Belajar Rekonstruksi Laka Lantas - Ini bagi mereka yang pengen tau aja. Kalo mereka yang masa bodoh pasti tidak akan tertarik. Apalgi koemng dimari. Menambah wawasan itu perlu. yuk dilanjut ;



Apakah Anda pernah bertanya-tanya bagaimana polisi memutuskan siapa yang bersalah dalam kecelakaan lalu lintas ketika tidak ada saksi? Jawabannya adalah matematika, bukan takdir! Penerapan matematika tidak hanya ketika menganalisa kecelakaan, tetapi juga saat berpatroli. Matematika digunakan dalam forensik, dan polisi bekerja sama dengan pakar analisis atau spesialis lain untuk menemukan petunjuk-petunjuk di TKP. Kemudian, mereka dapat menggunakan keterampilan problem solving untuk menyusun berbagai kemungkinan. Setiap petunjuk yang terungkap dapat menghilangkan kemungkinan, sampai pada kesimpulan akhir yang dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan.

Salah satu wilayah khusus dalam tugas kepolisian adalah rekonstruksi kecelakaan. Petugas Laka lantas menganalisa kecelakaan lalu lintas untuk menentukan penyebab kecelakaan dan cidera yang diderita oleh orang. Analisa dapat menunjukkan apakah kecelakaan itu dapat dicegah atau tidak. Untuk melakukan ini, mereka harus memiliki kepekaan dan kecermatan matematis.

Ketika kecelakaan tabrakan terjadi, seringkali ada tanda selip tersisa di jalan akibat rem kendaraan. Petugas mengukur tanda selip dan memahami prinsip-prinsip dasar dari rumus-rumus yang mungkin untuk menentukan kecepatan kendaraan sebelum tabrakan. Untuk menentukan kecepatan kendaraan dalam kondisi umum, dapat diberlakukan pengukuran sebagai berikut:


Faktor tarik adalah gesekan (gaya) yang bekerja pada ban yang dipengaruhi oleh berat kendaraan, permukaan jalan (aspal, kerikil, dll), dan kondisi cuaca (mis. hujan).




Petugas menarik drag sled searah garis lurus di sepanjang jalan untuk menentukan gaya gesek. Gaya gesek sama dengan gaya tarik. Ia akan menyeret drag sled berulang-ulang dan menghitung gaya rata-rata. Untuk menerapkan rumus di atas, tanda selip ban harus berupa garis lurus (skid mark).

Terkadang, kendaraan akan tergelincir dengan gerakan melingkar. Tanda selip yang ditinggalkan disebut yaw mark. Tanda ini terjadi jika ban berputar melenceng. Dan, rumus yang digunakan untuk menentukan kecepatan kendaraan pun berbeda.

Jika petugas mengetahui sudut dari kendaraan yang menabrak dan berat kendaraan, ia dapat menentukan kecepatan kendaraan berdasarkan Hukum Konservasi Momentum.

Persamaan juga digunakan untuk menentukan kecepatan kendaraan dengan informasi selain skid dan yaw mark. Jika pejalan kaki tertabrak atau kendaraan terguling, kecepatan dapat ditentukan dengan menganalisa pergerakan pejalan kaki dan kendaraan. Lagi-lagi petugas perlu sejumlah persamaan matematika yang kompleks untuk menemukan kecepatan yang tepat. Matematika dapat memutuskan siapa yang mengemudi kendaraan sekalipun pengemudi tidak mengenakan sabuk pengaman, yaitu dengan melihat lokasi korban tergeletak dan mengukur sudut-sudut yang diketahui.
copas dari