Selamat sore agan/aganwati sekalian khususnya dari Kalsel. Ane baru saja baca berita yang menurut ane miris untuk dilihat dan didengar saat kita bicara kemerdekaan. Berikut ini beritanya :
Quote:
Terpaksa melahirkan di kelotok. Itulah yang dialami sejumlah kaum perempuan di kawasan pinggiran Banjarmasin. Seperti yang dialami warga RT 25 RW 02 Basirih Selatan.
Tidak adanya akses jalan darat yang representatif dan terbatasnya tenaga kesehatan yang berada di kawasan itu, membuat perempuan hamil dipaksa dibawa menggunakan kelotok untuk menuju rumah sakit saat hendak melahirkan.
Tragisnya, karena jarak yang jauh, ada di antara perempuan iu yang tak mampu bertahan sehingga melahirkan di dalam kelotok. Hingga September 2013 ini, sudah tiga perempuan hamil yang mengalami nasib tersebut.
“Sulit sekali kalau mau berobat, belum lagi kalau ada ibu yang mau melahirkan. Kadang ada ibu-ibu melahirkan di kelotok, karena jauhnya perjalanan menuju kota. Kami ini berada di kota (Banjarmasin) tapi mau apa-apa susah. Tidak mungkin ibu hamil naik sepeda motor melewati jalan darat yang rusak parah,” ujar seorang warga, Aminah kepada BPost, kemarin.
Selama ini, kampung yang dihuni 448 orang itu memang terkesan terisolasi. Akses jalan darat hanya selebar satu hingga dua meter, berupa susunan kayu galam yang diuruk tanah dan pasir. Kanan kirinya ilalang dan sungai. Jalan itupun gelap gulita di malam hari karena tidak ada penerangan jalan umum (PJU). Bertahun-tahun kondisi itu terjadi, tanpa adanya ‘sentuhan’ pemko.
Karena ‘jauh’ dari kota itulah, segala aktivitas warga terkendala. Termasuk di bidang kesehatan. Di kampung itu memang ada Poskedes (Pos Kesehatan Desa). Namun cuma buka sekitar dua hingga tiga jam di pagi hari. Tidak ada petugas medis yang standby setelah pukul 11.00 Wita.
Warga yang mendadak sakit kala malam terpaksa harus menahan deritanya hingga pagi. Kalau sakitnya parah, satu-satunya jalan menggunakan kelotok menembus sungai yang gelap menuju rumah sakit.
“Pokoknya kalau ada yang sakit kami pasti kebingungan. Cuma pagi saja ada tenaga kesehatan. Untuk itu kami mohon agar ada bidan tunggu di tempat kami. Untuk apa ada balai rumah kesehatan kalau tidak berpenghuni,” tegas Ketua RT 25 Juhansyah.
Berdasar pantauan koran ini, kondisi Poskedes yang dibangun pada 2008 di kampung itu terbilang terawat dan bersih. Sayang, seringkali tertutup.
“Kami berdoa dan berharap semoga ada bidan tunggu yang tinggaldi tempat kami. Yang ada ini memang selalu hadir di jam kerja, tapi singkat banar pelayanannya. Dan juga, kami pun tidak punya penerangan jalan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Achmad Rudiansyah mengatakan sebenarnya ketersediaan tenaga bidan sudah memadai.
“Karena yang baru lulus pun mereka bisa mengabdi sebagai tenaga bidan karena sudah punya kompetensi. Kecuali yang sangat tepencil, dengan pertimbangan keselamatan dan keamanan serta efektivitas pelayanan dan cakupan” tegas dia.
Sumber
Thread ane yang lain:
Lima Model Asia yang Banyak Disukai oleh Orang Barat