- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Makanan Beraroma Bangkai yang Selalu Diserbu Pembeli


TS
rollingspikes
Makanan Beraroma Bangkai yang Selalu Diserbu Pembeli














HT gan..
ini di gan :
Quote:
bepergian ke supermarket sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa. Mau beli apa saja, ya ke supermarket. Lha wong sekarang supermarket sudah ada dimana-mana, dekat rumah apalagi.
Belanja di supermarket memang lebih nyaman dan mengasyikkan, kita seperti dinina bobokkan, oleh pendingin ruangan yang lumayan sejuk. Jadi sekalian dapat dipakai nyantai, istirahat, sehabis bekerja seharian. Sebagian dari kita bahkan menggunakan supermarket untuk tempat rekreasi sekalian belanja, ngadem…..hehehehe.
Nah, bagi masyarakat yang sudah tidak dapat lepas dari supermarket, beli apapun ya di supermarket. Dari sayur mayur sampai dengan daging, ikan termasuk keperluan-keperluan yang harus disimpan dalam waktu agak lama, makanan dalam kaleng. Daging kaleng, ikan kaleng, buah kaleng semuanya tersedia di supermarket dan selalu laris manis. Nah, kebiasaan yang menyenangkan inilah yang sekarang harus menjadi perhatian kita, rasanya perlu diubah, supaya hidup lebih sehat.
Makanan Yang Diawetkan Tidak Sehat
Sahabat kompasianer, sering tanpa sadar, kita senang sekali membeli jeruk mandarin dari China yang manisnya minta ampun. Atau dengan senang hati, kita selalu menyerbu apel yang ranum-ranum dari Amerika atau New Zealand. Apalagi kalau kita memandang buah kiwi, wih…. air liur hampir jatuh. Semuanya pasti lezat dan wuenak tenan, apalagi buah peer, pasti semuanya kepingin.
Tapi pernahkan kita semua terpikir bahwa buah tersebut sudah dipanen mungkin 2 bulan atau 3 bulan yang lalu. Buah-buah itu memerlukan waktu yang panjang dan lama untuk bisa sampai di rak-rak supermarket di Indonesia. Buah-buah itu sudah mengalami proses, mulai dari pemetikan, penyortiran, pengawetan, pengepakan, penggudangan, pengiriman melalui kapal laut, penggudangan lagi dan baru kemudian anda pijat-pijat untuk kemudian dinikmati.
Agar buah-buah tadi dapat tahan lama pastinya ada obat kimiawi yang disemburkan ke buah-buah itu sehingga mereka menjadi tahan lama. Nah kalau ternyata kita hanya makan buah yang sudah rusak, kenapa kita tidak mencari buah lokal yang lebih segar dan kemungkinannya disiram obat kimiawi lebih kecil. Masih banyak buah segar lokal yang layak dicicip, ada jeruk medan, jeruk pontianak, apel malang, salak pondoh jogja, salak bali, pepaya bogor, mangga manalagi probolinggo, melon ngawi, pisang lampung dan masih banyak lagi.
Demikian juga dengan daging beku yang diawetkan. Kalau ada yang lebih segar dan dengan harga sama, mengapa kita beli daging yang sudah dipotong 3 bulan atau 6 bulan yang lalu? Kalau daging dapat bertahan begitu lama, tentunya ada bahan pengawet atau cairan kimiawi yang disiramkan sedemikian rupa sehingga daging tidak rusak untuk jangka waktu yang cukup lama.
Lebih menyedihkan lagi kalau makanan-makanan tadi sudah dikemas dalam kaleng. Kita harus lebih berhati-hati untuk mengkonsumsi makanan-makanan dalam kaleng jenis ini, baik sekedar buah dalam kaleng, apalagi kalau daging/ikan dalam kaleng. Makanan daging atau ikan yang telah diproses dalam proses pengalengan selain adanya tambahan senyawa kimiawi, pastinya sudah diproses melalui pemanasan yang sangat panas sehingga menghasilkan zat-zat kimiawi juga yang dapat bertindak sebagai pencetus kanker. Sebaiknya kita menghindari makanan beraroma bangkai seperti ini, sepanjang yang segar masih ada. Apalagi jumlah yang segar juga berlimpah.
Negara Indonesia Dilimpahi Bumi Yang Subur Makmur
Sahabat kompasianer, banyak makanan segar yang mampu dihasilkan oleh bumi nusantara yang indah. Semuanya tidak perlu melalui proses pengawetan atau penambahan cairan kimiawi apapun. Jadi kenapa kekayaan melimpah ini harus kita abaikan dan kita nihilkan keberadaannya?
Mari kita pelopori makan makanan segar tanpa senyawa kimiawi. Hidup kita tentunya akan lebih sehat sehingga kita akan jarang terkena serang berbagai jenis penyakit yang mungkin salah satu faktor pencetusnya adalah karena senyawa-senyawa kimiawi ini. Makanan yang masih segar berarti kandungan zat gizinya masih utuh, lengkap. Kalau perlu dimakan dalam keadaan segar, atau kalau harus mengolah, jangan mengolah terlalu panas, yang tentunya akan menghilangkan separuh dari gizinya.
Bagi yang masih punya halaman di sekitar rumah, alangkah bahagianya kalau masih dapat menanam tanaman sayuran atau buah di sekitar rumah. Banyak tanaman yang dapat ditanam, seperti pohon bayam, kangkung, kenikir, kacang koro, cabai, kemangi, singkong, pepaya, pisang, belimbing dll sehingga kebutuhan dapur dapat dicukupi dari halaman rumah.
Kalau sahabat kompasianer masih sering berkunjung ke rumah kakek atau nenek di kampung, pastinya dapat merasakan kehidupan desa yang sangat menyenangkan. Semua makanan yang akan dimakan cukup diambil dari tanaman peliharaan sekitar rumah. Demikian juga dengan lauknya, cukup diambil dari telornya si blorok, atau dipotongkan satu atau dua ekor ayam peliharaan, sehingga semua makanan yang dimakan masih fresh, sangat segar sehingga sangat nikmat.
Makanan dari kampung jauh lebih sehat, apalagi kalau kita menemukan makanan yang berasal dari tanaman-tanaman yang tidak dibudidaya secara anorganik. Pupuknya hanya pakai pupuk kandang, kotoran sapi, kerbau atau ayam. Untuk menghindari serangan hama, hanya digunakan kelambu dan tidak disemprot pestisida. Wah produk-produk seperti ini tentunya luar biasa baiknya bagi kesehatan kita. Produk-produk seperti ini biasa disebut produk organik, harganya menjadi lumayan mahal kalau dikota. Kalau di desa ya masih tetap murah.
Nah kalau di desa kita mampu hidup lebih sehat, mengapa yang dikota menyia-nyiakan kesehatan kita begitu saja? Mari kita hidup lebih sehat, jauhi makanan yang diawetkan, apalagi kalau beraroma bangkai, makanan yang sudah terproses dengan tambahan bahan kimiawi. sumper
Belanja di supermarket memang lebih nyaman dan mengasyikkan, kita seperti dinina bobokkan, oleh pendingin ruangan yang lumayan sejuk. Jadi sekalian dapat dipakai nyantai, istirahat, sehabis bekerja seharian. Sebagian dari kita bahkan menggunakan supermarket untuk tempat rekreasi sekalian belanja, ngadem…..hehehehe.
Nah, bagi masyarakat yang sudah tidak dapat lepas dari supermarket, beli apapun ya di supermarket. Dari sayur mayur sampai dengan daging, ikan termasuk keperluan-keperluan yang harus disimpan dalam waktu agak lama, makanan dalam kaleng. Daging kaleng, ikan kaleng, buah kaleng semuanya tersedia di supermarket dan selalu laris manis. Nah, kebiasaan yang menyenangkan inilah yang sekarang harus menjadi perhatian kita, rasanya perlu diubah, supaya hidup lebih sehat.
Makanan Yang Diawetkan Tidak Sehat
Sahabat kompasianer, sering tanpa sadar, kita senang sekali membeli jeruk mandarin dari China yang manisnya minta ampun. Atau dengan senang hati, kita selalu menyerbu apel yang ranum-ranum dari Amerika atau New Zealand. Apalagi kalau kita memandang buah kiwi, wih…. air liur hampir jatuh. Semuanya pasti lezat dan wuenak tenan, apalagi buah peer, pasti semuanya kepingin.
Tapi pernahkan kita semua terpikir bahwa buah tersebut sudah dipanen mungkin 2 bulan atau 3 bulan yang lalu. Buah-buah itu memerlukan waktu yang panjang dan lama untuk bisa sampai di rak-rak supermarket di Indonesia. Buah-buah itu sudah mengalami proses, mulai dari pemetikan, penyortiran, pengawetan, pengepakan, penggudangan, pengiriman melalui kapal laut, penggudangan lagi dan baru kemudian anda pijat-pijat untuk kemudian dinikmati.
Agar buah-buah tadi dapat tahan lama pastinya ada obat kimiawi yang disemburkan ke buah-buah itu sehingga mereka menjadi tahan lama. Nah kalau ternyata kita hanya makan buah yang sudah rusak, kenapa kita tidak mencari buah lokal yang lebih segar dan kemungkinannya disiram obat kimiawi lebih kecil. Masih banyak buah segar lokal yang layak dicicip, ada jeruk medan, jeruk pontianak, apel malang, salak pondoh jogja, salak bali, pepaya bogor, mangga manalagi probolinggo, melon ngawi, pisang lampung dan masih banyak lagi.
Demikian juga dengan daging beku yang diawetkan. Kalau ada yang lebih segar dan dengan harga sama, mengapa kita beli daging yang sudah dipotong 3 bulan atau 6 bulan yang lalu? Kalau daging dapat bertahan begitu lama, tentunya ada bahan pengawet atau cairan kimiawi yang disiramkan sedemikian rupa sehingga daging tidak rusak untuk jangka waktu yang cukup lama.
Lebih menyedihkan lagi kalau makanan-makanan tadi sudah dikemas dalam kaleng. Kita harus lebih berhati-hati untuk mengkonsumsi makanan-makanan dalam kaleng jenis ini, baik sekedar buah dalam kaleng, apalagi kalau daging/ikan dalam kaleng. Makanan daging atau ikan yang telah diproses dalam proses pengalengan selain adanya tambahan senyawa kimiawi, pastinya sudah diproses melalui pemanasan yang sangat panas sehingga menghasilkan zat-zat kimiawi juga yang dapat bertindak sebagai pencetus kanker. Sebaiknya kita menghindari makanan beraroma bangkai seperti ini, sepanjang yang segar masih ada. Apalagi jumlah yang segar juga berlimpah.
Negara Indonesia Dilimpahi Bumi Yang Subur Makmur
Sahabat kompasianer, banyak makanan segar yang mampu dihasilkan oleh bumi nusantara yang indah. Semuanya tidak perlu melalui proses pengawetan atau penambahan cairan kimiawi apapun. Jadi kenapa kekayaan melimpah ini harus kita abaikan dan kita nihilkan keberadaannya?
Mari kita pelopori makan makanan segar tanpa senyawa kimiawi. Hidup kita tentunya akan lebih sehat sehingga kita akan jarang terkena serang berbagai jenis penyakit yang mungkin salah satu faktor pencetusnya adalah karena senyawa-senyawa kimiawi ini. Makanan yang masih segar berarti kandungan zat gizinya masih utuh, lengkap. Kalau perlu dimakan dalam keadaan segar, atau kalau harus mengolah, jangan mengolah terlalu panas, yang tentunya akan menghilangkan separuh dari gizinya.
Bagi yang masih punya halaman di sekitar rumah, alangkah bahagianya kalau masih dapat menanam tanaman sayuran atau buah di sekitar rumah. Banyak tanaman yang dapat ditanam, seperti pohon bayam, kangkung, kenikir, kacang koro, cabai, kemangi, singkong, pepaya, pisang, belimbing dll sehingga kebutuhan dapur dapat dicukupi dari halaman rumah.
Kalau sahabat kompasianer masih sering berkunjung ke rumah kakek atau nenek di kampung, pastinya dapat merasakan kehidupan desa yang sangat menyenangkan. Semua makanan yang akan dimakan cukup diambil dari tanaman peliharaan sekitar rumah. Demikian juga dengan lauknya, cukup diambil dari telornya si blorok, atau dipotongkan satu atau dua ekor ayam peliharaan, sehingga semua makanan yang dimakan masih fresh, sangat segar sehingga sangat nikmat.
Makanan dari kampung jauh lebih sehat, apalagi kalau kita menemukan makanan yang berasal dari tanaman-tanaman yang tidak dibudidaya secara anorganik. Pupuknya hanya pakai pupuk kandang, kotoran sapi, kerbau atau ayam. Untuk menghindari serangan hama, hanya digunakan kelambu dan tidak disemprot pestisida. Wah produk-produk seperti ini tentunya luar biasa baiknya bagi kesehatan kita. Produk-produk seperti ini biasa disebut produk organik, harganya menjadi lumayan mahal kalau dikota. Kalau di desa ya masih tetap murah.
Nah kalau di desa kita mampu hidup lebih sehat, mengapa yang dikota menyia-nyiakan kesehatan kita begitu saja? Mari kita hidup lebih sehat, jauhi makanan yang diawetkan, apalagi kalau beraroma bangkai, makanan yang sudah terproses dengan tambahan bahan kimiawi. sumper
0
3.3K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan