motivationdayAvatar border
TS
motivationday
Tentang Cinta dan Alzheimer.
Pagi agan, aaganwati emoticon-Kiss

ijinin ane berbagi kisah yaa emoticon-Matabelo

cekidot

Kehidupan ini terkadang memiliki beberapa tingkat; pertama belum baik, kedua berproses menjadi baik, dan yang terakhir menjadi lebih baik. Dan sekarang aku berada pada tingkat kedua; berproses menjadi baik.
Masa lalu yang kelam menuntut untuk diperbaiki! Dan Tuhan Yang Maha Baik dengan segala cinta dan kasih sayangNya menuntunku menuju jalan baik yang Dia sediakan untukku.
Huft, rasanya aku ingin membakar serpihan masa lalu ketika bayang-bayangnya muncul dalam pikiran. Namun aku tak dapat melakukannya. Sebab, Malaikat telah mencatatnya didalam buku catatan amalku. Seberapa besar daya dan upaya yang kulakukan, tak mungkin bisa mengubah masa lalu. Apalagi meminta Malaikat untuk menyobek amalan masa laluku, kemudian kuminta dan kubakar. Sungguh, aku tak mungkin bisa melakukannya. Yang kubisa hanyalah memperbaikinya.
Seperti seekor ulat yang akan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Sebelum waktu itu datang, pastilah setiap orang akan menjauhi ulat tersebut karena merasa geli, menghina bentuknya yang menjijikan dan juga memandangnya sebelah mata.
Dan itulah yang kurasakan dimasa lalu. Ya, masa lalu sebagai mucikari yang menjual wanita-wanita tak berdosa membuatku menjadi seorang manusia yang hina. Hina dihadapan sesama manusia dan bahkan Tuhan.
Kakayaan yang kudapatkan dengan mudah tanpa harus bekerja keras, membuatku lupa jika saat itu aku menjadi seekor ulat yang menyeramkan. Tangisan serta teriakan wanita-wanita yang kupaksa untuk melayani laki-laki hidung belang seolah tak kuhiraukan. Aku terus memaksa bahkan menyeret mereka untuk berjalan melewati puluhan kamar yang telah digunakan, menuju kamar yang telah kusiapkan.
Tempatku bekerja disebuah discotic daerah Cepu, sebuah kota kecil di timur Pulau Jawa Tengah. Tak banyak orang yang mengetahui kota Cepu, sebab kotaku ini bagaikan sebuah mutiara yang tenggelam dalam lautan yang luas. Hanya segelintir orang yang mengetahui mutiara itu. Mutiara indah nan melimpah yang disebut Blok Cepu. Sebuah Blok yang terdiri dari Cepu, Bojonegoro dan Tuban yang menjadi area pertambangan minyak terbesar kedua di Indonesia. Mengagumkan!
Sebenarnya aku enggan untuk terus berada dikota minyak ini, terlebih ketika aku selalu saja melihat discotic itu. Namun, aku harus tetap berada disini, di kota yang menjadi kebanggaan Indonesia. Aku juga tak boleh berhenti merawat suamiku yang sekarang menderita penyakit Alzheimer. Sebuah penyakit sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak nampak mengerut dan mengecil. Dampaknya ia mulai sulit mengingat hal-hal yang dilakukan.
Aku harus berbakti padanya. Karena berkat dia-lah aku bisa melewati proses metamorfosis! Sebuah proses menuju sosok wanita yang lebih baik, meski belum pantas disebut wanita baik.
Jujur saja, aku sudah menginginkan laki-laki yang saat ini berada disampingku sejak lama. Bahkan saat pertama berjumpa, aku ingin memilikinya! Walau satu jam saja. Awalnya ia datang bersama teman-temannya, disitulah ada sebuah debar yang tak biasa saat melihat wajah polosnya. Bahkan tak kulihat ia menenggak sebotol bir, meski teman-temannya terus saja menawarinya.
Hingga pada suatu hari saat ia berada di discotic itu sendiri. Ia menghampiriku lalu berbisik, “Bolehkan aku membawamu?”
Bibirku terasa kelu untuk mengatakan ya. Hingga akhirnya anggukan kepala yang kulakukan. Ia menggandeng tanganku dengan lembut, dan perlahan ia menuntunku menyusuri kamar-kamar hingga tibalah disebuah kamar yang ternyata sudah ia pesan.
Perlahan ia membuka pintu itu dan BAM! Aku terkejut saat pintu itu terbuka dan kulihat Mawar, seorang gadis yang baru saja datang dari desa menangis tersedu diatas ranjang. Aku kira dia akan marah, seperti laki-laki lain ketika mendapati wanita pesanannya tak mau melayaninya. Ternyata aku salah, justru ia berbisik, “Dia wanita baik dan kamu juga.”
Bisikan itu memang terdengar pelan. Pelan dibanding alunan musik yang dimainkan oleh DJ. Namun kata itu seolah menjadi sebuah hujan yang turun rintik-rintik lalu perlahan menjadi petir yang menyambar kesenanganku selama ini. Bayangkan saja, ditengah celaan orang-orang yang terus saja menghinaku dan memandangku sebelah mata. Dia justru memujiku sebagai orang baik.
Entah mengapa, setelah pujian yang terlantun tulus dan penuh khitmad, aku mulai dekat dengannya. Dan perlahan ia menyadarkanku bahwa pekerjaan yang kulakukan selama ini belum baik. Ia tak hanya menyadarkanku tapi juga menuntunku untuk melakukan proses metamorfosis demi mengembalikan fitrahku sebagai wanita; suci dan indah.
Sekarang kutinggalkan profesi lamaku. Dan kukubur dalam-dalam masa lalu kelamku. Roda kehidupan akan terus berputar tanpa peduli siapa kita dimasa lalu. Masa lalu hanyalah sebuah ilalang diladang kehidupan. Dan kita menjadi seekor binatang jalang yang terus dan terus berlari untuk menerjang ilalang itu.
“Tak perlu menengok kebelakang untuk menyesali masa lalu, karena itu akan sia-sia. Kita hidup dimasa kini, sebuah masa yang didalamnya terdapat waktu untuk memperbaiki diri.” Begitu ungkap suamiku waktu ia memutuskan untuk menikahiku.
Suamiku bukan mengidap Alzheimer tingkat satu, suatu tingkat dengan fungsi masih nyaris utuh yang memungkinkan seseorang untuk masih tetap tinggal di rumah dan kadang-kadang masih bisa menekuni suatu pekerjaan. Alzheimer yang diderita suamiku sudah tingkat enam (dari tujuh tingkatan) dan ia telah berada dalam tingkatan itu selama hampir enam tahun. Kadang-kadang dia tidak tahu namaku. Bahkan juga tidak tahu nama putriku. Padahal dialah yang memberi nama itu.
Natalie Amy Christy, itulah nama putri pertamaku. Ya, sebenarnya saat kami menikah, aku sudah hamil empat bulan. Saat mengatakan hal itu, ia tak lantas kecewa. Ia tetap menikahiku bagaimanapun keadaanku.
“Aku menikahimu karena cinta. Bukan karena kondisimu,” ucapnya dengan khidmat.
Jujur, air mataku meleleh saat mendengar kata itu. Tak terlintas sedikitpun jika ia mau menerima kondisiku. Padahal sehari sebelum mengatakan hal itu padanya, aku ingin menggugurkan janinku. Karena takut ia akan membatalkan pernikahan kami.
Dia juga tidak tahu dimana dia sekarang (di panti perawatan). Dan tidak tahu mengapa ada disana. Sebagian orang menjadi sangat mengerikan saat menderita penyakit Alzheimer tingkat ini. Di panti perawatan ini aku sering mendengar mereka berdebat dan berteriak-teriak pada penghuni panti lainnya ataupun dengan para perawat.
Suamiku menjadi sebaliknya. Tak pernah kulihat ia berdebat dengan sesama penghuni panti ataupun dengan para perawat. Nampaknya dia masih seperti yang dulu; sabar dan penuh pengertian, meski kondisinya semakin lama semakin memburuk. Para perawat yang ramah selalu mengingatkan padanya siapa aku dengan berpura-pura bertanya, “Hei Chris, siapa wanita cantik ini?”
Kali ini ia menjawab dengan tepat, “Dia Lynn, istriku.” Padahal, sebelumnya ia tak pernah menyebut namaku dengan benar. Tak lama berselang, ia merasa lelah untuk terus kuajak berjalan-jalan menikmati indahnya sebuah taman sederhana yang ada disekitar panti dan ingin kembali kekamarnya. Karena amat sulit untuk melakukan percakapan dengan seorang yang tak ingat apa yang terjadi lima menit sebelumnya. Biasanya aku mulai bertanya bagaimana kabarnya.


Semuanya menjadi tidak sulit saat kumulai percakapan dengan ringan. Maksudku, meski penyakit ini terkadang membuatku tersiksa. Tersiksa karena berulang kali memulai percakapan dengan yang ringan, meski lima menit yang lalu telah kutanyakan hal yang sama. Namun ini terasa sangat menyenangkan, terlebih sesaat setelah Chris menjawab keadaannya yang baik-baik saja. Dia akan bercerita tentang apapun yang ingin ia katakan dengan bahagia. Meski sesuatu yang ia katakan kadang-kadang selalu hal yang sama yang ia katakan beberapa hari, jam, bahkan menit yang lalu.
Christian yang dulu kenal tak pernah bercerita sebahagia ini. Ia seorang pendiam, sering memendam berbagai perasaan yang ia rasakan sendiri. Bahkan penyakitnya ini baru kuketahui saat sudah mencapai tingkat lima, tepatnya empat tahun yang lalu. Itulah kali pertama kami melakukan aktivitas dengan bercerita dan bergembira. Dan itulah pertama kalinya dalam hidupku aku tahu jika Chris adalah seorang yang pandai bercerita dan bisa membuat cerita menjadi lucu. Dan saat itu pula untuk pertama kalinya aku mendengar Chris bertanya, “Dimana Natalie?”
Polling
0 suara
Kisah Cinta yang romantis
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
957
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan