Dokter kpd pasiennya, kakek 72th :
Dokter : “Pak, rasa skt di kaki kanan anda itu tampaknya akbt penyakit rematik.”
Pasien : “Penyakit rematik itu apa, dok ?”
Dokter : “Rematik itu slh satu penyakit yg menyerang sendi, Pak. Penyakit itu dpt disebabkan, misalnya krn usia Bpk sdh tua…”
Pasien : “Eh, dokter jgn coba2 bohongin sy ya !! Kaki sebelahnya, umurnya jg udh sama tuanya, tp gak skt apa2 tuh”
Dokter : *nelen stetoskop*
Spoiler for BUANG AIR JONGKOK:
Ini merupakan percakapan antara dokter dengan seorang pasien yang kena muntaber.
Dokter : Sakit apa,…?
Pasien : Anu dok,… mual-mual dan muntah-muntah.
Dokter : Buang air besarnya bagaimana,…?
Pasien : Seperti biasa dok, jongkok…
Dokter : ???!!!!!???!!??!!??
Spoiler for BAWA MONYET :
Pada suatu hari di sebuah desa ada dua orang pemuda bertemu di jalan dan terjadilah percakapan.
Pemuda 1: “Halo, kok kamu bawa monyet?”
Pemuda 2: “Siapa yang bawa monyet, gw bawa kambing mas!”
Pemuda 1: “Gw kagak nanya lo, yang gw tanya kambing lo!”
Spoiler for LALAT KENA SUNAT:
Dalam suatu perlombaan senjata tampillah tiga orang pendekar dari Makassar, Aceh dan Madura untuk saling tunjuk kebolehan. Disediakan beberapa ekor lalat untuk dijadikan sasaran senjata mereka.
Giliran pertama jatuh kependekar dari Makassar. Dicabutnya badik dan setelah pasang konsentrasi penuh ia beri isarat ke penjaga lalat untuk melepaskan lalatnya. Begitu lalat dilepas, disabetnya dengan senjatanya, dan.. sang lalat yang malang terbelah dua dan jatuh kebumi. Pendekar-pendekar lain yang menonton kelihatan serentak bersorak riuh memuji.
Giliran kedua majulah pendekar Aceh.
Pembawaannya tenang menghanyutkan, tangannya tergantung lepas disamping badan, kakinya agak renggang membentuk kuda-kuda yang memungkinkannya bergerak cepat. Begitu lalat dilepas, berkelebatlah keluar dari sarangnya si bongkok dari Aceh, alias rencong, menuju koordinat sang lalat yang terbang lintang pukang. Penontonpun menahan napas, dan begitu gerakan sang pendekar Aceh berhenti, ternyata sang lalat sudah menempel, tertusuk diujung rencong. Riuh rendahlah sambutan para penonton yang menyaksikan kehebatan ini.
Giliran terakhir pendekar Madura.
Dibukanya selubung senjatanya yang khas, clurit bulu ayam (dibuat dari baja asli, dinamakan bulu ayam karena bentuknya yang melengkung setengah penuh). Dimiringkannya badannya, sehingga juru pegang lalat ada disampingnya. Tangan kirinya lurus kesamping dengan telapak tangan menghadap keatas. Dia bilang, ini adalah jurus minta hujan dimusim kemarau. Tangan kanan yang memegang clurit tepat dihadapan selangkangannya, ujungnya siap meluncur kesamping, diarah lalat mau terbang. Begitu lalat dilepas, sang pendekar menyabet kekanan, persis seperti polisi lalu lintas yang menyuruh mobil dari kiri supaya cepat jalannya, dikala lampu lalu lintas macet. Apa yang terjadi? Lalat yang disabet ternyata terbang lebih cepat lagi, dan lari sampai nggak keliatan lagi titik hitamnya. Penontonpun bengong… Sunyi senyap, sampai sang pendekar dengan tenangnya berkata : “Bapak ibu sekalian, sengaja saya tidak membunuh lalat yang malang itu, kasihan dia masih lajang. Saya cuma sunat aja dia….”
Maap klu gk bikin ngakak , kalau ngakak bagi dong gan