- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gita Mundur Sebagai Menteri Perdagangan


TS
kemalmahendra
Gita Mundur Sebagai Menteri Perdagangan
Menteri Perdagangan Gita Irawan Wiryawan menyatakan bahwa dirinya sudah menyampaikan permohonan mundur secara lisan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pilihan itu diambil karena ia ingin berkonsentrasi untuk mengikuti konvensi Partai Demokrat, di mana ia menjadi salah satu dari 11 calon presiden dari partai tersebut.
Sampai sekarang Gita masih menunggu jawaban dari Presiden. Semua tergantung kepada Presiden apakah pengunduran dirinya bisa diterima dan tidak akan memengaruhi Kabinet Indonesia Bersatu II ataukah ia masih dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas sebagai menteri yang masih tersisa satu tahun.
Keputusan untuk mundur bukan hanya merupakan hak prerogatif dari Presiden. Sebagai pribadi, Gita pun memunyai hak untuk mundur. Sebab keputusan untuk mundur bukanlah untuk mengganggu kinerja kabinet, tetapi untuk sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.
Kita tahu bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Tidak mungkin kita mendapatkan semua yang kita inginkan. Pilihan harus diambil karena ada yang lebih baik yang bisa didapatkan. Dengan pilihan yang diambil maka kita akan lebih berkonsentrasi dan mengerjakan pilihan itu dengan sebaik-baiknya.
Pilihan untuk menjadi calon presiden, jelas merupakan pilihan yang luar biasa. Tidak semua orang memiliki keberanian untuk menjadi presiden dan bersedia untuk mengorbankan kehidupan pribadinya untuk melayani kepentingan bangsa dan negara.
Seorang presiden harus memikul pekerjaan berat yang luar biasa. Apalagi untuk menjadi Presiden Indonesia yang bukan hanya harus menjaga kedaulatan Republik Indonesia yang bentangan wilayah mulai dari London sampai Moskwa, tetapi dengan penduduk yang mencapai 240 juta jiwa.
Tentunya ada kenikmatan yang juga didapatkan sebagai seorang presiden. Ada kehormatan tinggi yang bisa diperoleh. Tetapi kehormatan itu menuntut tanggung jawab yang tidak ringan. Noblesse oblige, di balik kehormatan itu ada tanggung jawab yang berat.
Jalan untuk menuju kursi kekuasaan tidaklah mudah. Ada perjalanan panjang dan berliku yang harus dilalui. Jalan yang harus dilalui orang seperti Gita adalah harus melewati ujian konvensi. Inilah jalan yang berliku dan juga terjal.
Oleh karena perjalanan yang tidak mudah itu, sewajarlah apabila Gita harus berkonsentrasi penuh. Tidaklah mungkin ia bisa membagi tugas untuk mempersiapkan diri sebagai calon presiden dan melaksanakan tugas keseharian sebagai menteri perdagangan.
Apalagi posisi menteri perdagangan sekarang ini sangatlah krusial. Untuk memperbaiki defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan, maka kita perlu mendorong ekspor. Untuk itu menteri perdagangan harus aktif untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
Pada awal menjadi menteri perdagangan, itulah yang dilakukan oleh Gita. Hampir setiap saat ia berada di luar negeri untuk membuka pintu ekspor baik ke negara-negara yang menjadi partner utama Indonesia maupun ke negara-negara baru yang bisa dimasuki produk Indonesia.
Sebagai seorang calon presiden, Gita sebaliknya harus lebih menyapa para pemilihnya. Sebab orang yang akan menentukan dirinya bisa terpilih sebagai calon presiden dari Partai Demokrat maupun nanti menjadi Presiden Republik Indonesia bukanlah orang-orang di luar negeri, tetapi masyarakat di dalam negeri.
Di sinilah pilihan Gita menjadi sangat menentukan. Ia tidak mungkin bisa memenangi konvensi tanpa serius bertemu para pemilihnya. Sebaliknya, ia tidak mungkin akan sukses menjadi menteri perdagangan apabila tidak sungguh-sungguh membuka jalan ekspor bagi produk-produk Indonesia.
Desakan agar para menteri dan pejabat negara yang memilih terjun ke politik praktis dan bahkan menjadi calon presiden memang disuarakan banyak pihak. Kita melihat banyak pejabat negara yang sudah mengintip jabatan presiden seperti Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan.
Kepada semua pejabat negara, kita meminta agar memilih jalan yang hendak ditempuh. Tidak mungkin keinginan menjadi calon presiden dilakukan dengan menyambi pekerjaan. Itu membutuhkan kesungguhan dan keseriusan untuk melaksanakannya. Mereka harus menyapa langsung masyarakat pemilih apabila ingin terpilih sebagai pemimpin bangsa ini.
Tentu ada risiko yang akan dihadapi ketika kita memilih jabatan tertentu dengan melepas jabatan yang ada. Namun itulah risiko dari sebuah pilihan dan menjadi seorang calon presiden harus melewati jalan yang panjang, berliku, dan terjal tadi. Untuk itulah kita harus pintar mengukur diri, apakah saya pantas menjadi presiden dan apakah rakyat akan memilih saya sebagai presiden?
Sampai sekarang Gita masih menunggu jawaban dari Presiden. Semua tergantung kepada Presiden apakah pengunduran dirinya bisa diterima dan tidak akan memengaruhi Kabinet Indonesia Bersatu II ataukah ia masih dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas sebagai menteri yang masih tersisa satu tahun.
Keputusan untuk mundur bukan hanya merupakan hak prerogatif dari Presiden. Sebagai pribadi, Gita pun memunyai hak untuk mundur. Sebab keputusan untuk mundur bukanlah untuk mengganggu kinerja kabinet, tetapi untuk sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.
Kita tahu bahwa hidup adalah sebuah pilihan. Tidak mungkin kita mendapatkan semua yang kita inginkan. Pilihan harus diambil karena ada yang lebih baik yang bisa didapatkan. Dengan pilihan yang diambil maka kita akan lebih berkonsentrasi dan mengerjakan pilihan itu dengan sebaik-baiknya.
Pilihan untuk menjadi calon presiden, jelas merupakan pilihan yang luar biasa. Tidak semua orang memiliki keberanian untuk menjadi presiden dan bersedia untuk mengorbankan kehidupan pribadinya untuk melayani kepentingan bangsa dan negara.
Seorang presiden harus memikul pekerjaan berat yang luar biasa. Apalagi untuk menjadi Presiden Indonesia yang bukan hanya harus menjaga kedaulatan Republik Indonesia yang bentangan wilayah mulai dari London sampai Moskwa, tetapi dengan penduduk yang mencapai 240 juta jiwa.
Tentunya ada kenikmatan yang juga didapatkan sebagai seorang presiden. Ada kehormatan tinggi yang bisa diperoleh. Tetapi kehormatan itu menuntut tanggung jawab yang tidak ringan. Noblesse oblige, di balik kehormatan itu ada tanggung jawab yang berat.
Jalan untuk menuju kursi kekuasaan tidaklah mudah. Ada perjalanan panjang dan berliku yang harus dilalui. Jalan yang harus dilalui orang seperti Gita adalah harus melewati ujian konvensi. Inilah jalan yang berliku dan juga terjal.
Oleh karena perjalanan yang tidak mudah itu, sewajarlah apabila Gita harus berkonsentrasi penuh. Tidaklah mungkin ia bisa membagi tugas untuk mempersiapkan diri sebagai calon presiden dan melaksanakan tugas keseharian sebagai menteri perdagangan.
Apalagi posisi menteri perdagangan sekarang ini sangatlah krusial. Untuk memperbaiki defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan, maka kita perlu mendorong ekspor. Untuk itu menteri perdagangan harus aktif untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
Pada awal menjadi menteri perdagangan, itulah yang dilakukan oleh Gita. Hampir setiap saat ia berada di luar negeri untuk membuka pintu ekspor baik ke negara-negara yang menjadi partner utama Indonesia maupun ke negara-negara baru yang bisa dimasuki produk Indonesia.
Sebagai seorang calon presiden, Gita sebaliknya harus lebih menyapa para pemilihnya. Sebab orang yang akan menentukan dirinya bisa terpilih sebagai calon presiden dari Partai Demokrat maupun nanti menjadi Presiden Republik Indonesia bukanlah orang-orang di luar negeri, tetapi masyarakat di dalam negeri.
Di sinilah pilihan Gita menjadi sangat menentukan. Ia tidak mungkin bisa memenangi konvensi tanpa serius bertemu para pemilihnya. Sebaliknya, ia tidak mungkin akan sukses menjadi menteri perdagangan apabila tidak sungguh-sungguh membuka jalan ekspor bagi produk-produk Indonesia.
Desakan agar para menteri dan pejabat negara yang memilih terjun ke politik praktis dan bahkan menjadi calon presiden memang disuarakan banyak pihak. Kita melihat banyak pejabat negara yang sudah mengintip jabatan presiden seperti Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie, Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan.
Kepada semua pejabat negara, kita meminta agar memilih jalan yang hendak ditempuh. Tidak mungkin keinginan menjadi calon presiden dilakukan dengan menyambi pekerjaan. Itu membutuhkan kesungguhan dan keseriusan untuk melaksanakannya. Mereka harus menyapa langsung masyarakat pemilih apabila ingin terpilih sebagai pemimpin bangsa ini.
Tentu ada risiko yang akan dihadapi ketika kita memilih jabatan tertentu dengan melepas jabatan yang ada. Namun itulah risiko dari sebuah pilihan dan menjadi seorang calon presiden harus melewati jalan yang panjang, berliku, dan terjal tadi. Untuk itulah kita harus pintar mengukur diri, apakah saya pantas menjadi presiden dan apakah rakyat akan memilih saya sebagai presiden?
0
1.6K
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan