga disikat gan!!):
Spoiler for Sunset gan:
Spoiler for dari atas lagi:
0
8.2K
25
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan