anonim61Avatar border
TS
anonim61
Butuh saran :(
Dear agan-agan.. maaf gw mau curhat disini,, siapa tau ada yg punya solusi masalah gw.

Gw seorang laki-laki, sudah menikah di awal tahun 2012, sekarang udah punya 1 orang anak perempuan berusia 7 bulan. Curhatan hati gw ini gw tulis dengan sebenar-benarnya, tanpa rekayasa, dan gw putuskan nulis disini karena gw udah deperate banget, dan hampir gila...

Gw cerita dari awal banget ya,, dari awal sebelum nikah orang tua gw emang agak kurang setuju karena menurut mereka gw nikah kecepetan (umur 26), namun secara financial gw udah cukup lah, cuma orang tua gw emang masi belum rela ngelepas gw. Akhirnya setelah ngobrol panjang lebar orang tua mengijinkan gw untuk menikah, namun mereka jg minta maaf ga bisa bantu apa2 karena keinginan gw yang mendadak.

Ok, semua biaya nikah akhirnya gw dan calon istri yg nyiapin, full semua tanpa bantuan orang tua dan gw bisa ngadain acara yg lumayan menguras isi tabungan saat itu.

Skip,, kehidupan setelah nikah boleh dibilang sangat harmonis, gw ngontrak di deket rumah mertua karena kebetulan deket sama kantor gw dan istri, dan akhirnya setelah 3 bulan nikah alhamdulillah istri hamil, dan kita sangat bahagia sekali mengetahui hal tersebut, dan selama hamil jg istri dan saya jaga dengan sangat baik.

Skip,, saya bekerja di perusahaan otomotif bidang sepeda motor di jakarta, dan istri saya juga bekerja ditempat yang sama. Saya dan istri memiliki jatah motor yang dapat diambil untuk keperluan pribadi, akhirnya istri mengambil jatah motornya untuk diberikan ke orang tuanya, dan saya pun mengambil jatah motor saya untuk saya pakai pribadi, dan motor saya yg lama saya taro di rumah orang tua saya karena tidak ada motor dirumah orang tua saya.

Oiya, untuk informasi, orang tua saya bekerja di BUMN dan memiliki gaji yang lumayan, sehingga saya dan adik2 saya juga bisa sekolah ditempat yg baik tanpa halangan, mobil punya punya. Sedangkan mertua saya tidak memiliki pekerjaan tetap, pekerjaannya sebagai pedagang dop mobil di duren sawit, namun begitu alhamdulillah anak-anaknya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik, istri saya pun menyelesaikan kuliahnya di universitas negeri dengan hasil yg baik. Istri pun pernah pesan kepada saya ingin membahagiakan orang tuanya yang memang kekurangan, saya sangat mendukung ini, selama kita mampu bahagiakanlah mereka mumpung mereka masih ada. Orang tua saya tidak menuntut apa-apa dari saya, mereka paham saya memiliki tanggung jawab sekarang, sehingga anak istri lah yg jadi keutamaan.

Skip,, saat hari H-3 kelahiran, ayah saya terkena serangan di otaknya yg membuat beliau harus dioperasi, bukan main kagetnya saya, antara sedih dan bingung juga karena saya harus standby menunggu istri yg bisa lahir kapan saja. Mendengar kabar tersebut saya dan istri langsung beranjak ke rumah sakit tempat ayah saya dirawat, saat itu kalut menyelimuti saya dan keluarga, terutama ibu saya. Ibu terus menangis mendengar kabar ayah akan dioperasi. Di sini masalah dimulai, istri saya memang orang yg sangat sulit untuk membuka wacana pembicaraan, sulit untuk basa-basi atau sekedar 'sok akrab' dengan mertua. Pada kondisi diam seperti itu lah, ibu saya mungkin saat itu bertanya dalam hatinya, kenapa istri saya tidak menanyakan kabar ayah, atau sekedar mengucap kata "sabar ya bu....".

Setelah beberapa hari saya di rumah sakit, akhirnya saat hari H-1 due date kelahiran, saya pulang ke rumah, untuk istirahat dan mempersiapkan semua untuk kelahiran, karena ada jadwal untuk induksi keesokannya, dan keesokannya pun akhirnya anak kami lahir dengan selamat dengan proses induksi.

Beberapa lama kami tidak menjenguk ayah yg pasca operasi beliau tidak bisa melakukan apa-apa, semacam struk, tubuhnya lemas semakin kurus dan seperti orang yang kehilangan arah. Ingin saat itu saya menjenguk, namun saya juga tidak bisa meninggalkan istri dan anak saya yg masih ada di rumah sakit. Ibu saya pun melarang saya untuk meninggalkan anak-istri yg baru berjuang atas kelahiran, sehingga ya saya putuskan untuk tetap menjaga mereka.

Setelah beberapa lama, kurang lebih 1 bulan tidak ke rumah sakit ayah dirawat, akhirnya saya coba kesana sendiri, setelah ijin dengan istri tentunya. Karena anak masih sangat rentan akan keadaan diluar, sehingga istri dan anak tidak ikut, dirumah ada mertua yg akan menggantikan saya sementara. Saat dirumah sakit ibu saya senang sekali sudah memiliki cucu pertamanya, namun disaat yg sama ibu juga sedih karena tidak bisa melihat cucunya dan ayah pun masih terkulai lemas di kamar ICU. Saat itu ibu saya hanya berpesan kepada saya untuk tetap menjaga anak dan istri saya, karena mereka adalah titipan dari yang Kuasa, jangan sampai disia-siakan.

Sampai saat itu saya belum tahu ibu punya kesan yang kurang baik dengan istri, beliau sangat rapi menutupinya.

Skip... Setelah 2 bulan, akhirnya ayah bisa pulang dari rumah sakit, namun saya dan istri tidak bisa mengantar ke rumah, karena anak saya jg masih sangat muda baru 2 bulan umurnya. Waktu terus berjalan, akhirnya saya dan istri ke rumah untuk menjenguk ayah saat usia sudah 3 bulan, bukan main senangnya ibu dan ayah saya melihat cucunya untuk yg pertama kali.

Skip.. Karena kondisi ayah saya yg tidak memungkinkan, akhirnya ayah mengajukan pensiun dini ke perusahaannya tempat beliau bekerja selama ini, dan alhamdulillah dikabulkan, dan pesangon yg cukup besar, sekitar 1 M.

Inilah yg menjadi titik awal keretakan rumah tangga saya. Uang sebesar 1 M tersebut ayah dan ibu pergunakan untuk membuat usaha kontrakan, dan setelah dihitung biayanya sebesar 800 juta, sisa 200 juta. Uang 200 juta ini pernah ditawarkan ke saya untuk membantu DP rumah, namun karena saya juga masih punya kewajiban cicilan mobil, sehingga sulit untuk saya untuk menambah cicilan sehingga saya tolak, ahirnya uang tersebut dipergunakan oleh ibu untuk merenovasi rumah saja, karena kalo dipegang cash khawatir akan habis lama kelamaan. Mendengar rumah akan direnovasi, istri saya merasa tersinggung, karena menurut istri, saya dan istri masih ngontrak sedangkan ibu saya malah renovasi rumahnya, menurut istri saya itu hal yang sangat tidak adil, dari situ istri saya mulai merasa dianaktirikan oleh orang tua saya, dan istri semakin cuek dengan mereka (sebelumnya saya pernah state istri saya tipe orang yg tidak pandai berbasa-basi), dan mungkin juga orang tua saya merasa ada perubahan disini, namun saya tidak dikasi tau sama sekali, mungkin untuk jaga perasaan saya juga.

Setelah beberapa waktu, orang tua saya punya ide untuk menukar tambah motor yg saya taro dirumah waktu itu, karena motor saya yg dirumah semakin jelek dan biaya perawatannya makin mahal. Saat istri mendengar itu awalnya istri mendukung, namun dipikirannya adalah karena itu motor saya, jadi uang hasil penjualannya harusnya langsung diberikan ke saya (6 juta rupiah), tetapi karena ide awalnya adalah tukar tambah, sehingga saya tidak meminta uang tersebut dari orang tua. Bukan main marahnya istri saya, sampai pada malam itu dia teriak seperti kesetanan, bahkan bilang lebih baik orang tua saya mati saja, bisanya nyusahin anak...

Saya pun karena terbawa emosi juga akhirnya bilang kalo dia adalah istri durhaka, istri yang tidak tahu sopan sama orang tua. Istri makin marah, dan makin menjadi-jadi. Disebutnya bahwa orang tua saya kaya tetapi tidak ada kontribusinya sama sekali, uang pesangon 1 M pun dibawa-dibawa, termasuk renovasi rumah yg menurutnya tidak logis., "anak masih ngontrak tapi mereka malah renovasi rumah" sebutnya. Karena saya tidak mau adu argumen terlalu lama, akhirnya saya panggil mertua saya untuk kerumah, menenangkan anaknya yg seperti kesetanan, kasihan anak saya yg baru berusia 7 bulan mendengar percakapan seperti itu.

Sampai sekarang istri saya suka menulis "notes" di blackberrynya, dan kadang saya tanpa sepengetahuannya membacanya. Sungguh sangat kasar kata-kata di notesnya tersebut, sangat tidak mencerminkan istri yg baik, saya sampai sekarang hanya bisa bersabar, dan terus menenangkan istri dengan mengalah supaya tidak ada pertengkaran lagi.

Mungkin naluri seorang ibu, sehingga ibu saya tidak lama menelpon saya, saya belum bercerita apa-apa, namun ibu saya bilang perasaanya tidak enak, dan mulailah beliau bercerita apa yg ada dipikirannya. Beliau bercerita mulai dari sikap istri saya di rumah sakit yg cuek, kemudian sikap istri saya yang semakin cuek setelah pensiunnya ayah.

Saya saat itu ingin menangis dan memberitahu bahwa memang ada yang tidak beres di rumah tangga kami, namun saya menahan diri untuk tidak menceritakannya, khawatir keadaan malah semakin ruwet. Saya tenangkan ibu saya untuk tidak berpikir macam-macam, saya bilang memang istri saya seperti itu sifatnya, dan saya masih berusaha merubahnya.

Kemarin, saya inisiatif untuk mengajak istri dan anak ke rumah orang tua saya. Kasihan ibu saya kangen dengan cucunya, selama di renovasi kami memang tidak ke rumah beliau karena takut banyaknya debu. Awalnya istri menolak, namun akhirnya mau, dan saya pun punya ide supaya tidak terkena debu nanti sesampainya dirumah kita jalan keluar saja, kemana saja..

Setelah sampai di rumah, ibu saya mengajak saya untuk mengantarkan beliau ke tempat tanah yang beliau pernah beli.. ayah saya pernah ke lokasi tanah tersebut, namun karena sakitnya, beliau lupa jalan menuju ke lokasi tersebut. Setelah nanya kesana kesini akhirnya ketemu juga lokasinya, namun perjalanan ke lokasi tersebut cukup membuat stress (macet total), sehingga istri saya pun mulai naik darah. Sepanjang perjalanan hanya diam dan terdiam yang dia lakukan, membuat ibu dan ayah saya merasa tidak enak jadinya. Setelah kembali ke rumah, ibu saya bilang ke saya ga enak sama mantunya, karena gara-gara nganter ibu jadi kena macet dan kecapean. Saya sampaikan hal ini ke istri, namun istri tetap terlihat bete dan marah. Benar saja, setelah kami pulang ke kontrakan kami pun dimulai lagi pertengkaran, tetapi saya terus berusaha menenangkannya, saya tidak ingin anak saya jadi korban keegoisan kami.

Sampai saat ini ketegangan di rumah tangga saya masih terjadi, saya bingung apa yang harus saya lakukan sementara saya sendiri masih sangat sayang dengan istri saya, dan berharap semua akan berjalan normal dan bahagia kembali seperti dulu. Terutama kami juga sudah memiliki putri yang lucu dan cantik, saya pun tidak ingin dia menjadi korban atas sikap-sikap orang tua nya yg tidak baik.


>> Maaf panjang banget ya ceritanya, dan saat ngetik inipun ga sengaja keluar air mata gan, keingetan lagi.. mungkin dari agan ada yg punya pengalaman yang sama dan punya solusinya... emoticon-Frown
tata604Avatar border
tata604 memberi reputasi
1
10.5K
120
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan