Kaskus

Entertainment

baya2000Avatar border
TS
baya2000
Sebuah Dunia Untuk Nathan
Takterlukiskan kebahagiaan Mazaya saat pertama kali ia tahu ada kehidupan
di dalam rahimnya. Nathan, hadir menebar benih kebahagiaan di kehidupan
Mazaya dan Haykel yang sempat senyap selama empat tahun lamanya. Proses
melahirkan yang harus melalui prosedur vacuum dan rasa sakit tak
terperihkan terbayar sudah saat tangis kecilnya memecah keheningan malam.

Nathan adalah bayi yang sangat menyenangkan. Tidak pernah rewel bahkan ia
seolah mengerti kelelahan Mazaya dalam mengasuhnya sehingga tangisnya
hampir tak pernah terdengar dimalam hari. Mazaya mengganggap Nathan adalah
malaikat kecil persembahan Tuhan untuk lebih memaknai hidupnya.
Namun ketika bulan merambat hingga menjelang satu tahun usianya.

Mazaya baru merasakan ada hal yang tak normal pada diri Nathan.
Ia tak bisa focus dan hampir tak ada kontak mata, tak bisa tersenyum bahkan untuk permainan
simple seperti "cilukba", tak ada ekspresi hidup diwajah mungilnya. Dan
yang membuat hati ibu muda itu bagai direngut dari tempatnya adalah ketika
pada suatu hari Nathan membentur-benturkan kepalanya ke dinding hingga
memar-memar dibagian keningnya.


Apa yang terlintas dibenak Mazaya saat itu adalah sebuah kengerian dan
ketidak yakinan pada sebuah kata "Autisme". Tanpa berpikir panjang ia
langsung menghubungi Linda sahabatnya yang kebetulan juga memiliki anak
dengan "berkah" Autisme, untuk mencari referensi mengenai dokter terbaik
yang dapat memberikan pertolongan bagi Nathan kecilnya.

"Dari pemeriksaan yang saya lakukan, memang terdapat gejala Autisme
Infantil pada Nathan" Ujar dokter Farras yang membuat Mazaya seolah
disengat listrik ribuan kilowatt.

"Sejak lahir ia baik-baik saja Dok, memang sering diare dan agak lambat
berbicara tapi kenapa tiba-tiba harus terkena Autis ? Bisakah disembuhkan
?" Tanyanya cemas dengan air mata bersimbah jatuh.

"Tenang Bu" Ujar Dokter Farras menenangkan "Sekarang ini telah banyak
penderita Autis yang bisa disembuhkan dan dapat tumbuh layaknya anak yang terlahir normal. Tapi tentunya dengan perawatan medis serta nonmedis yang menyeluruh" Ujarnya

"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang Dok" Tanya Mazaya sambil
mendekap tubuh Nathan.

"Hal pertama adalah lakukan diet GFCF."

> "Diet GFCF ? Jenis-jenis makanan apa saja Dok ?"


"Maksudnya adalah Gluten Free and Casein Free. Nathan sama sekali dilarang menyantap makanan yang mengandung terigu, gandum dan susu sapi. Mulai sekarang gantilah menu hariannya dan konsumsi susu yang tidak mengandung jenis makanan itu. Nanti akan saya berikan resep sederhana untuk panduan Ibu dalam memberi makanan pada Nathan.
Tapi di pasaran juga sudah banyak diterbitkan buku-buku masakan untuk anak Autis,
cobalah cari ditoko-toko buku. Tidak usah cemas Bu. Usia Nathan masih terbilang muda saat terdeteksi. Ada pasien saya yang sudah berusia empat tahun ketika orang tuanya sadar anaknya menderita Autis dan bisa disembuhkan meskipun masih terus menjalani terapi lanjutan sampai saat ini.

Yang terpenting dalam hal ini adalah dukungan, kasih sayang serta perhatian tulus dari Ibu selaku orang tua Nathan".

Dokter Farras menepuk-nepuk bahu Mazaya seolah hendak memberi kekuatan pada Ibu muda itu. Tak ada satu orang tuapun yang menghendaki anaknya terlahir dengan kondisi tersebut. Tapi apapun kenyataannya, mata batin Mazaya sudah bisa melihat gambaran kehidupan seperti apa yang akan
dilaluinya bersama Nathan.

Haykel termenung sedih mendengar penuturan Mazaya. Ia tak habis pikir
bagaimana bisa penyakit menakutkan itu menghinggapi buah hatinya. Padahal ia sendiri terlahir dari keturunan yang kesemuanya sehat dan tidak ada yang beriwayat hiperaktip apalagi Autis.

"Mungkin diagnosa Dokter Farras salah, coba bawa Nathan ke dokter anak
yang lain" ujarnya tak yakin.

"Dokter Farras menggunakan DSM-IV atau ICD-10 saat menarik kesimpulan
mengenai penyakit itu, menurutnya itu adalah standar internasional untuk
mendeteksi Autisme. Setelah diwawancara, Ia juga menyuruhku mengisi form
kuesioner berkenaan dengan kondisi Nathan. Dan tiga hari lagi Nathan
diminta untuk melakukan pemeriksaan fisik seperti darah, urine dan
lainnya. Boleh juga sich, minta pendapat dokter lain tapi bukannya itu
malah buang waktu. Lebih baik kita ikuti saja saran Dokter Farras untuk
menjalani terapi dan pengobatan medis buat Nathan" Ujarnya serius seraya
menyelimuti tubuh Nathan "Kebetulan Dokter Farras itu juga yang menangani
> anaknya Linda, jadi pengalamannya untuk pasien Autis sudah tidak diragukan lagi."

Haykel menghela nafas dalam "Jadi kamu terima saja anak kita di vonis
Autis ?" ujarnya meninggi. "Lalu mau bagaimana lagi ? Hal terbaik yang
bisa kita lakukan adalah segera berbuat sesuatu buat Nathan". "Aku nggak
percaya ! Aku ini dari keturunan yang bersih, tidak mungkin anakku
menderita penyakit itu !" sahut Heykal semakin meninggi. Mazaya mencoba
menenangkan rasa frustasi suaminya.

"Autis bukan penyakit keturunan Mas. Menurut Dokter Farras, Autis bisa
disembuhkan walau memakan waktu lama dan sangat membutuhkan kesabaran serta kasih sayang kita selaku orang tuanya." Ujar Mazaya sambil
menggenggam jemari suaminya yang dingin.

"Mas, Nathan adalah anak kita. Terimalah kehadirannya sebagaimana dia
adanya. Nathan apalagi kita memang tak menghendaki takdir ini. Tapi kita
lah yang ditunjuk Tuhan untuk memberikan masa depan terbaik buatnya."

Heykal hanya terdiam kaku. Entah hormon apa yang tengah bekerja ditubuhnya saat ini. Yang jelas ia seolah ingin lari dari kenyataan yang ada. Ingin mengingkari nasib yang kini menjadi bagian dari hidupnya. Malah dihatinya terbit kebencian tak beralasan pada Mazaya.

Waktupun berlalu. Kini seluruh hidup Mazaya hanya tertumpah untuk Nathan.
Karirnya sebagai Account Executive di sebuah perusahaan asing,
ditinggalkannya. Kegiatan Mazaya hanya berkutat pada pengobatan dan terapi buat Nathan. Walaupun perkembangan berarti belum juga ditemuinya. Kini Nathan sudah berusia 2 tahun. Tapi ia belum lagi bisa berucap kata-kata
dengan artikulasi yang jelas dan bermakna. Kalau anak normal sudah bisa
berlari. Nathan baru bisa berjalan dengan merambat ke dinding. Namun
Mazaya adalah Ibu yang kuat dan tabah. Ia tetap tersenyum saat kontak mata dengan buah hatinya begitu sulit didapat. Bahkan kelelahan mengurus Nathan
dipagi hari tak dirasakannya saat Nathan mengalami insomnia dimalam
harinya. Ia tetap menemani Nathan sambil berusaha melakukan interaksi
dengan berbagai permainan yang dapat menarik perhatian agar Nathan tidak
terus terjerat dalam dunia autisnya.

Sementara Mazaya tenggelam dalam kesibukannya merajut dunia yang
seharusnya untuk Nathan. Lain halnya dengan Haykel. Ia sama sekali tak
peduli dengan keadaan anaknya. Dulu ia tak pernah pulang lewat jam tujuh
malam tapi sekarang, Haykel lebih sering menghabiskan waktunya diluar
bersama teman-temannya. Ia memang tidak setegar Mazaya. Terlahir ditengah keluarga bangsawan yang serba berkecukupan membuatnya begitu rapuh dan malu menerima kenyataan yang ada pada Nathan. Tapi Tuhan akan selalu mengirimkan Ibu terbaik pilihanNya pada setiap anak dengan takdir seperti Nathan dan ia akan senantiasa memiliki semangat dan energi berlebih untuk membawanya keluar dari dunia yang melingkupinya saat ini. Dunia dimana hanya ada satu warna, satu bentuk, satu arti dan sulit dimengerti.

Dan Mazaya tanpa lelah melobby Tuhan lewat usaha serta doanya dalam menarik buah hatinya dari dunia muram itu.

Mazaya terbelakak tak percaya melihat resep suplemen dan vitamin yang
diberikan Dokter Farras. "Sebanyak ini Dok ? Apa bisa Nathan menelan
kapsul sebanyak ini dalam sehari ?" "Harus. Kapsul-kapsul itu adalah
suplemen dan vitamin untuk membantu tumbuh kembangnya yang lambat".

Mazaya "menghela nafas berat. Balita sekecil itu sudah diharus kan akrab dengan segala macam bentuk penyembuhan yang terkadang membuatnya tak nyaman.
Terapi dan pengobatan yang dijalani Nathan saat ini sudah merupakan
siksaan batin tersendiri buat Mazaya. Kini, ia diharuskan tega untuk
memberi kapsul-kapsul suplemen dan vitamin ke mulut kecilnya setiap hari
Mazaya menghampiri Haykel yang tengah asyik menonton TV.

"Mas, tadi Dokter Farras meresepkan suplemen-suplemen ini untuk Nathan.
Ada 25 kapsul yang harus ditelannya setiap hari." Suara Mazaya merendah
demi melihat air muka suaminya yang dingin tanpa reaksi, sementara
tatapannya sama sekali tak beranjak dari acara "Candid Camera".

"Mas, bantu aku yah... Nathan pasti mengamuk kalau dia tahu harus menelan
kapsul sebanyak ini". "Ah ! minta tolong suster dan Mbok Ipah saja. Masa
tiga orang tidak cukup. Memangnya dia Hulk" Sahutnya kasar seraya
membanting remote control digenggamannya. Mendengar itu amarah Mazaya
langsung memuncak. Kesabarannya habis sudah demi melihat tingkah suaminya
yang sudah mati rasa dan tak berhati lagi. Pluk! Asbak rokok seberat 1 kg
pun mendarat di kening Haykel.

Haykel berdiri dengan amarah yang tak kalah dahsyatnya. Diraihnya tubuh
ringkih Mazaya lalu dilemparnya dengan kasar hingga membentur dinding.
"Perempuan kotor ! Itu salahmu dan tanggung jawabmu hingga punya anak
idiot seperti itu !" umpatnya kasar. Mazaya ingin membalas tapi segera di
relai Mbok Ipah.

"Nathan Bu, ingat Nathan" Bujuk wanita tua itu gemetar. "Selama kamu tak
bisa menerima keadaan Nathan, lebih baik tinggalkan saja kami" Ujar Mazaya
seraya berlalu dengan mata sembab.

Dan keinginan Mazaya ternyata ditanggapi sangat serius oleh Haykel. Surat
ceraipun tiba satu bulan setelah kejadian itu. Tak ada pihak yang dapat
mendamaikan mereka lagi. Haykel bagai tengah kerasukan setan dari neraka
paling dasar, sementara Mazaya tak punya ruang lagi di batinnya untuk
kedukaan lain. Nathan, hanya manusia kecil itu yang ada dibenaknya serta
serentetan usaha penyelamatan buatnya. Beruntung keluarga Haykel masih mau berbelas kasihan pada Mazaya dan Nathan. Biaya hidup dan pengobatan Nathan sepenuhnya ditanggung oleh Ayah Haykel. Bahkan rumah yang selama ini mereka tempati dihibahkan untuk Mazaya, hanya mobil yang biasa dipakai Nathan untuk berobat dan terapi tak ada lagi, Haykel dengan tega telah menjualnya. Sehingga Mazaya harus berhemat dengan biaya yang ada, karena taxi adalah pilihan kendaraan paling nyaman buat Nathan saat ini.
Bahkan dengan berat hati ia pun harus mem PHK Suster Anis karena keterbatasan dana. Kini, hanya sisa Mbok Ipah dengan segala kekurangannya sebagai pengasuh usia setengah abad. "Kita adalah orang tua pilihan Tuhan. Karena kita memiliki nilai lebih di mataNya dibanding orang tua lain pada umumnya. Sehingga ada Nathan dan Qiandra di kehidupan kita" Ujar Linda
saat Mazaya berkunjung kerumahnya dan berkeluh kesah tentang nasibnya.
"Kamu beruntung Lin. Ayah Qiandra begitu bertanggung jawab dan bisa
menerima keadaan anaknya dengan berbesar hati".

"Sudahlah Mazaya, pasti ada hikmah dibalik semua ini. Toh Nathan juga
masih beruntung memiliki Opa dan Oma yang begitu mengasihinya dari pihakmu
dan Haykel". "Mengapa aku harus menikah dengannya" tangis Mazaya
menyesali. Linda memeluk tubuh karibnya yang terguncang tangis. "Jangan
pernah menyesali yang telah lalu. Ada Nathan dihadapanmu. Pada suatu saat
nanti, dialah yang akan memberi makna paling berarti dikehidupanmu.
Usahamu untuk penyembuhan Nathan melebih apa yang sudah aku lakukan buat Qiandra. Lihat saja, dia sudah menunjukkan kemajuan yang berarti khan?"
Bujuk Linda lembut. Mazaya mencoba menerima segala masukan dan nasehat dari orang -orang yang bersimpati padanya. Yah, memang hanya Nathan satu -satunya sinar hidup yang masih menyala terang dijiwanya. Mazaya yakin,
kelak sinar itu pula yang akan membawanya keluar dari kegelapan yang
melingkupi hidup mereka saat ini.

Lima tahun pun berlalu. Usia Nathan genap enam tahun, secara klinis kini
ia tak lagi menunjukkan ciri-ciri autis, hanya saja cara ia berkomunikasi
masih sering memiringkan kepalanya. Tapi kemajuan pesat menuju normal
telah dimiliki Nathan. Ia kini sudah bisa bersepeda roda dua. Meniup
sendiri balon-balon ulang tahunnya. Padahal saat ia berusia dua tahun,
butuh enam bulan lamanya berlatih, baru mulut kecil itu bisa melakukan
gerakan meniup. Namun apapun perubahan yang terjadi pada diri Nathan
adalah mukjizat terindah yang sangat disyukuri Ibunya.

Kehidupan Mazaya pun merambat naik. Saat Nathan mulai bisa mandiri. Secara perlahan ia pun kembali memasuki kehidupannya yang pernah dilepaskan demi membentuk masa depan bagi buah hatinya. Mazaya kembali bekerja meskipun harus merambah dari dasar. Hingga akhirnya tak ada ketergantungan materi dengan siapapun.
Kini ia telah mampu bernafas lega setelah selama lima tahun seolah bernafas dalam lumpur. Mazaya menggenggam erat jemari Nathan. Wajah mungil yang mewarisi ketampanan Heykal dan garis-garis ketegaran wajah Ibunya itu terlihat tegang. Hari ini adalah final "Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional" yang diikutinya.

"Mama, aku takut kalah" ujarnya ragu. Mazaya tersenyum lembut seraya
membelai rambut putranya.

"Nathan khan tadi sudah berdoa dan minta sama Tuhan untuk dikasih
kemenangan. Jadi, harus yakin bisa menang. Yang penting bacanya nanti yang bagus ya sayang" Sahutnya memberi semangat. Namun tak urung dada Ibu muda itu terasa sesak, ia takut Nathan kalah dan kecewa karena ia bertanding dengan 7 anak normal lainnya yang terseleksi masuk babak final hari ini.
Tapi dari kesemua peserta, hanya Nathan lah yang beriwayat autis.


Mama,
Aku memang terlahir beda

Kataku sulit dicerna

Wajahku tak bersinar ceria

Aku hidup didunia tanpa warna..


Mama,
Ada jemarimu menyaput warna diduniaku

Ada senyummu memberi bentuk di abstraknya hidupku

Ada senandungmu di senyapnya malamku.


Mama,
Kini duniaku tak lagi gulita

Doa mu melebihi mukjizat yang pernah ada

Kini aku hidup seperti mereka, dapat tertawa, bercanda dan berkarya


Terima kasih Mama,

Telah merajut rapi benang-benang masa depanku

Walau kutahu betapa banyak duka, derita dan air mata telah tertumpah

Peluk, cium serta sujudku, hanya untukmu yang selalu tercinta....


Air mata Mazaya menetes deras, ada letupan-letupan bahagia yang begitu
dahysat didadanya. Tepuk tangan riuh terdengar dari seluruh penjuru
gedung. Semua juri berdiri memberi penghargaan, mungkin karena mereka tahu
Nathan adalah penyandang autis yang berhasil menyamai kepintaran anak
normal. Bahkan Mazaya hampir tak percaya pada kalimat-kalimat puisi yang
begitu jelas diucapkannya. Secara subyektif, Mazaya yakin anaknya lah yang paling bagus dalam hal penampilan dan pembacaan puisi.


Ternyata apa yang diduga Mazaya benar. Pengumuman pemenangpun dibacakan
dan... Juara pertama diraih oleh Muhammad Nathan Ibrahim.


Ibu muda itu serta merta memeluk tubuh Nathan yang tiba-tiba terasa
dingin. Senyum ceria terpencar diwajah mungilnya. Senyum yang begitu lama
diperjuangkan olehnya.


"Mama, itu kan namaku" ujarnya lugu


"Ia Nak, kamu pemenangnya !


Dengan langkah mantap. Nathan pun melangkah menuju panggung penghargaan.
Sama sekali tak terlihat ciri-ciri autis pada dirinya. Mazaya memang telah
berhasil membawa buah hatinya keluar dari dunia yang tak pernah di
harapkan oleh Ibu manapun di jagat ini. Selama lima tahun berjuang,
akhirnya Mazaya berhasil mempersembahkan sebuah dunia bagi Nathan. Dunia yang sebenarnya, dimana ia akan mendapatkan banyak pilihan dalam
bercita-cita.

Berita kemenangan Nathan yang diliput beberapa media massa, akhirnya
sampai juga pada Haykel. Ada yang tercabik-cabik dihatinya. Haru, sesal
dan berjuta perasaan berkecamuk dibatinnya. Nathan terlihat begitu gagah
dengan piala ditangannya.


Senyumnya mengembang ceria meliputi kesempurnaan wajah tampannya. Ingin rasanya ia berlari memeluk 'pria kecil'nya yang pernah dicampakkan dan
dianggap tak berguna. Sayangnya Haykel tak pernah mengetahui kekuatan yang dimiliki Mazaya. Ia tak pernah menyadari, begitu banyak mukjizat terlimpah
dan tercipta untuk seorang Ibu seperti Mazaya.


Ada keinginan dihatinya untuk kembali memasuki kehidupannya yang dulu.
Tapi lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk suatu perubahan. Hidup
Haykel kini telah diramaikan oleh Natasha dan Mandira - bayi perempuan
mungil berusia satu tahun yang terdiagnosa tuna rungu sejak lahir. Karma
Tuhan memang selalu nyata. Dulu Haykel pernah menolak kehadiran Nathan,
tapi kemudian takdir kembali mempertemukannya dengan Mandira yang menuntut tanggung jawab dan perhatiannya sebagai orang tua. Ia pun akhirnya tersadar setiap anak adalah kado terindah dari Tuhan, hanya terkadang
mereka datang dengan sampul yang berbeda. Adakalanya hadir dengan motif
indah menawan Namun tak jarang terbungkus dalam sampul buram tanpa warna.
Tapi apapun bentuknya mereka tidak hadir begitu saja apalagi diluar
rencana atau ketidak sengajaan. Keberadaannya, selalu membawa pesan atau pembelajaran tersendiri bagi orang dewasa. Alangkah bahagianya jika
seorang anak diberitahu bahwa alasan mereka dilahirkan adalah karena ada
rencana besar Tuhan dan kedua orang tua mereka yang selalu mempersiapkan sebentuk masa depan indah dan kasih sayang berlimpah.
Diubah oleh baya2000 28-09-2013 21:32
0
1.8K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan