ainalizaAvatar border
TS
ainaliza
pembunuhan sadis mantan pasien RSJ, istrinya dibunuh di depan orang banyak
Seorang ibu rumah tangga tewas bersimbah darah dengan luka bacok di tangan dan kepala. Korban dibunuh suaminya sendiri yang mengaku telah diteluh.

Tragedi terjadi di Kelurahan Bangsal RT 8 RW 2 Kecamatan Pesantren Jum’at (06/09/2013) malam. Yang cukup mengejutkan, pelaku pembunuhan tersebut tidak lain adalah suaminya sendiri. Tidak hanya itu pelaku yang ditenggarai mengidap kelainan jiwa ini juga membacok paman dari korban hingga sekarat dan kini masih harus menjalani perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Baptis Kediri. Pelaku sadis berbadan kekar ini bernama M Toha. Usianya 40 tahun.

Sesuai data yang dihimpun di lokasi kejadian, tragedi pembunuhan ini terjadi usai kumandang adzan Maghrib. Awalnya pelaku dengan korban saat itu terlibat pertengkaran mulut. Tidak begitu jelas apa yang dipersoalkan oleh pasangan suami istri yang sudah menikah selama kurang lebih 20 tahun tersebut.

Toha yang tidak kuasa menahan emosi, langsung mengambil sebilah parang yang biasa digunakan untuk memecah buah kelapa yang tersimpan didapur.

Melihat suaminya kalap mengenggam sebilah parang, Ana Pratiwi berusaha untuk menyadarkanya. Namun perkataan ibu satu anak ini ternyata tidak digubris oleh pelaku. Bak kesetanan Toha secara membabi buta membacoki kepala dan bagian tangan istrinya.

Meski tubuh perempuan berusia 35 tahun itu tak berdaya jatuh terkapar di lantai Toha masih terlihat bengis.

“Sudah mas, sudah istighfar, eling,” terang Kristin 36 tahun tetangga depan rumah tersangka yang berusaha melerai pelaku membacok korban.

Kristin mengaku sempat mendengar suara rintihan serta jerit kesakitan korban. Setelah menyebut nama tuhan, erangan suara kesakitan itu tidak terdengar lagi.

Ana Pratiwi (korban) sempat menyebut Allahu Akbar, lalu setelah itu suaranya tidak terdengar lagi. “Mungkin sudah meninggal mas, saat itu.nggak ada yang berani menolong, karena takut sama Toha,” bebernya.

Setelah mengetahui istrinya tewas.Toha bukanya menyesali perbuatanya, pria yang keseharianya bekerja sebagai tukang becak tersebut justru semakin kalap. Sambil menggegam sebilah parang yang masih berlumutan darah. Toha kemudian mendatangi rumah paman istrinya bernama Supardi 67 tahun, yang tempat tinggalnya di belakang rumah pelaku terpaut hanya jarak 200 meter.

Melihat Toha mengenggam sebilah parang yang masih ada bercak darah. Supardi ketakutan, meski begitu mantan karyawan keamanan rumah sakit swasta di Kediri ini masih sempat menasehati dan mengingatkan pelaku. Namun perkataan Supardi
tadi justru membuat Toha semakin kalap.

Tanpa ba bi bu lagi Toha mengayunkan parang yang digegamnya ke arah bagian belakang kepala Supardi, berulang kali “cress, cress cress”. Sekejap Supardi ambruk bersimbah darah.

Meski terluka Supardi masih sempat lari keluar rumah dan meminta pertolongan. “Jika ditulis di media Supardi dibacok Toha, karena berusaha menolong korban itu tidak benar. Menurut saya,cerita yang sebenarnya, Toha mendatangi rumah Supardi, lalu tanpa sebab ia dibacok pelaku,” cerita Kristin.

Setelah melukai dua korbanya, aksi Toha tidak berhenti sampai disitu. Pria berbadan kekar ini kemudian mendatangi rumah Agustina Wahyu, adik perempuan Kristin, yang tempat tinggalnya berada di depan gang rumah pelaku. Melihat Toha datang dengan mengenggam sebilah parang yang masih ada sisa darah, saksi ketakutan lalu menyelamatkan diri lari di dalam kamar.

Toha kemudian mendobrak dan merusak pintu kamar dengan menggunakan parang. “Begitu menerobos masuk rumah, dia langsung mengancam akan menghabisi nyawa kami jika ikut campur. Bahkan adik saya yang bernama Agustina Wahyu sempat digertak disuruh membersihkan pisau yang digunakan untuk menghabisi nyawa isterinya tersebut,” tandasnya.

Uniknya, setelah menghabisi nyawa istrinya dan melukai paman korban serta mengancam tetangga depan rumah, Toha lantas bergegas pergi ke Polsek Pesantren pukul 18.30 WIB mengendarai sepeda motor Yamaha untuk menyerahkan diri.

Kedatangan Toha ini sempat mengejutkan petugas jaga Polsek. Kepada petugas, Toha mengaku baru saja menghabisi nyawa istrinya. “Dia datang ke Polsek menyerahkan diri sekaligus memberikan parang yang digunakan untuk melukai istrinya ke polisi,” kata Kapolres Kediri Kota AKBP Ratno Kuncoro.

Selanjutnya pelaku digelandang dibawa masuk ke ruang sel tahanan. Sementara itu, melihat Toha beranjak pergi, warga yang semula ketakutan mulai berani mendekat ke lokasi untuk memberikan pertolongan kepada Supardi yang masih hidup tergeletak bersimbah darah. Supardi lalu dilarikan ke Rumah Sakit Baptis.

“Pak Supardi dibawa ke rumah sakit menggunakan sepeda motor yang di belakangnya ada bak terbuka. Kabarnya kondisi bersangkutan sekarang masih kritis, tak sadarkan diri,” kata Kristin.

Saat dibawa ke Ruang Instalasi Rawat Darurat RS Baptis, kondisi pasien dalam keadaan lemas, tekanan darahnya tidak teratur. “Pasien terlalu banyak kehilangan darah, saat diinfus tekanan darahnya sempat naik,” ujar tim medis.
Beruntung saat kejadian pembunuhan ini berlangsung Feri Darmawan, putera semata wayang korban sedang tidak berada di rumah. “Pasca kejadian Feri baru saja pulang mengikuti latihan sepak bola,” timpal Kristin.

Polisi yang mendengar laporan dari warga serta diperkuat pengakuan langsung dari tersangka. Kemudian meluncur ke lokasi. Sejumlah saksi diperiksa terkait kejadian tersebut. Team Identifikasi Polres Kediri Kota memasang garis Police Line mulai dari depan gang hinga rumah tersangka.

Mendapat Serangan Gaib
Baru beberapa menit menjadi penghuni sel tahanan polsek, Toha kembali membikin ulah. Toha mendadak mengamuk dan merusak lantai keramik tahanan. Bak kerasukan pelaku berteriak teriak. Ia kemudian menjebol tembok tahanan sebelah barat dengan cara melubanginya menggunakan sisa serpihan lantai keramik.

Bagi Toha, ia tidak memerlukan waktu cukup lama untuk membuat lubang berukuran 30 centi meter. Melihat prilaku tersangka yang semakin tidak terkendali.Polisi tidak mau berindak gegabah.

Ratno memerintahkan anggotanya untuk melumpuhkan tersangka dan segera membawanya ke rumah sakit. Namun ternyata tidak semudah dibayangkan. Meski seorang diri, Toha sempat membuat kelabakan petugas.

Ketika polisi akan masuk ke ruang tahanan dan membawanya keluar Toha semakin mengamuk, melempari petugas dengan pecahan ubin lantai. Hanya untuk seorang laki laki bernama Toha, polisi dibikin repot dan terpaksa mendatangkan beberapa personel anggota Brimob dari Polda DIY Jogjakarta yang secara kebetulan beberapa waktu lalu diperbantukan menjaga keamanan pada saat pelaksanaan pilkada.

Karena tidak ingin melukai tersangka, sebuah gas air mata ditembakan ke dalam sel tahanan. Akan tetapi, upaya tersebut, tetap tidak membuahkan hasil dan membuat bapak satu anak itu semakin melemah.

Sebaliknya Toha justru semakin kalap, kali ini upaya lain ditempuh polisi dengan mendatangkan satu unit mobil pemadam kebakaran. Setibanya di Polsek, polisi mengintruksikan petugas pemadam kebakaran untuk menyemprotkan air ke arah tubuh Toha.

Di saat kondisi fisik Toha melemah, karena terkena semprotan air. Secara bersamaan 6 personel anggota Brimob DIY langsung menerobos masuk menyergap tersangka. Saat tubuhnya dibopong dibawa masuk ke ambulance.

Meski kedua tenaganya terborgol serta kedua kaki terikat Toha masih meronta memberikan perlawanan. Aksi perlawanan Toha berakhir ketika ia dipaksa untuk diberikan suntikan penenang.

Ratno memaparkan tujuan dibawanya tersangka ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri, agar bersangkutan mendapatkan perawatan setelah tangan dan lutut kirinya terluka, diduga terkena sebetan senjata tajam yang dipegangnya sendiri saat mengamuk.

Di sisi lain, tersangka juga perlu mendapatkan perawatan secara medis prihal kondisi gangguan piskologis yang dialaminya.

Pasca membunuh isteri dan melukai pamanya sendiri hingga sekarat dan tidak sadarkan diri. Sehari kemudian Toha tersadar dari mimpi buruknya. Saat terjaga dari tidurnya di kamar sel tahanan yakni ruang Kemuning Rumah Sakit Bhayangkara Kediri.

Ia terkejut begitu banyak sorot kamera wartawan yang mengarah pada dirinya. “Saya dimana ini pak polisi. Kenapa tangan saya diborgol?” tanya Toha kepada Ratno yang datang menjenguknya.

Meski dalam kondisi tangan terborgol, pikiran belum sepenuhnya sadar. Toha masih sempat meminta rokok kepada Kapolres. “Saya, bisa minta rokok,” pintanya.

Mendapat pertanyaan demikian, Kapolres hanya bisa menjawab dengan senyuman. Sesaat terlibat sekelumit perbincangan antara tersangka dengan Kapolres.

Dalam percakapan itu, tersangka sempat ditanya mengenai alas an mengapa tega membunuh perempuan yang telah memberinya satu orang anak tersebut. “Saya sore itu merasa ada orang yang siram-siram air di depan rumah. Tujuannya bermaksud meneluh saya,” ceritanya.

Karena pengaruh teluh itu dirinya mendadak kalap hingga kehilangan kesadaran. Alasan yang dikemukakan tersangka tadi diutarakan ketika kondisi Toha belum sepenuhnya sadar.

Menimpali pengakuan tersangka, menurut Ratno sangat tidak mendasar, sebab acuan yang digunakan oleh penyidik dalam perkara ini harus mengarah pada alat bukti, termasuk hasil otopsi dari jenazah isteri pelaku.

Kunjungi Tempat Angker
Diceritakan kakak kandungnya Pujiono 48 tahun sejak tahun 2007 hingga tahun 2008, Toha kerap kali keluar masuk Rumah Sakit Jiwa Lawang Malang. Selama menjalani perawatan beberapa bulan di sana, kondisi psikologis bersangkutan sempat membaik. Namun ternyata hal itu tidak berlangsung lama. Sepulangnya dari rumah sakit, penyakit jiwa Toha kembali kambuh.

Saat penyakit jiwanya kambuh, Toha kerap kali suka menyendiri di dalam rumah. “Dia menjalani perawatan di RSJ 3 nulan. Setelah itu adik saya diperbolehkan pulang karena kondisi kejiwaanya dianggap sudah membaik. Namun, tidak berselang lama penyakitnya kambuh lagi dan harus dibawah balik,” kata Pujiono ketika ditemui TABLOID 8 di rumah sakit.

Sementara itu penjelasan Pujiono tentang Toha yang menderita kelainan jiwa, dibenarkan data penunjang dari Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Ratno menjelaskan dari catatan rekam medik, diketahui apabila bersangkutan memiliki riwayat sakit jiwa yang dinamakan Sikoprimia. Pengertian Sikoprimia yang dimaksud adalah penyakit kejiwaan, yang diharuskan bagi pasien untuk mengkonsumsi obat seumur hidup.

Oleh karena itu wajib hukumnya bagi Toha untuk mengkonsumsi obat. Obat itu diminum baik kondisi pasien dalam keadaan emosinya stabil mau pun tidak. Jika terlambat minum obat dikhawatirkan sewaktu waktu penyakit kejiwaan tersangka bisa kambuh dan tidak menutup kemungkinan bisa membahayakan keselamatan orang lain.

Kapolres berharap setelah melalui proses hukum nanti pihak keluarga mau menjaga dan merawat M Toha. Sementara itu apa yang dikatakan Ratno juga diamani tetangga tersangka Kristin.

Menurut Kristin, jika Toha terlambat minum obat biasanya sering kali emosi. Ujung – ujungnya yang menjadi sasaran pelampiasan adalah isterinya Ana Pratiwi. “Dulu, Mbak Ana pernah cerita kepada saya jika ia nyaris diceburkan ke dalam sumur oleh mas Toha. Namun anehnya setelah apa yang dilakukan terhadap istrinya itu, Toha mengaku tidak tahu dan tidak sadar dengan apa yang diperbuatnya barusan,” jelasnya.

Kristin bercerita, jika selama ini yang memenuhi kebutuhan obat bagi Toha adalah isterinya. “Setiap kali yan menebus obat di rumah sakit itu isterinya, Pak Toha ini kan pasien Jamkesmas,” tambah Kristin.

Pujiono menjelaskan, semasa remaja maupun sesudah menikah ia sama sekali tidak pernah melihat adik kandungnya tersebut berperilaku nyeleneh. Seperti yang terjadi sekarang ini, Toha selalu bersikap wajar terhadap teman dan keluarganya.

Perangai Toha mulai berubah sejak ia mempunyai kebiasaan suka berkunjung ke beberapa tempat sakral. Tujuan Toha mendatangi beberapa tempat sakral bermaksud untuk mencari pegangan. Bahkan Toha sering kali dijadikan rujukan bahan pertanyaan bagi para temannya mengenai nomer judi togel yang akan keluar nantinya.

“Dulu sering nyepi juga. Cari ilmu katanya buat pegangan. Bahkan dulu waktu ada bukaan judi nomer sebelum dilarang, Toha kerap kali ditanya para temanya tentang nomer yang akan keluar nanti. Biasanya dia suka datang ke makam Bung Karno di Blitar, juga pesarean di Ngoro Jombang,” imbuh Pujiono.

Sejak sering berkunjung ke tempat sakral lambat laun, perilaku Toha mulai berubah total. “Sebelum itu, perilakunya normal – normal saja. Perilakunya mulai berubah sejak tahun 2007, seingat saya,” lanjut Pujiono.

Pujiono kembali bercerita jika semasa remaja dulu Toha lebih dikenal sebagai sosok pribadi yang pendiam tidak banyak tingkah. Toha adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara pasangan suami istri Mesimam dan Wagiyem.

Selama menikah 15 tahun lebih, biduk rumah tangga yang dijalani Toha bersama istrinya Ana Pratiwi penuh dinamika. Dari pernikahan itu,mereka dikaruniai satu orang anak laki laki yang bernama Feri Darmawan 14 tahun. Pasca kejadian pembunuhan itu, kini Feri Darmawan diungsikan dan dirawat di rumah pamanya Abas 30 tahun di lingkungan Kelurahan Kresek Kecamatan Pesantren.

Dikatakan Kristin, pasangan suami isteri Toha dan Ana Pratiwi bukanlah warga asli lingkungan kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren. Mereka tinggal menetap dan membeli rumah di lingkungan tersebut kurang lebih 5 tahun.

Selama tinggal disana, Kristin tidak jarang melihat mereka selalu bertengkar cek cok mulut. “Ya namanya, orang berkeluarga wajar jika ada pertengkaran. Almarhumah pernah bercerita kepada saya jika suaminya itu pelit, jika punya uang selalu dimasukan ke dalam dompet, tidak sepenuhnya diberikan kepada isterinya. Tetapi kalau tidak memiliki uang, selalu minta dibelikan rokok,” papar Kristin.

Selain itu, Toha dikenal sebagai suami yang ringan tangan, suka memukuli isterinya. Perlakuan kasar itu dialami Ana Pratiwi setiap terlibat cek cok mulut.

Bahkan Ana Pratiwi bercerita, jika dirinya nyaris pernah dimasukan ke dalam sumur oleh Toha beberapa waktu lalu. “Setelah kejadian itu, kini sumurnya sudah ditutup diganti sumur diesel,” ungkapnya.

Bahkan sebelum kejadian terbunuhnya Ana Pratiwi di tangan Toha, mereka sempat ribut. Pertengkaran itu dipicu karena Toha mengungkit ungkit permasalahan ketika almarhumah bekerja di Ponorogo. Saat itu Toha sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa di Lawang dulu.

“Sebelum dibunuh ibu saya itu mendengar teriakan Mbak Ana meminta kepada suaminya untuk tidak mengungkit kembali permasalahan ketika ia bekerja di Ponorogo. Di sana Mbak Ana bekerja ikut saudara dari pihak suaminya,” ungkap Kristin.

Selama ini untuk menopang kelangsungan hidup rumah tangga, keseharianya Toha bekerja sebagai tukang becak. Sementara Ana berjualan es degan di kampung. “Kalau perekonomian keluarganya saya rasa lumayan cukup. Sebab jualan es degannya juga laris, bahkan beberapa hari lalu sempat membeli sepeda motor Yamaha Mio J baru,” ucap Kristin lagi.

Pasca kejadian pembunuhan ini, kini timbul wacana penolakan dari beberapa warga di lingkungan kelurahan Bangsal RT 8 RW 2 Kecamatan Pesantren. Mereka tidak menghendaki Toha untuk kembali ke kampung selepas menjalani masa hukuman atau rehabilitasi nantinya.

Masyarakat yang menolak ini merasa takut kejadian serupa akan terulang dan menimpa mereka nantinya. “Kalau kemarin, ya ini katanya warga, seperti Mbak Chandra dan Pak RT bilang tidak bisa menerima. Takutnya nanti bisa mendadak kambuh lagi dan mengancam jiwa,” seloroh Kristin.

sumber: http://www.siaga.co/news/2013/09/20/...di-depan-umum/
0
9.6K
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan