JAKARTA – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) akan mengkaji dugaan praktik kartel komoditas gula di Indonesia. Potensi ada praktik kartel dinilai berlasan mengingat perusahaan yang bergerak di bidang ini bisa dihitung dengan jari.

“Jumlah pemain gula enam sampai sembilan perusahaan saja. Ini lebih memungkinkan untuk kita kaji dulu dibanding lima komoditas lain seperti kedelai, jagung, beras, daging sapi serta daging ayam,” ungkap Komisioner KPPU Munrokhim Misanam di Jakarta kemarin. Dia mengatakan, KPPU akan mengambil langkah pemetaan status, termasuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada di lapangan.

Kalau cukup bukti, KPPU akan terlebih dulu memberikan peringatan sebelum akhirnya melakukan penindakan. Sementara itu, Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia Suryo Alam mengatakan,kecil ada kemungkinan terjadi praktik kartel untuk komoditas gula. Selama ini perusahaan gula yang ada di Indonesia melakukan tender terbuka kepada pedagang.“Jadi saya kira tidak ada kartel.Kalau soal dugaan, ya jangan menduga- duga lah,”ujarnya. Dia menjelaskan,sekitar 75 pabrik gula yang ada di Indonesia terdiri atas perusahaan swasta dan BUMN.Dari jumlah itu, sekitar 14 perusahaan merupakan perusahaan gula swasta.

“Kami juga sudah tidak ada impor karena sejak tahun 2012, pemerintah mengeluarkan larangan impor,”ujarnya. Namun, ekonom Indef Ahmad Erani Yustika berpendapat sebaliknya. Menurut dia, dari enam komoditas yang ada, potensi praktik kartel memang paling kuat terjadi untuk komoditas gula. Potensi adanya praktik kartel untuk komoditas gula terbuka, terindikasi dari penguasaan yang hanya ada di segelintir perusahaan distributor. Hal ini, kata dia, yang memungkinkan terjadinya pengaturan harga.Bahkan, menurut dia perusahaan-perusahaan besar yang berperan sebagai distributor tersebut sudah dikenal dengan sebutan “Sembilan Samurai”.

“Yang mengontrol hanya sembilan perusahaan mereka bertindak sebagai distributor dengan membeli gula mentah dari perusahaan yang ditunjuk pemerintah untuk impor gula,” ungkapnya.