- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kriteria Sekolah Dasar Yang Baik [Semoga Bermanfaat]
TS
abdi.hidayah
Kriteria Sekolah Dasar Yang Baik [Semoga Bermanfaat]
assalamu'alaikum
slamat malam para pembaca di KASKUS raya
ane cuma pingin share beberapa kriteria sekolah yang baik berdasarkan bangunan ataupun pendidikan untuk siswanya dan segala yang berkaitan dengan sekolah dasar
soalnya ane sering banget liat sekolah yang lokasi bangunannya dpinggir jalan raya ataupun pembelajaran yang belum atau tidak sempurna
sebagai siswa pasti sangat drugikan
buktinya gan, minggu kemarin ane penelitian (kebetulan ane jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar hoho) ada siswa kelas 4 tp belum lancar bahkan ga bisa membaca. memang itu adalah sekolah dasar dan ddesa, jadi perhatian dari gurunya tidak semaksimal sekolah swasta ataupun sekolah dtengah kota yg notaben orang tua siswa berkecukupan
slamat malam para pembaca di KASKUS raya
ane cuma pingin share beberapa kriteria sekolah yang baik berdasarkan bangunan ataupun pendidikan untuk siswanya dan segala yang berkaitan dengan sekolah dasar
soalnya ane sering banget liat sekolah yang lokasi bangunannya dpinggir jalan raya ataupun pembelajaran yang belum atau tidak sempurna
sebagai siswa pasti sangat drugikan
buktinya gan, minggu kemarin ane penelitian (kebetulan ane jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar hoho) ada siswa kelas 4 tp belum lancar bahkan ga bisa membaca. memang itu adalah sekolah dasar dan ddesa, jadi perhatian dari gurunya tidak semaksimal sekolah swasta ataupun sekolah dtengah kota yg notaben orang tua siswa berkecukupan
pendapat ane berdasarkan inspirasi dari berbagai sumber mengenai kriteria sekolah yang baik itu:
dari lokasi dan bangunan
Spoiler for sekolah:
1. untuk sekolah dasar yg semuanya murid masih harus dalam pengawasan, setidaknya jauhkan dari jalan raya posisi sekolah itu, sering saya melihat sekolah itu berpas-pasan dengan jalan raya bahkan jalan protokol yg banyak dlintasi kendaraan bermotor bahkan kendaraan besar
2. gedung sekolah berlantai 1 lebih baik dari pada 2 atau 3 bahkan lebih. bayangkan saja, anak kecil yg masih sangat aktiv dalam bersosialisasi bahkan sering berlari-lari, kalau lari dlorong atau jalan datar tidak masalah, tapi bagaiman jika itu dtangga gedung. bisakah menjanjikan aman dari kecelakaan?
3. luasnya lahan sekolah sangat membantu orang tua dalam mengawasi perkembangan anaknya bahkan guru pula menjadi dmudahkan bila sekolah itu tidak terlalu luas, dengan mudah akan dapat terawasi dengan baik
4. beri ruang untuk para orang tua bersosialisasi dengan orang tua lainnya atau lahan parkir atau tempat tunggu orang tua siswa yang nantinya tidak usah menggunakan latar atau halaman kelas. sering kan sewaktu kita kecil orang tua kita selalu mengawasi dsamping jendela bahkan masuk? saat kita kelas 1. seharusnya itu tidak perlu dilakukan, karna saat dsekolah, siswa sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru, orang tua hanya mengawasi perkembangan dari jauh dan dari rumah saat evaluasi drumah nanti.
perangkat pembelajaran
Spoiler for perangkat sekolah:
1. Guru selalu keliatan berkegiatan bersama anak, entah itu diskusi, membantu proyek anak atau hanya hanya sekedar mengobservasi anak. tidak perduli kelas apapun yang diampu guru [TK or SD] sekolah yang baik akan mendorong guru dan anak untuk belajar bersama
2. Ada rencana program yang jelas, program belajar seimbang antara fisik dan kognitif. anak tidak selalu berada di ruangan dan duduk, tapi juga mendapat cukup kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungannya [ini berlaku tidak hanya untuk TK tapi juga SD]
3. Program belajar dibuat dan disusun berdasarkan kemampuan dan kebutuhan anak tidak cuma berdasarkan kelompok umur dan target yang ingin dicapai.
4. Guru melakukan persiapan dengan matang, sehingga semua kegiatan bisa berjalan dengan lancar tanpa anak harus menunggu. jadi gak ada ceritanya tuh lagi ditengah pelajaran guru lupa membawa alat peraga untuk menerangkan atau malah mem-pause sesinya karena harus menjawab panggilan telepon dari HP.
5. Ada tempat untuk mendisplay karya anak, pada sekolah yang sangat akomodatif, ruang display adalah seluruh ruang kelas, kemanapun kita memandang hanya karya anak jualah yang terlihat. itu akan membuat siswa merasa betah dan ingin berada dkelas dengan suasana yang baik.
6. Guru tidak menjadikan dirinya sebagai satu2 nya sumber informasi di dalam kelas, ia menerima informasi dari manapun, bahkan dari murid paling tertinggal di kelas sekalipun dan menganalisis bersama dengan anak.
lingkungan
Spoiler for lingkungan:
1. Memanfaatkan sumber daya alam seluas2nya, mengenalkan semua teori alam langsung dari sumbernya yaitu alam. diskusi tentang air tidak hanya menggunakan power point atau poster raksasa tapi juga langsung bersentuhan dan mengeksplorasi air yang sesungguhnya
2. Memberi ruang dan kesempatan seluas2nya pada anak untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahannya
3. Memiliki atmosfir yang bersahabat, guru, anak dan orang tua murid yang mengantar terlihat bahagia. semuanya berkegiatan dengan gembira sekalipun dengan peralatan dan perlengkapan sederhana
Spoiler for terpencil:
Kondisi Pendidikan
Kondisi Fisik Gedung Sekolah
Secara fisik gedung sekolah ini masih kelihatan bagus karena usianya masih relatif muda. Suasana sekitar gedung ini sepih dan sejuk karena di sekelilingnya masih banyak pohon yang rindang. Gedung sekolah memiliki jumlah ruangan yang terbatas; empat ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan yang kosong dan 2 kamar WC. Oleh karena jumlah ruangan kelasnya masih terbatas maka sekolah belum bisa menyediakan sarana-sarana yang bisa mendukung kegiatan belajar-mengajar di satuan pendidikan itu. Kegiatan belajar-mengajar untuk para siswa/i SMP di buat sore hari karena pagi harinya ruangan-rungan kelas yang ada digunakan oleh anak-anak SD. Itu pun, karena ruangan terbatas maka anak-anak SD menggunakan gedung gereja sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan belajar-mengajar.
Kondisi Siswa
Secara kuantitatif murid SMPN Satap Kembang Lala berjumlah 21 orang dan semuanya berada dalam satu rombongan belajar. Pada awalnya mereka berjumlah 23 orang tetapi 2 orang harus berhenti sekolah karena orang tua mereka tidak mampu membiayai pendidikan. Ironisnya, SMP Negeri satu atap ini membebankan biaya pendidikan ke orang tua Rp. 100.000 per bulan, untuk biaya SPP. Angka ini melebihi SPP sekolah swasta yang ada di sekitarnya.
Menyangkut daya serap murid terhadap mata pelajaran yang ada sangat variatif. Ada beberapa anak yang memiliki daya serap yang sangat bagus, beberapa di antaranya memiliki daya serap yang cukup dan sebagian kecilnya memiliki daya serap yang rendah.
Kondisi Guru
Guru-guru yang mengajar di SMPN Satap Kembang Lala sebagian besarnya adalah guru-guru Sekolah Dasar, dan dua di antaranya adalah Guru SM-3T. Sejak sekolah ini dibuka belum ada tenaga guru yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga untuk mengabdi di SMP satap ini (persediaan guru masih kurang). Sebagai solusinya kepala sekolah (yang adalah kepala SD) memanfaatkan guru-guru sekolah dasar untuk mengisi kekosongan tenaga itu. Dampaknya guru-guru yang mengajar di SMP Satap ini ditempatkan berdasarkan loyalitas dan dibayar murah. Hal ini berdampak juga pada motivasi kerja mereka.
Masalah lainnya, dedikasi yang mereka berikan tidak berangkat dari kompetensi dan spesifikasi ilmu yang mereka miliki. Dengan demikian berdampak pada kualitas proses karena guru-guru belum memiliki spesifikasi profesionalitas untuk jenjang pendidikan pada satuan itu. Kami sendiri melihat hal ini sebagai suatu masalah serius yang harus segera dicarikan solusinya oleh dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Manggarai Timur.
Guru-guru SM-3T yang datangpun menemukan kesulitan yang sama karena kedua guru SM-3T diminta oleh kepala sekolah untuk mengajar mata pelajaran yang ada di luar spesifikasi dan kompetensi yang kami miliki. Guru yang berlatar belakang pendidikan pahasa inggris mengajar mata perlajaran Matematika. Ini juga berakibat pada kualitas proses.
Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang berlaku di sekolah ini adalah KTSP sebagaimana yang berlaku secara nasional di semua wilayah di Nusantara ini. Ketika kami melihat mekanisme penerapannya di lingkungan sekolah ini, KTSP belum sungguh-sungguh diterapkan oleh karena beberapa faktor berikut ini.
Faktor pertama adalah penempatan tenaga pengajar yang belum proporsional, karena pengajar yang ada tidak memiliki kualifikasi akademik seperti yang diharapkan oleh sekolah. Akibatnya guru yang mengajar tidak mengikuti proses dan mekanisme penerapan kurikulum yang sebenarnya. Kedua karena fasilitas pendukung belajar, sekolah belum memiliki buku-buku sumber dan saranan lain seperti laboratorium dan arus listrik yang mendukung kegiatan pembelajaran. Ketiga, untuk pembuatan perangkat dan proses, guru-guru hanya berbuat sebatas apa yang mereka tahu, tanpa mengikuti panduan yang berlaku umum. Ini juga menjadi suatu masalah yang terlihat di sekolah yang ada di daerah 3T.
Semua kondisi dan masalah ril yang ada di daerah 3T menjadi masalah bersama yang menggugah rasa nasionalisme kita untuk mengatasinya. Dalam perpektif ini rasa nasionalisme yang kita bangun terbentuk melalui kesadaran universal dari seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama memberi prioritas bagi percepatan pelayanan pendidikan dan peningkat mutu pendidikan di daerah 3T itu. Kita tidak lagi memikul senjata untuk menentang segala bentuk kolonialisme dari luar tetapi kita membangun semangat nasionalisme untuk merasakan dan mengambil sikap kongkret dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak-anak bangsa ini, terutama anak-anak bangsa yang terhimpit dan terlantar di balik deratan bukit dan lembah atau yang berada di daerah yang terisolir dan tertinggal
[url=sumber]http://berita.upi.edu/2013/07/09/kondisi-pendidikan-di-daerah-terdepan-terpencil-dan-tertinggal/[/url]
Kondisi Fisik Gedung Sekolah
Secara fisik gedung sekolah ini masih kelihatan bagus karena usianya masih relatif muda. Suasana sekitar gedung ini sepih dan sejuk karena di sekelilingnya masih banyak pohon yang rindang. Gedung sekolah memiliki jumlah ruangan yang terbatas; empat ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan yang kosong dan 2 kamar WC. Oleh karena jumlah ruangan kelasnya masih terbatas maka sekolah belum bisa menyediakan sarana-sarana yang bisa mendukung kegiatan belajar-mengajar di satuan pendidikan itu. Kegiatan belajar-mengajar untuk para siswa/i SMP di buat sore hari karena pagi harinya ruangan-rungan kelas yang ada digunakan oleh anak-anak SD. Itu pun, karena ruangan terbatas maka anak-anak SD menggunakan gedung gereja sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan belajar-mengajar.
Kondisi Siswa
Secara kuantitatif murid SMPN Satap Kembang Lala berjumlah 21 orang dan semuanya berada dalam satu rombongan belajar. Pada awalnya mereka berjumlah 23 orang tetapi 2 orang harus berhenti sekolah karena orang tua mereka tidak mampu membiayai pendidikan. Ironisnya, SMP Negeri satu atap ini membebankan biaya pendidikan ke orang tua Rp. 100.000 per bulan, untuk biaya SPP. Angka ini melebihi SPP sekolah swasta yang ada di sekitarnya.
Menyangkut daya serap murid terhadap mata pelajaran yang ada sangat variatif. Ada beberapa anak yang memiliki daya serap yang sangat bagus, beberapa di antaranya memiliki daya serap yang cukup dan sebagian kecilnya memiliki daya serap yang rendah.
Kondisi Guru
Guru-guru yang mengajar di SMPN Satap Kembang Lala sebagian besarnya adalah guru-guru Sekolah Dasar, dan dua di antaranya adalah Guru SM-3T. Sejak sekolah ini dibuka belum ada tenaga guru yang ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga untuk mengabdi di SMP satap ini (persediaan guru masih kurang). Sebagai solusinya kepala sekolah (yang adalah kepala SD) memanfaatkan guru-guru sekolah dasar untuk mengisi kekosongan tenaga itu. Dampaknya guru-guru yang mengajar di SMP Satap ini ditempatkan berdasarkan loyalitas dan dibayar murah. Hal ini berdampak juga pada motivasi kerja mereka.
Masalah lainnya, dedikasi yang mereka berikan tidak berangkat dari kompetensi dan spesifikasi ilmu yang mereka miliki. Dengan demikian berdampak pada kualitas proses karena guru-guru belum memiliki spesifikasi profesionalitas untuk jenjang pendidikan pada satuan itu. Kami sendiri melihat hal ini sebagai suatu masalah serius yang harus segera dicarikan solusinya oleh dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Manggarai Timur.
Guru-guru SM-3T yang datangpun menemukan kesulitan yang sama karena kedua guru SM-3T diminta oleh kepala sekolah untuk mengajar mata pelajaran yang ada di luar spesifikasi dan kompetensi yang kami miliki. Guru yang berlatar belakang pendidikan pahasa inggris mengajar mata perlajaran Matematika. Ini juga berakibat pada kualitas proses.
Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang berlaku di sekolah ini adalah KTSP sebagaimana yang berlaku secara nasional di semua wilayah di Nusantara ini. Ketika kami melihat mekanisme penerapannya di lingkungan sekolah ini, KTSP belum sungguh-sungguh diterapkan oleh karena beberapa faktor berikut ini.
Faktor pertama adalah penempatan tenaga pengajar yang belum proporsional, karena pengajar yang ada tidak memiliki kualifikasi akademik seperti yang diharapkan oleh sekolah. Akibatnya guru yang mengajar tidak mengikuti proses dan mekanisme penerapan kurikulum yang sebenarnya. Kedua karena fasilitas pendukung belajar, sekolah belum memiliki buku-buku sumber dan saranan lain seperti laboratorium dan arus listrik yang mendukung kegiatan pembelajaran. Ketiga, untuk pembuatan perangkat dan proses, guru-guru hanya berbuat sebatas apa yang mereka tahu, tanpa mengikuti panduan yang berlaku umum. Ini juga menjadi suatu masalah yang terlihat di sekolah yang ada di daerah 3T.
Semua kondisi dan masalah ril yang ada di daerah 3T menjadi masalah bersama yang menggugah rasa nasionalisme kita untuk mengatasinya. Dalam perpektif ini rasa nasionalisme yang kita bangun terbentuk melalui kesadaran universal dari seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama memberi prioritas bagi percepatan pelayanan pendidikan dan peningkat mutu pendidikan di daerah 3T itu. Kita tidak lagi memikul senjata untuk menentang segala bentuk kolonialisme dari luar tetapi kita membangun semangat nasionalisme untuk merasakan dan mengambil sikap kongkret dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak-anak bangsa ini, terutama anak-anak bangsa yang terhimpit dan terlantar di balik deratan bukit dan lembah atau yang berada di daerah yang terisolir dan tertinggal
[url=sumber]http://berita.upi.edu/2013/07/09/kondisi-pendidikan-di-daerah-terdepan-terpencil-dan-tertinggal/[/url]
Spoiler for penyebab yg sangat berpengaruh besar:
“Kalau tidak ada tunjangan jarang ada guru yang mau ngajar di sekolah pelosok” ucapnya. Miksan berharap pemerintah bisa meninjau kembali kebijakan penghapusan tunjangan demi keberlangsungan sekolah terpencil
http://gunungkidulonline.com/tunjang....C03ouweq.dpuf
http://gunungkidulonline.com/tunjang....C03ouweq.dpuf
Spoiler for guru:
Guru guru yang baru diangkat, rata rata lulusan Universitas yang di kota dan sudah terbiasa dengan segala fasilitas yang cukup dan mewah, Setiap tahun guru guru di lokasi seperti itu selalu disiapkan untuk mengisi atau mengajar di daerah terpencil, Tetapi itu hanya bertahan sesaat saja. Karena guru guru tersebut selalu mengajukan usulan untuk pindah ke daerah yang lebih baik dengan bergagai alasan.
http://happyberseri.blogspot.com/201...h-dasar_1.html
http://happyberseri.blogspot.com/201...h-dasar_1.html
maafkan ane jika terlalu menggurui dan masih banyak terjadi kesalahan dalam pembuatan thread ini gan, maklum masih amatiran gan
tapi klo ada yg berkenan memberikan ane sangat berterima kasih, atau hanya memberi ane terima dengan senang hati tapi semoga ndak d ya gan hohoho
KASKUSER butuh masukan gan sista...silahkan berikan masukan menurut agan dan sista
maaf gan sebelumnya bukan maksud menggurui
yg pertama itu bagus, tapi inget gan, itu anak kita..bukan anak guru atau anak sekolahan, tetap proiritas utama mereka harus mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. klo agan masih inget, pendidikan pertama dan utama itu dari orang tua (pelajaran PPKN dulu haha)
mungkin kalo boleh kasih saran, ambil sekolah yg pilihan pertama tapi hanya sampai jam 12 siang..sisanya biarkan dia mendapatkan pendidikan dari orang tua dan lingkungan disekitar rumah..karna anak butuh bersosialisasi pula dengan kehidupan bertetangga, tentu pula dengan pengawasan orang tua
setelah pulang sekolah, kita harus bertanya apa saja yg mereka dapat atau kerjakan disekolah..itu berguna untuk mengkoreksi bila ada sesuatu yg menurut orang tua kurang baik...karna guru juga manusia.
masukan sangat baik dari agan Ramley
terima kasih KASKUS
wassalamu'alaikum
tapi klo ada yg berkenan memberikan ane sangat berterima kasih, atau hanya memberi ane terima dengan senang hati tapi semoga ndak d ya gan hohoho
KASKUSER butuh masukan gan sista...silahkan berikan masukan menurut agan dan sista
Quote:
Quote:
Original Posted By ananicegm12►ok bgt masukannya
tp msh bingung mo masukin SD anak,
ada 2 pilihan :
1. full day ampe 15.30 tp anak happy n betah skul (guru mngajar sesuai karakter anak jd anak sgt senang, resikonya plg skul cape... coz kya jam plg org kerja ampe rmh bs 16.30)
2. plg jam 12.00 yah msh spt sekolah pd umumnya yg dimana anak hrs belajar dg konsep guru n ank hrs bs mengikuti, jawaban hrs sesuai dg buku paket (resikonya anak ga enjoy belajarny, pdhal SD klo uda trauma bs jd penolakan dr jiwa bahwa skul ga membebaskan dia tumbuh kreatif dh karakter pribadinya)
mohon masukannya yah agan2..
thx b4
tp msh bingung mo masukin SD anak,
ada 2 pilihan :
1. full day ampe 15.30 tp anak happy n betah skul (guru mngajar sesuai karakter anak jd anak sgt senang, resikonya plg skul cape... coz kya jam plg org kerja ampe rmh bs 16.30)
2. plg jam 12.00 yah msh spt sekolah pd umumnya yg dimana anak hrs belajar dg konsep guru n ank hrs bs mengikuti, jawaban hrs sesuai dg buku paket (resikonya anak ga enjoy belajarny, pdhal SD klo uda trauma bs jd penolakan dr jiwa bahwa skul ga membebaskan dia tumbuh kreatif dh karakter pribadinya)
mohon masukannya yah agan2..
thx b4
maaf gan sebelumnya bukan maksud menggurui
yg pertama itu bagus, tapi inget gan, itu anak kita..bukan anak guru atau anak sekolahan, tetap proiritas utama mereka harus mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. klo agan masih inget, pendidikan pertama dan utama itu dari orang tua (pelajaran PPKN dulu haha)
mungkin kalo boleh kasih saran, ambil sekolah yg pilihan pertama tapi hanya sampai jam 12 siang..sisanya biarkan dia mendapatkan pendidikan dari orang tua dan lingkungan disekitar rumah..karna anak butuh bersosialisasi pula dengan kehidupan bertetangga, tentu pula dengan pengawasan orang tua
setelah pulang sekolah, kita harus bertanya apa saja yg mereka dapat atau kerjakan disekolah..itu berguna untuk mengkoreksi bila ada sesuatu yg menurut orang tua kurang baik...karna guru juga manusia.
masukan sangat baik dari agan Ramley
Quote:
Quote:
Original Posted By Ramley►Usulannya bagus... Ideal? Ya.. Bisa diterapkan? Sussssaaahhh... Butuh kerja ekstra semua pihak...
Jangan cuma nyalahin sisi mana saja, cos kitanya harus jeli ngeliatnya... Apa yang dikatakan kelemahan sekolah bisa jadi power kalo kita bisa melihatnya dengan sudut pandang berbeda.. Hehehe...
Agan dari PGSD, saya coba buka wawasannya supaya nggak cuma 'idealnya' aja yang ada...
Jujur kalo saya sebenarnya malah bingung ketika ditanya sekolah yang bagus itu yang gimana?? Karena kalo saya ngeliat satu sekolah, saya ngeliatnya comprehensive, nggak bisa satu sisi dan satu sisi lain dan koneksinya, tapi semua sisi dan integrasinya.. Dan ketika saya selesai ngeliat, insyaAllah bisa tahu apa kelemahannya dan apa kekuatannya dan bagaimana cara bikin sekolah itu bagus... Mulai dari bahan-input-process-output-monev-rekom semua harus dilihat...
Semua sekolah atau institusi pendidikan itu isinya cuma 3 aja: Manusia-Program-Prasarana dan Sarana Dasarnya...
Manusia... siapa aja? Murid-ortunya, guru, karyawan, admin, orang yayasan, orang dindik, orang diknas, orang puekesmas, psikolog, dokter, semua stakeholder yang terlibat.
PSD (Prasarana sarana dasar)... Apa aja? Gedung dan isinya, lingkungan, APE, buku, duit, dllll
Program... Yang termasuk disini Permendiknas, Kurikulum, PP, Promes, RPP, RKH, RKM, RKS, LPPA, Raport, Catatan Anekdot, Laporan Mingguan-Semester-Tahunan, Monev gurunya, training dan workshop, SAI, IT, dllll
Sekolah yang bagus ya yang ketiga unsur tadi berjalan sinergis...
So, mungkin satu sisi ada yang lemah, tapi bisa saja ditutup oleh sisi lainnya... Satu contoh, mungkin PSD kurang, tapi guru punya program yang bagus yang nggak butuh PSD complete buat bikin siswanya oke. So, mungkin sekolah keliatannya biasa-biasa aja, tapi hasil didikannya bisa sangat memuaskan... Atau malah sebaliknya... Ada sekolah PSD komplit, tapi program gurunya nggak pas ma PSD-nya. Hasilnya apa? Ya PSD-nya banyak yang nganggur, bulukan, dlll, kasus ini yang paling banyak saya jumpai... Yang lainnya terjemahin sendiri ya...
Saran saya...
Jangan ngeliat semuanya harus ideal, dan jangan minta ideal secara mutlak juga... Tapi manfaatkan semua aspek yang ada buat bikin sekolah itu lebih baik, bagi yang udah paham alur sekolah dan sinerginya kayak gimana ya harus ikut tune inn lah kedalamnya, minimal usulan... Kalo cuma konsep sekolah yang bagus itu yang begini yang begitu, ya pasti akan ada jutaan konsep sekolah bagus, tergantung siapa yang koar. Orang agama bilang yang agamanya kuat, orang liberal bilang yang kreativitasnya kuat, orang hukum bilang yang peraturannya bagus, dllll... Sangat tergantung siapa yang koar...
Buat ortu murid dan calon ortu murid, sesuaikan semuanya dengan visi, potensi, kapasitas ortunya juga dengan sekolahnya... Lihat dulu semuanya secara comprehensive... Sesuai atau nggak dengan sekolahnya... Satu sekolah mungkin bagus buat satu murid, tapi bisa nggak cocok buat murid yang lain... Kalo nggak sesuai? ya cari lagi yang pas.. Kalo nggak dapet? ya cari yang mendekati dan ikutan usaha juga bikin sekolah itu bisa mendekati ideal seperti yang diharapkan...
Oke, itu dulu... Bagus kok tritnya...
Jangan cuma nyalahin sisi mana saja, cos kitanya harus jeli ngeliatnya... Apa yang dikatakan kelemahan sekolah bisa jadi power kalo kita bisa melihatnya dengan sudut pandang berbeda.. Hehehe...
Agan dari PGSD, saya coba buka wawasannya supaya nggak cuma 'idealnya' aja yang ada...
Jujur kalo saya sebenarnya malah bingung ketika ditanya sekolah yang bagus itu yang gimana?? Karena kalo saya ngeliat satu sekolah, saya ngeliatnya comprehensive, nggak bisa satu sisi dan satu sisi lain dan koneksinya, tapi semua sisi dan integrasinya.. Dan ketika saya selesai ngeliat, insyaAllah bisa tahu apa kelemahannya dan apa kekuatannya dan bagaimana cara bikin sekolah itu bagus... Mulai dari bahan-input-process-output-monev-rekom semua harus dilihat...
Semua sekolah atau institusi pendidikan itu isinya cuma 3 aja: Manusia-Program-Prasarana dan Sarana Dasarnya...
Manusia... siapa aja? Murid-ortunya, guru, karyawan, admin, orang yayasan, orang dindik, orang diknas, orang puekesmas, psikolog, dokter, semua stakeholder yang terlibat.
PSD (Prasarana sarana dasar)... Apa aja? Gedung dan isinya, lingkungan, APE, buku, duit, dllll
Program... Yang termasuk disini Permendiknas, Kurikulum, PP, Promes, RPP, RKH, RKM, RKS, LPPA, Raport, Catatan Anekdot, Laporan Mingguan-Semester-Tahunan, Monev gurunya, training dan workshop, SAI, IT, dllll
Sekolah yang bagus ya yang ketiga unsur tadi berjalan sinergis...
So, mungkin satu sisi ada yang lemah, tapi bisa saja ditutup oleh sisi lainnya... Satu contoh, mungkin PSD kurang, tapi guru punya program yang bagus yang nggak butuh PSD complete buat bikin siswanya oke. So, mungkin sekolah keliatannya biasa-biasa aja, tapi hasil didikannya bisa sangat memuaskan... Atau malah sebaliknya... Ada sekolah PSD komplit, tapi program gurunya nggak pas ma PSD-nya. Hasilnya apa? Ya PSD-nya banyak yang nganggur, bulukan, dlll, kasus ini yang paling banyak saya jumpai... Yang lainnya terjemahin sendiri ya...
Saran saya...
Jangan ngeliat semuanya harus ideal, dan jangan minta ideal secara mutlak juga... Tapi manfaatkan semua aspek yang ada buat bikin sekolah itu lebih baik, bagi yang udah paham alur sekolah dan sinerginya kayak gimana ya harus ikut tune inn lah kedalamnya, minimal usulan... Kalo cuma konsep sekolah yang bagus itu yang begini yang begitu, ya pasti akan ada jutaan konsep sekolah bagus, tergantung siapa yang koar. Orang agama bilang yang agamanya kuat, orang liberal bilang yang kreativitasnya kuat, orang hukum bilang yang peraturannya bagus, dllll... Sangat tergantung siapa yang koar...
Buat ortu murid dan calon ortu murid, sesuaikan semuanya dengan visi, potensi, kapasitas ortunya juga dengan sekolahnya... Lihat dulu semuanya secara comprehensive... Sesuai atau nggak dengan sekolahnya... Satu sekolah mungkin bagus buat satu murid, tapi bisa nggak cocok buat murid yang lain... Kalo nggak sesuai? ya cari lagi yang pas.. Kalo nggak dapet? ya cari yang mendekati dan ikutan usaha juga bikin sekolah itu bisa mendekati ideal seperti yang diharapkan...
Oke, itu dulu... Bagus kok tritnya...
terima kasih KASKUS
wassalamu'alaikum
0
9.4K
Kutip
38
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan