- Beranda
- Komunitas
- Games
- Can You Solve This Game?
Friday the 13th


TS
adithellman
Friday the 13th
Quote:
"Nak, malam ini hari Jumat tanggal 13. Kalau mau tidur, jangan lupa menaruh daun kemangi di samping bantalmu agar tidak kerasukan setan."
Begitulah kata-kata para orang tua kepada anaknya yang sering didengungkan di kampungku ini. Konon, dulu ada orang paling kejam dan brutal tinggal di sini. Dia sering berbuat tindakan kriminal, seperti merampok, merudapaksa, bahkan membunuh orang. Gerah karena tindakannya, semua warga kampung berkumpul dan mempersenjatai diri mereka dengan berbagai senjata tajam hendak mengakhiri hidup "preman desa" itu. Kalah jumlah, akhirnya orang itu menyerah. Namun, ketika seorang warga hendak menebas kepalanya, dia mengucapkan sumpah serapah, "Hari ini mungkin ragaku akan gugur, tapi jiwaku tidak. Anak cucu kalian akan kujadikan sebejat diriku. Pada saat itu, aku ingin melihat apakah kau bisa tegar melihat orang yang kalian kasihi itu dipenggal kepalanya..."Dia kemudian tertawa dengan lantang dan berhenti, saat kerongkongannya sudah terpisah dengan mulutnya. Para warga kampung tak akan pernah melupakan hari itu. Jumat tanggal 13.
Sejak saat itu, setiap hari Jumat tanggal 13 tidak ada satupun orang di sini yang berani keluar lewat tengah malam. Semua orang akan tidur lebih awal dari biasanya dengan menyimpan beberapa helai daun kemangi di dekatnya. Kabarnya, arwah orang jahat itu tidak suka daun kemangi karena semasa hidup dia benci baunya. Ada yang bilang lagi karena wangi daun kemangi mengingatkannya akan ibunya yang sangat suka memakan daun kemangi. Hal itu membuatnya mengalihkan niatnya untuk merasuki tubuh orang.
=========
Angin di luar berhembus kencang. Ranting-ranting pohon mengetuk-ketuk jendela, seolah meminta ijin untuk bertamu ke dalam rumah. Kubanting badan di kasur dan kutarik selimut. Aku tidur...dengan daun kemangi di samping bantal.
=========
Bunyi pengeras suara dari musholla desa mengejutkanku. Dengan rasa kantuk yang masih menghinggap, samar-samar kudengar pemberitahuan jika ada warga desa yang meninggal tadi pagi.
Astaga, ternyata aku kesiangan. Sekarang sudah hampir jam 11. Aku bergegas mandi. Berangkat kerja nanti, aku akan mampir ke rumah warga yang meninggal itu. Biasa, basa-basi antar tetangga.
=========
Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak orang yang melayat. Kusalami satu persatu orang-orang yang sedang duduk-duduk di sana yang kebanyakan merupakan tetanggaku.
"Hei," seseorang mencolek bahuku ketika aku sedang menyalami seseorang, "pasti baru bangun ya. Kamu tidak dengar ribut-ribut tadi?" Rupanya Hasan, tetangga sebelah rumah sekaligus temanku di tempat kerja juga.
"Tidak, tuh. Memangnya ada apa?"
"Ya ampun. Itu kan Pak Karjo meninggalnya gantung diri. Pintu rumahnya dipalang dari dalam, jendelanya ditutup semua. Istrinya setelah sholat subuh sudah berangkat ke sawah."
"Hee, sampai heboh begitu ya. Lalu, siapa yang punya inisiatif sampai harus dobrak pintu? Katamu pintunya dipalang, kan."
"Itu si Bandi, anak Pak Bejo yang badannya tinggi besar. Dia sering bantu-bantu mereka di sawah. Katanya dia disuruh Bu Karjo untuk menjemput Pak Karjo di rumah. Bu Karjo mengira mungkin Pak Karjo masih tidur karena semalaman dia begadang lihat wayang kulit. Waktu Bandi mau masuk, pintunya terkunci. Dipanggil-panggil tidak ada sahutan. Mungkin saat itu dia langsung punya firasat buruk. Dia lalu teriak-teriak minta tolong, deh."
Aku berdecak kesal, menyesal tidak melihat kejadian itu secara langsung. "Kamu juga ikut bantu, San?"
"Iya lah. Total, ada lima orang tadi yang berusaha untuk mendobrak pintunya. Walaupun kelihatan sudah kuno dan reyot, ternyata pintunya masih kuat. Masih terasa sakit kakiku ini," keluh Hasan sambil mengelus-elus pahanya."
Rumah pasangan suami istri tanpa anak itu memang salah satu rumah yang modelnya merupakan model lama alias masih belum tersentuh renovasi bangunan modern jaman sekarang. Lihat saja pintu dengan palang sebagai pengamannya, jendela kayu dengan terali-terali vertikal yang terbuat dari kayu juga, dapur yang masih menggunakan kayu bakar sebagai kompornya, dan beberapa dinding di dalam rumah masih terbuat dari anyaman bambu.
"Padahal kelihatannya Pak Karjo tidak ada beban hidup. Yah, walaupun hidup sederhana, tapi kan rumah tangganya baik-baik saja. Jarang pergi ke Pak Mantri. Aku sempat iri dengan kesehatan mereka berdua. Sudah berumur dan kurus begitu tapi masih aktif bersawah. Apalagi melihat tubuh kecil Bu Karjo, sepertinya kok tidak sanggup membayangkan dia melakukan tugas berat di sawah itu ya. Lagipula, Pak Karjo juga dihormati sama orang-orang di kampung ini karena orangnya suka menolong dan ramah."
"Memang sih. Tetapi tidak mungkin juga kalau ada orang luar yang masuk lalu membunuh Pak Karjo dan menyamarkan tindakannya dengan membuatnya seolah-olah bunuh diri. Itu kan yang kamu sedang kamu pikirkan? Sudahlah, tidak usah membantah. Aku sudah lama berteman denganmu. Dan omong-omong, kukira kondisi kesehatan mereka sudah agak menurun. Karena itu mereka meminta Bandi membantu pekerjaan mereka di sawah."
Aku hanya bisa meringis menanggapi perkatannya.
"Bagaimana pun juga, semua pintu dan jendelanya terkunci. Makanya kami sepakat mendobrak pintunya. Rasanya hal itu lebih gampang daripada harus mencongkel atau menggergaji jendelanya."
"Tapi kan..." Tunggu, tunggu, rasanya ada yang aneh. Benakku merasakan sesuatu yang mengganjal. Seperti rasa gatal yang tak tahu berada di mana. Mungkinkah ini bukan peristiwa bunuh diri biasa?
0
4.7K
Kutip
73
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan