- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Aje Gile] Bolos hingga 4 Tahun, 2 PNS di Tasik Masih Terima Gaji


TS
macak.
[Aje Gile] Bolos hingga 4 Tahun, 2 PNS di Tasik Masih Terima Gaji
Quote:
![[Aje Gile] Bolos hingga 4 Tahun, 2 PNS di Tasik Masih Terima Gaji](https://s.kaskus.id/images/2013/09/20/2934118_20130920074913.jpg)
Ilustrasi PNS | KOMPAS/AGUSTINUS HANDOKO
TASIKMALAYA, KOMPAS.com — Dua guru pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya terancam dipecat karena beberapa tahun tak mengajar atau bekerja. Kendati bolos bertahun-tahun, kedua PNS itu masih menerima gaji setiap bulannya dari pemerintah setempat.
PNS itu berinisial Det, warga Kampung Singkup, Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya. Det ini tak mengajar di SDN Tambakjaya, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, sejak Oktober 2012.
Seorang lagi berinisial Tim, warga Dusun Nagrog, Kelurahan Cibeuti, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Tim bahkan tak mengajar di sekolah sejak empat tahun lalu.
Kepala Satpol PP Kabupaten Tasikmalaya HM Gozali mengatakan, kedua PNS malas ini diketahui berdasarkan laporan masyarakat. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, pihaknya telah melaporkan keduanya ke Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Daerah (BKPLD) Kabupaten Tasikmalaya.
"Tugas kami hanya menyampaikan laporan tersebut. Adapun langkah penindakan selanjutnya menjadi kewenangan pihak BKPLD. Sanksi terberat, keduanya akan dipecat," terang Gozali, Kamis (19/9/2013).
Sementara itu, Kepala BKPLD Kabupaten Tasikmalaya Ahmad Mukhsin membenarkan telah menerima berkas laporan dari Satpol PP terkait dua guru PNS yang selama beberapa tahun bolos kerja. "Berkas penindakan kedua PNS sedang diproses pihak inspektorat," ungkapnya.
Sumur
Miris kalo ngebandingin dengan nasib guru2 honorer

Spoiler for Guru Honorer:
Quote:
TRIBUNMANADO.CO.ID,AIRMADIDI - Terusir dari ruang kelas, lalu menjalani ujian di sebuah gereja pada hari pertama, kisah para siswa SDN Kecil Pimpin sungguh memilukan. Namun lebih memilukan lagi kisah para guru honorer di sekolah tersebut. Mengabdi cukup lama, dengan gaji yang seadanya, mereka berharap diangkat sebagai PNS.
Harap berbalas janji untuk segera diangkat sebagai PNS. Namun janji tinggal janji, yang mudah diucap dan diingkari. Dan di saat nasib para guru masih tak menentu, datang prahara penyegelan itu. Ferlyana Adilis, Guru Kelas Dua yang juga adalah istri salah satu pemilik tanah mengaku sejak 1995 menjadi guru honor di SD tersebut.
Waktu itu, guru di sekolah tersebut baru tiga orang termasuk dirinya. “Waktu itu kami hanya bertiga,” katanya.
Ia mengaku menikmati debutnya sebagai guru dan tak lama kemudian memutuskan profesi mulia itu sebagai jalan hidupnya.
Waktu itu, ia tak tahu jika jalan itu akan berliku - liku, bahkan menukik tajam. “Saya ingin jadi guru,” tuturnya.
10 tahun kemudian, dalam pertemuan antara pihak UPT Kecamatan Kema dan pihak keluarga, disepakati pengangkatan lima anggota keluarga menjadi PNS di sekolah tersebut. “Katanya musti melalui pentahapan, sebelum kami diangkat,” ujarnya.
Ia pun dengan girang hati mengurus kelengkapan pengangkatan itu. “Saya punya ijazah PGA serta kelengkapan lainnya,” tuturnya.
Entah mengapa, berkas yang sudah selesai diurus tak ditindaklanjuti. Hal yang memicu tanda tanya hingga kini. “Tak seorang pun yang diangkat, padahal janjinya lima,” katanya sambil menghela napas panjang.
Ibu tiga ini mengungkapkan pertama menjadi guru ia digaji 25 ribu. 18 tahun kemudian yaitu di tahun 2013 ini, ia hanya mendapat gaji 350 ribu perbulan. Suaminya memang punya penghasilan cukup. Namun kecilnya gaji membuatnya kehilangan kesempatan untuk menambah penghasilan keluarga. Apalagi kebutuhan terus meningkat. Untung saja, rumahnya tak berada jauh dari sekolah hingga bisa hemat biaya makan dan perjalanan. “Untung rumah dekat, hingga bisa hemat uang,” tuturnya.
Pernah suatu kali, ia ingin berhenti mengajar. Hal tersebut urung dilaksanakan, hanya karena tangis anak - anak yang ia dengar dari rumahnya
yang tak jauh dari sekolah. “Saya tak sampai hati melakukan itu,” katanya.
Di saat dada terasa hampa dan jarum jam berhenti berdetak secercah harap tiba. “Nama saya ada di usulan Honda k2 yang tengah digodok Pemkab Minut,” tuturnya.
Menyadari waktunya sudah tak lama lagi, ia berharap akan diangkat menjadi PNS pada kesempatan ini. “Saya sudah 41 tahun,” tuturnya.
Seorang guru honor lainnya mengaku sudah delapan tahun menjadi guru honor. “Sudah sejak tahun 2004,” katanya.
Ia senantiasa cemas akan nasibnya. Namun ia lebih cemas lagi dengan nasib siswanya. “Saya ingin ada kepastian, dua - duanya yaitu nasib saya dan nasib murid, saya bawa dalam doa, Tuhan pasti memberi keadilan,” katanya.
Kepala Sekolah SD Husain Tirayoh menyatakan sekolah tersebut memiliki delapan guru, dengan komposisi, empat guru honor dan empat lagi pns. “Kami punya empat guru honor,” tuturnya.
Bupati Minut Sompie Singal memerintahkan ass 1 Ronny Siwi untuk menangani masalah tersebut. “Saya sudah perintahkan agar masalah tersebut diatasi dengan mediasi yang akan menghasilkan solusi bagi semua pihak,” tuturnya.
Selain pemerintah, anggota DPRD Minut pun sudah melakukan peninjauan di lokasi. “Salah satunya adalah bapak Husain Tuahuns,” kata seorang guru.
Rabu siang diadakan mediasi antara pihak Dikpora, Camat, Komite Sekolah dan keluarga pemilik lahan di SMP Satu Atap.
Memang “nasib adalah kesunyian masing - masing”.
Sumur
Harap berbalas janji untuk segera diangkat sebagai PNS. Namun janji tinggal janji, yang mudah diucap dan diingkari. Dan di saat nasib para guru masih tak menentu, datang prahara penyegelan itu. Ferlyana Adilis, Guru Kelas Dua yang juga adalah istri salah satu pemilik tanah mengaku sejak 1995 menjadi guru honor di SD tersebut.
Waktu itu, guru di sekolah tersebut baru tiga orang termasuk dirinya. “Waktu itu kami hanya bertiga,” katanya.
Ia mengaku menikmati debutnya sebagai guru dan tak lama kemudian memutuskan profesi mulia itu sebagai jalan hidupnya.
Waktu itu, ia tak tahu jika jalan itu akan berliku - liku, bahkan menukik tajam. “Saya ingin jadi guru,” tuturnya.
10 tahun kemudian, dalam pertemuan antara pihak UPT Kecamatan Kema dan pihak keluarga, disepakati pengangkatan lima anggota keluarga menjadi PNS di sekolah tersebut. “Katanya musti melalui pentahapan, sebelum kami diangkat,” ujarnya.
Ia pun dengan girang hati mengurus kelengkapan pengangkatan itu. “Saya punya ijazah PGA serta kelengkapan lainnya,” tuturnya.
Entah mengapa, berkas yang sudah selesai diurus tak ditindaklanjuti. Hal yang memicu tanda tanya hingga kini. “Tak seorang pun yang diangkat, padahal janjinya lima,” katanya sambil menghela napas panjang.
Ibu tiga ini mengungkapkan pertama menjadi guru ia digaji 25 ribu. 18 tahun kemudian yaitu di tahun 2013 ini, ia hanya mendapat gaji 350 ribu perbulan. Suaminya memang punya penghasilan cukup. Namun kecilnya gaji membuatnya kehilangan kesempatan untuk menambah penghasilan keluarga. Apalagi kebutuhan terus meningkat. Untung saja, rumahnya tak berada jauh dari sekolah hingga bisa hemat biaya makan dan perjalanan. “Untung rumah dekat, hingga bisa hemat uang,” tuturnya.
Pernah suatu kali, ia ingin berhenti mengajar. Hal tersebut urung dilaksanakan, hanya karena tangis anak - anak yang ia dengar dari rumahnya
yang tak jauh dari sekolah. “Saya tak sampai hati melakukan itu,” katanya.
Di saat dada terasa hampa dan jarum jam berhenti berdetak secercah harap tiba. “Nama saya ada di usulan Honda k2 yang tengah digodok Pemkab Minut,” tuturnya.
Menyadari waktunya sudah tak lama lagi, ia berharap akan diangkat menjadi PNS pada kesempatan ini. “Saya sudah 41 tahun,” tuturnya.
Seorang guru honor lainnya mengaku sudah delapan tahun menjadi guru honor. “Sudah sejak tahun 2004,” katanya.
Ia senantiasa cemas akan nasibnya. Namun ia lebih cemas lagi dengan nasib siswanya. “Saya ingin ada kepastian, dua - duanya yaitu nasib saya dan nasib murid, saya bawa dalam doa, Tuhan pasti memberi keadilan,” katanya.
Kepala Sekolah SD Husain Tirayoh menyatakan sekolah tersebut memiliki delapan guru, dengan komposisi, empat guru honor dan empat lagi pns. “Kami punya empat guru honor,” tuturnya.
Bupati Minut Sompie Singal memerintahkan ass 1 Ronny Siwi untuk menangani masalah tersebut. “Saya sudah perintahkan agar masalah tersebut diatasi dengan mediasi yang akan menghasilkan solusi bagi semua pihak,” tuturnya.
Selain pemerintah, anggota DPRD Minut pun sudah melakukan peninjauan di lokasi. “Salah satunya adalah bapak Husain Tuahuns,” kata seorang guru.
Rabu siang diadakan mediasi antara pihak Dikpora, Camat, Komite Sekolah dan keluarga pemilik lahan di SMP Satu Atap.
Memang “nasib adalah kesunyian masing - masing”.
Sumur
Diubah oleh macak. 20-09-2013 08:44
0
4.1K
Kutip
62
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan