- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Memanjakan Perut Dengan Sate Klatak, Sambal Belut, dan Bakmi Jowo


TS
2108888
Memanjakan Perut Dengan Sate Klatak, Sambal Belut, dan Bakmi Jowo
Quote:


Quote:
Jika Anda ingin merasakan makanan khas Yogya selain gudeg, Bantul mungkin punya apa yang Anda cari.
Akhir pekan lalu saya sengaja menjelajahi Bantul demi mendapatkan hidangan kuliner favorit. Saya sudah bisa membayangkan pada musim libur pasti warung-warung tradisional yang sudah terkenal seperti itu akan menjadi sasaran para wisatawan domestik.
Sebenarnya ada sangat banyak ragam kuliner di wilayah Bantul, salah satu yang menjadi favorit adalah sate klatak (ada juga yang menuliskan “klathak”). Sate klatak adalah sate kambing yang ditusuk menggunakan ruji sepeda, bukan tusuk sate biasa dari kayu. Dinamakan sate klatak karena ketika dibakar akan berbunyi klatak-klatak, sembari memercikkan api.
Sore itu saya menyempatkan ke warung Sate Klatak Pak Pong, warung sate klatak yang bisa dibilang paling terkenal di antara warung-warung lain. Sebenarnya, sebagai orang Yogya, saya malu mengaku baru kali ini mencoba sate klatak. Rencana sih sudah ada dari dulu, entah kenapa baru kesampaian sekarang.
Ketika tiba di Sate Klatak Pak Pong, sudah berderet mobil-mobil dengan plat nomor dalam maupun luar kota. Untungnya, walaupun ramai, saya tidak perlu terlalu lama menunggu hingga pesanan datang. Ternyata satu porsi sate hanya terdiri dari dua tusuk, dengan satu tusuknya berisi sekitar delapan potong daging tanpa lemak. Sate tersebut disajikan dengan kuah gulai encer.
Karena perut sudah melilit, langsung saya mulai santap sate dengan nasi panas. Secara otomatis, saya langsung mencari kecap manis yang sudah umum menjadi teman makan sate kambing. Ternyata di meja tidak disediakan. Sate klatak memang unik karena hanya dibumbui dengan garam saja. Benar juga sih, kalau ditambah kecap manis, apa bedanya dengan sate kambing biasa?
Gigitan pertama rasanya lumer di mulut. Dagingnya empuk sekali. Kematangan dan rasa asinnya juga pas. Bumbu yang sederhana tersebut justru membuat rasa daging kambing sangat menonjol. Asyiknya lagi, walaupun hanya dibumbui garam, tidak ada bau prengus sama sekali.
Porsi yang kecil itu menurut saya justru pas, karena pengunjung jadi bisa memesan menu-menu lain. Saya juga jadi tidak malu-malu untuk memesan tongseng kambing yang tidak kalah lezat. Menu lainnya antara lain gulai, tongseng otak, dan tongseng kaki kambing. Harga satu porsi sate hanya Rp14 ribu, cukup ramah di kantong untuk warung setenar itu.
Esok harinya, masih belum puas dengan sate saja, saya meluncur mencari Sambel Welut Pak Sabar. Seperti namanya, menu utama berasal dari bahan baku berupa welut atau belut. Warungnya agak menyempil, tidak terlihat dari jalan besar, berada di belakang kuburan.
Warung Pak Sabar seperti rumah biasa, namun ternyata kursi-kursi untuk tamu cukup banyak. Saya pun memesan sambal belut dan belut goreng. Hidangan utama datang ditemani dengan lalapan berupa ketimun dan kemangi, serta rebusan bayam.
Sambal belut berupa campuran antara daging belut yang diulek dengan sambal. Entah bumbunya apa saja, namun rasa didominasi oleh pedasnya cabai rawit dan kencur, serta tentu saja garam. Sambal belut ini cocok dengan nasi putih panas karena kalau orang Jawa bilang nglawuhi atau sangat cocok dijadikan lauk. Belut gorengnya pun renyah, bisa dimasak hingga kering atau setengah matang sesuai selera. Kabarnya, belut warung Pak Sabar ini semuanya adalah belut sawah, bukan ternakan, sehingga rasanya lebih gurih.
Setiap saya jalan-jalan ke Yogya, saya hampir tidak pernah melewatkan jajan masakan favorit saya yaitu bakmi jawa. Ada banyak warung bakmi jawa yang terkenal di Yogya, salah satu yang paling favorit adalah warung Mbah Mo.
Warung yang buka mulai pukul 17.00 ini menyediakan bakmi rebus, bakmi goreng, dan dan bakmi nyemek (rebus dengan air sedikit). Campuran antara ayam kampung dan telur bebek membuat rasa bakmi gurih dan lezat.
Saat liburan, pengunjung dapat menunggu pesanan hingga lebih dari satu jam karena bakmi harus dimasak satu per satu di atas tungku arang. Jadi, perlu kesabaran ekstra untuk menikmati lezatnya bakmi Mbah Mo.
Warung Bakmi Mbah Mo cukup jauh dari pusat kota Yogya, sekitar 15 km menuju ke arah selatan. Bagi yang belum pernah ke sini, Anda mungkin harus sering bertanya.
nah jadi lapar kan agan-agan
Akhir pekan lalu saya sengaja menjelajahi Bantul demi mendapatkan hidangan kuliner favorit. Saya sudah bisa membayangkan pada musim libur pasti warung-warung tradisional yang sudah terkenal seperti itu akan menjadi sasaran para wisatawan domestik.
Sebenarnya ada sangat banyak ragam kuliner di wilayah Bantul, salah satu yang menjadi favorit adalah sate klatak (ada juga yang menuliskan “klathak”). Sate klatak adalah sate kambing yang ditusuk menggunakan ruji sepeda, bukan tusuk sate biasa dari kayu. Dinamakan sate klatak karena ketika dibakar akan berbunyi klatak-klatak, sembari memercikkan api.
Sore itu saya menyempatkan ke warung Sate Klatak Pak Pong, warung sate klatak yang bisa dibilang paling terkenal di antara warung-warung lain. Sebenarnya, sebagai orang Yogya, saya malu mengaku baru kali ini mencoba sate klatak. Rencana sih sudah ada dari dulu, entah kenapa baru kesampaian sekarang.
Spoiler for Sate Klatak:

Spoiler for Sate Klatak:

Ketika tiba di Sate Klatak Pak Pong, sudah berderet mobil-mobil dengan plat nomor dalam maupun luar kota. Untungnya, walaupun ramai, saya tidak perlu terlalu lama menunggu hingga pesanan datang. Ternyata satu porsi sate hanya terdiri dari dua tusuk, dengan satu tusuknya berisi sekitar delapan potong daging tanpa lemak. Sate tersebut disajikan dengan kuah gulai encer.
Karena perut sudah melilit, langsung saya mulai santap sate dengan nasi panas. Secara otomatis, saya langsung mencari kecap manis yang sudah umum menjadi teman makan sate kambing. Ternyata di meja tidak disediakan. Sate klatak memang unik karena hanya dibumbui dengan garam saja. Benar juga sih, kalau ditambah kecap manis, apa bedanya dengan sate kambing biasa?
Gigitan pertama rasanya lumer di mulut. Dagingnya empuk sekali. Kematangan dan rasa asinnya juga pas. Bumbu yang sederhana tersebut justru membuat rasa daging kambing sangat menonjol. Asyiknya lagi, walaupun hanya dibumbui garam, tidak ada bau prengus sama sekali.
Porsi yang kecil itu menurut saya justru pas, karena pengunjung jadi bisa memesan menu-menu lain. Saya juga jadi tidak malu-malu untuk memesan tongseng kambing yang tidak kalah lezat. Menu lainnya antara lain gulai, tongseng otak, dan tongseng kaki kambing. Harga satu porsi sate hanya Rp14 ribu, cukup ramah di kantong untuk warung setenar itu.
Esok harinya, masih belum puas dengan sate saja, saya meluncur mencari Sambel Welut Pak Sabar. Seperti namanya, menu utama berasal dari bahan baku berupa welut atau belut. Warungnya agak menyempil, tidak terlihat dari jalan besar, berada di belakang kuburan.
Spoiler for Sambel Belut:

Spoiler for Sambel Belut:

Warung Pak Sabar seperti rumah biasa, namun ternyata kursi-kursi untuk tamu cukup banyak. Saya pun memesan sambal belut dan belut goreng. Hidangan utama datang ditemani dengan lalapan berupa ketimun dan kemangi, serta rebusan bayam.
Sambal belut berupa campuran antara daging belut yang diulek dengan sambal. Entah bumbunya apa saja, namun rasa didominasi oleh pedasnya cabai rawit dan kencur, serta tentu saja garam. Sambal belut ini cocok dengan nasi putih panas karena kalau orang Jawa bilang nglawuhi atau sangat cocok dijadikan lauk. Belut gorengnya pun renyah, bisa dimasak hingga kering atau setengah matang sesuai selera. Kabarnya, belut warung Pak Sabar ini semuanya adalah belut sawah, bukan ternakan, sehingga rasanya lebih gurih.
Spoiler for Bakmi Jowo:

Setiap saya jalan-jalan ke Yogya, saya hampir tidak pernah melewatkan jajan masakan favorit saya yaitu bakmi jawa. Ada banyak warung bakmi jawa yang terkenal di Yogya, salah satu yang paling favorit adalah warung Mbah Mo.
Warung yang buka mulai pukul 17.00 ini menyediakan bakmi rebus, bakmi goreng, dan dan bakmi nyemek (rebus dengan air sedikit). Campuran antara ayam kampung dan telur bebek membuat rasa bakmi gurih dan lezat.
Saat liburan, pengunjung dapat menunggu pesanan hingga lebih dari satu jam karena bakmi harus dimasak satu per satu di atas tungku arang. Jadi, perlu kesabaran ekstra untuk menikmati lezatnya bakmi Mbah Mo.
Warung Bakmi Mbah Mo cukup jauh dari pusat kota Yogya, sekitar 15 km menuju ke arah selatan. Bagi yang belum pernah ke sini, Anda mungkin harus sering bertanya.
nah jadi lapar kan agan-agan

Quote:
Warung Sate Klatak Pak Pong
Jl Imogiri Timur KM 10 Bantul
Warung Pak Sabar
Jl Imogiri Barat KM 6 Bantul
Warung Bakmi Mbah Mo
Desa Code, Kabupaten Bantul
Jl Imogiri Timur KM 10 Bantul
Warung Pak Sabar
Jl Imogiri Barat KM 6 Bantul
Warung Bakmi Mbah Mo
Desa Code, Kabupaten Bantul
Quote:
Budayakan Coment bermutu 
Kalo berkenan bisa berbagi
dan bantu 
TS mengucapkan Terima Kasih

Kalo berkenan bisa berbagi


TS mengucapkan Terima Kasih

0
5.2K
Kutip
43
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan