Membandingkan dua orang tokoh yang hidup dalam “dunia” yang berbeda, bukanlah hal yang cukup mudah untuk dilakukan. Termasuk jika kita ingin “menyandingkan” Prabowo Subianto dengan Nelson Mandela. Yang satu lahir, tumbuh dan besar di tanah merdeka, Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang satu nya lagi hidup dan tumbuh di belahan dunia Afrika. Yang satu berkulit sawo matang, yang satu nya lagi berkulit hitam. Yang satu rambut nya lurus, yang satu nya lagi berambut keriting. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan lain, yang secara fisik dapat kita tulisankan.

Namun begitu, disamping mengemuka berbagai perbedaan, ternyata ada pula persamaan-persamaan yang kita dapatkan diantara Prabowo dan Mandela. Sebuat saja, ke dua sosok ini mempunyai kepedulian dan kecintaan yang sama terhadap wong cilik. Baik, Prabowo atau Mandela, terekan memiliki kisah yang sama dalam melakukan pembelaan terhadap rakyat kecil. Keberpihakan tersebut, bukan hanya terbaca dari cara pandang dan wawasan berpikir nya saja, namun bila kita cermati dari kiprah keseharian nya, mereka tidak pernah sedikit pun berusaha untuk memalingkan diri dari kecintaan nya yang tinggi terhadap nasib dan kehidupan masyarakat kecil.

Dalam benak mereka, “rakyat kecil” adalah bagian dari warga bangsa yang harus dilindungi dan dibela dari segudang intervensi yang ingin meminggirkan mereka dari pentas pembangunan. Mereka juga sepakat, untuk menunjukkan keberpihakan kepada wong cilik, tidaklah cukup hanya dengan mengobral janji lewat pidato-pidato politik yang terkadang lebih mengumbar pencitraan, tapi yang lebih utama adalah bagaimana penerapan nyata nya di lapangan. Apa yang digarap Prabowo dan Mandela selama ini, pada dasar nya ingin memberi bukti, antara tutur kata dan perbuatan, mestilah mampu diwujudkan dalam satu kesatuan cara pandang, sikap dan tindakan.

Hal lain yang jadi “persamaan” antara Prabowo dan Mandela, tampak dari jiwa nasionalis nya yang tidak memihak ras, agama mau pun aliran tertentu. Ke dua tokoh ini benar-benar memiliki rasa kebangsaan yang tinggi terhadap negara dan bangsa nya. Prabowo dikenal sebagai sosok yang tidak pernah mau kompromi jika sudah harus berhadapan dengan rasa cinta tanah air. Prabowo juga dikenal sebagai patriot sejati. Bahkan dalam berbagai kesempatan, Prabowo selalu menyatakan betapa penting nya bangsa ini memiliki pemimpin yang berkadar negarawan.




Keidealisan, kenasionalisan dan kepatriotan Prabowo dan Mandela, rupa nya bukan hanya membahana di negara nya masing-masing. Namun jika dicermati suara-suara yang dikumandangkan para wartawan manca negara pun, mereka mengakui kesungguhan ke dua tokoh ini guna menerapkan nilai-nilai idealisme, nasioanlisme dan patriotisme dalam kehidupan sehari-hari nya. Prabowo dan Mandela tidak pernah menjebakan diri pada politik aliran tertentu. Tidak juga terjebak dalam kepentingan agama atau ras tertentu. Kedua tokoh ini, selalu berusaha untuk tampil menjadi sosok “pengharmoni” diantara bermacam kepentingan yang ada.

Yang tak kalah menarik nya untuk dicermati, ternyata Prabowo dan Mandela pun sama-sama pernah dijadikan “daftar hitam” oleh Pemerintah Amerika Serikat. Terlepas dari apa pun yang menjadi dasar pemikiran “pemblack-listan” ke dua tokoh ini, tapi kalau sudah terkait dengan urusan politik, maka yang nama nya akal sehat menjadi sangat sukar untuk dipegang. Ukuran nya sudah bukan lagi nilai kemartabatan, tapi lebih menjurus ke nilai ekonomis dan kepentingan. Lebih parah lagi bila kekuatan politik sudah ikut mencengkram nya.

Prabowo dan Mandela adalah sosok anak bangsa yang komit dan konsisten dalam membela panji-panji idealisme, nasionalisme dan patriotisme. Semua warga dunia menyadari dan memahami kegigihan ke dua tokoh ini dalam menjaga dan memelihara nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Oleh karena nya, walau ke dua nya hidup dan berkembang dalam masyarakat yang berbeda, rasa nya tidak keliru jika ke dua tokoh ini kita simpulkan “serupa tapi tidak sama"