- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pengalaman Kena Tilang dan Razia Polisi Sampe 4x


TS
ismansubakti
Pengalaman Kena Tilang dan Razia Polisi Sampe 4x
Selama ini saya adalah silent reader, cuma baca-baca jarang komen. Padahal uda daftar kaskus lumayan lama.
Kali ini saya mau share pengalaman saya ketika masih ABG dulu berhadapan dengan polisi. Sekarang sudah mulai tua.
Dijamin no Repost, soalnya ini pengalaman pribadi.
Karena saya gak pandai berkata-kata, maka langsung aja saya ceritakan.
Pengalaman pertama berhadapan dengan polisi ketika saya masih kelas 2 SMK.
Waktu itu tujuan saya dan pacar saya mau menuju tempat wisata Waduk Gondang, Lamongan.
Tiba-tiba di daerah Made agak ke barat dikit ada razia, karena saking asyiknya ngobrol dengan sang pacar jadi saya tidak tahu adanya razia tersebut. Pas sudah dekat mau kembali lagi, tak taunya di belakang uda di hadang pak polisi yang bawa motor gedenya.
Akhirnya pasrah saya menuju tempat razia. Dan pacar saya sangat kebingungan, begitu juga saya.
Pak Polisi : Tolong surat-suratnya mas..
Saya : (Suara serak karena gugup) Saya tak punya SIM pak.
Pak Polisi : STNK mana?
Saya menyerahkan STNK, dan pak polisi menulis surat tilang.
Setelah selesai menulis, pak polisi menanyakan mau bayar langsung atau sidang. Karena kebingungan maka saya bayar langsung disana. Yaitu sebesar Rp. 40.000,-. Untung bawa helm jadi cuma kena 1 pelanggaran yaitu tidak punya SIM.
Setelah saya bayar, perbincangan pun berlanjut.
Pak Polisi : Makanya buat SIM mas.
Saya : Umur saya masih 16 pak, kan belum cukup umur.
Pak Polisi diam aja, akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan tempat razia. Perjalanan ke Waduk Gondang berlanjut..
Setelah beberapa hari terkena razia, saya berniat membuat SIM. Dengan bantuan calo saya berhasil mendapatkan SIM, waktu itu bayar sekitar Rp. 250.000,-. Dan umur saya di tuakan 1 tahun. Saya lahir 1993, di SIM tertulis 1992. Saya jadi bingung bagaimana ntar perpanjangan SIMnya.
Oke ke cerita,
Waktu itu saya mau ke tempat wisata lagi bersama sang pacar, tujuannya adalah ke Pantai Delegan.
Karena mencari helm pinjaman tidak dapat, maka terpaksa sang pacar tidak pake helm.
Yang saya kuatirkan adalah melewati pos pos polisi, terdapat 3 pos polisi yang harus dilewati.
Ketika berhasil melewati pos pertama, daerah Nginjen saya merasa lega. Saya pacu motor dengan pelan, sekitar 40KPJ.
Ternyata di belakang saya diikuti pak polisi yang memakai motor honda astrea.
Pak Polisi klakson terus menerus. Saya belum menyadari, sampai saya melihat spion, ternyata ada pak polisi. Akhirnya saya berhenti, beliau meminta surat-surat saya. SIM baru saya dan STNK saya kasihkan, STNK dikembalikan tapi SIM saya dibawa ke pos polisi. Saya diajak kesana, padahal jarak sekitar 5 KM. Tak terasa saya dikejar sampai segitu jauhnya.
Ketika sampai di pos...
Pacar saya merayu-rayu agar di bebaskan, tapi tak berguna. Pak polisi tetap menulis surat tilang.
Saya diperlihatkan pasal yang saya langgar, Rp. 250.000,- yang harus saya bayar karena yang saya bonceng tidak memakai helm.
Saya : Saya tak punya uang segitu pak.
Pak Polisi : Ya sudah kalau gitu sidang saja.
Saya : Jangan lah pak, biasanya orang-orang yang kena tilang gak pake helm cuma Rp. 25.000,- pak.
Pak Polisi : Rp. 100.000,- saja gimana.
Saya : (Tetep menawar) Rp. 25.000,- aja pak.
Pak Polisi : Tidak bisa, sidang aja ya.
Pacar saya ikut bicara, dia bilang Rp. 50.000,- aja pak.
Akhirnya Pak Polisi setuju saya bayar deh Rp. 50.000,-. Dan pergi dari pos tersebut. Acara ke Pantai Delegan jadi gagal.
Apakah uang tersebut di makan pak polisi sendiri atau gimana gak tau.
Pengalaman kali ini sama dengan sebelumnya, yaitu yang saya bonceng gak pakai helm. Dan yang saya bonceng tetap sama, pacar saya. Serta tempat kena tilangnya sama, di pos polisi Nginjen.
Ketika pulang sekolah, saya mengantar pacar kerumahnya.
Tiba-tiba di jalan ada polisi yang mengatur lalu lintas, entah ada apa jalanan kok diatur. Padahal biasanya tidak pernah.
Saya yang melihat hal tersebut dari jauh memutuskan berhenti, jarak dengan polisi sekitar 100M. Jadi bisa melihat pak polisi yang lagi mengatur lalu lintas.
Karena pacar saya gak pakai helm jadi saya takut kena tilang. Setelah menunggu sekitar 15 menit, pak polisi belum pergi juga.
Saya mengawasi ada bapak-bapak gak pakai helm lewat gak di tangkap.
Lalu ada lagi orang boncengan, keduanya gak pake helm.
Ada lagi pakai Tossa juga gak pakai helm.
Akhirnya saya memutuskan untuk jalan.
Namun, apes banget. Pas lewat di hadapan Pak Polisi, saya diberhentikan disuruh minggir. Dan Kunci motor langsung diambil.
Pak Polisi : Mana surat-suratnya?
Saya : (saya kasihkan SIM) ini pak.
Pak Polisi : STNK mana?
Saya : di jok pak, mana kuncinya. (saya minta lagi kuncinya)
Pak Polisi diem aja.
Saya : kenapa saya ditangkap pak, tadi banyak yang gak pakai helm di biarin.
Pak Polisi : (diem aja)
Kemudian ada orang gak pake helm lewat pelan-pelan di depan kami.
Saya : Lho itu gak pakai helm gak ditangkap pak???
Pak Polisi : Ya kamu tangkap aja.
Wah... masa saya disuruh nangkap orang.
Saya : Wah ini gimana pak, gak adil dong. Sama-sama melanggar kenapa cuma saya yang ditangkap?
Pak Polisi : Karena kamu melecehkan Polisi.
Saya : Lho kenapa pak?
Pak Polisi : Saya uda lihat kamu daritadi disana, kenapa gak nunggu saya selesai dulu baru lewat. Ini namanya pelecehan.
Saya : Saya berani lewat karena daritadi banyak yang gak pake helm tidak bapak berhentikan.
Pak Polisi diam aja. Dan akhirnya saya diajak ke pos Nginjen, sama seperti sebelumnya kena tilang disini.
Saya disodorkan kertas yang di foto copy, yang isinya pasal-pasal pelanggaran. Dan ditunjukkan pelanggaran yang saya langgar. Tidak memakai helm yang di bonceng. Kena denda Rp. 250.000,-.
Saya masih ingat kertas itu yang ditunjukkan juga pada waktu saya kena tilang dulu.
Pak Polisi : Gimana ini, bayar langsung atau sidang?
Saya : Kalau bayar segitu saya gak ada pak.
Pak Polisi : Ya uda sidang ya.
Saya : Gak bisa kurang pak?
Pak Polisi : Ya sudah Rp. 100.000,- bayar sekarang, kalau di pos Deket lebih dari itu loh.
Saya : Saya tak ada uang segitu pak, dulu saya kena tilang di pos ini juga cuma Rp. 50.000,-
Pak Polisi : Tidak bisa, mau bayar Rp. 100.000,- atau sidang?
Saya : ya sudah sidang saja pak.
Pak Polisi dengan wajah kecewa menyerahkan surat tilang dan saya pergi.
Akhirnya saya titip calo untuk pengambilan STNK, dan cuma kena denda Rp. 40.000,-.
Saya masih heran, apakah uang tilang tersebut benar-benar masuk kepolisian atau di pakai polisi tersebut sendiri. Kok bisa tawar menawar denda.
Kali ini saya tekena razia karena lampu mati di siang hari.
Di daerah perempatan Made, Lamongan.
Saya tenang-tenang saja, Helm pakai, surat-surat ada semua.
Dengan santai saya berikan SIM dan STNK. Pak Polisi bilang kalau ini razia lampu, jadi saya disuruh menyalakan lampu. Baik pak saya nyalakan.
Lalu STNK saya dibawa ke petugas yang lain.
Saya : Lho, kok dibawa pak? ini sudah saya nyalakan lampunya
Pak Polisi : Iya, sini dulu.
Waduh, kena lagi ni. STNK saya disita, diberi surat tilang untuk mengikuti sidang. Kali ini tidak bisa bayar langsung. Pengambilan STNK harus sidang. Bahkan ada bapak-bapak muda yang ngotot mau bayar langsung, tapi ditolak oleh Pak Polisi.
Saya lebih senang yang seperti ini.
Akhirnya saya titip calo untuk pengambilan STNK, dan kena Rp. 40.000,-
Ini terjadi beberapa waktu yang lalu, ada razia di stadion Surajaya Lamongan.
Dengan Percaya Diri saya masuk ke area razia, karena saya rasa semua lengkap dan tidak menyalahi aturan.
Ketika satu per satu diperiksa, saya heran, kenapa saya tidak diperiksa.
Setelah saya tengok kiri kanan, kok tidak ada yang pakai motor selain saya.
Semuanya mobil.
Tiba-tiba ada Pak Polisi yang berteriak, Motor lanjut aja pak....... ini razia mobil.
Waduh... Malu banget deh, saking semangatnya sampai-sampai razia mobil pun saya ikuti.

Demikian cerita saya, capek juga ngetik banyak gini.
Pesan saya patuhi peraturan lalu lintas, mending pakai helm daripada buang-buang duit buat denda. Dan demi keselamatan.
Kali ini saya mau share pengalaman saya ketika masih ABG dulu berhadapan dengan polisi. Sekarang sudah mulai tua.

Dijamin no Repost, soalnya ini pengalaman pribadi.
Karena saya gak pandai berkata-kata, maka langsung aja saya ceritakan.
Spoiler for Kena Razia Karena Belum Punya SIM:
Pengalaman pertama berhadapan dengan polisi ketika saya masih kelas 2 SMK.
Waktu itu tujuan saya dan pacar saya mau menuju tempat wisata Waduk Gondang, Lamongan.
Tiba-tiba di daerah Made agak ke barat dikit ada razia, karena saking asyiknya ngobrol dengan sang pacar jadi saya tidak tahu adanya razia tersebut. Pas sudah dekat mau kembali lagi, tak taunya di belakang uda di hadang pak polisi yang bawa motor gedenya.
Akhirnya pasrah saya menuju tempat razia. Dan pacar saya sangat kebingungan, begitu juga saya.

Pak Polisi : Tolong surat-suratnya mas..
Saya : (Suara serak karena gugup) Saya tak punya SIM pak.
Pak Polisi : STNK mana?
Saya menyerahkan STNK, dan pak polisi menulis surat tilang.
Setelah selesai menulis, pak polisi menanyakan mau bayar langsung atau sidang. Karena kebingungan maka saya bayar langsung disana. Yaitu sebesar Rp. 40.000,-. Untung bawa helm jadi cuma kena 1 pelanggaran yaitu tidak punya SIM.
Setelah saya bayar, perbincangan pun berlanjut.
Pak Polisi : Makanya buat SIM mas.
Saya : Umur saya masih 16 pak, kan belum cukup umur.
Pak Polisi diam aja, akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan tempat razia. Perjalanan ke Waduk Gondang berlanjut..

Spoiler for Kisah Kena Tilang Karena Gak Pake Helm:
Setelah beberapa hari terkena razia, saya berniat membuat SIM. Dengan bantuan calo saya berhasil mendapatkan SIM, waktu itu bayar sekitar Rp. 250.000,-. Dan umur saya di tuakan 1 tahun. Saya lahir 1993, di SIM tertulis 1992. Saya jadi bingung bagaimana ntar perpanjangan SIMnya.
Oke ke cerita,
Waktu itu saya mau ke tempat wisata lagi bersama sang pacar, tujuannya adalah ke Pantai Delegan.
Karena mencari helm pinjaman tidak dapat, maka terpaksa sang pacar tidak pake helm.
Yang saya kuatirkan adalah melewati pos pos polisi, terdapat 3 pos polisi yang harus dilewati.
Ketika berhasil melewati pos pertama, daerah Nginjen saya merasa lega. Saya pacu motor dengan pelan, sekitar 40KPJ.
Ternyata di belakang saya diikuti pak polisi yang memakai motor honda astrea.

Pak Polisi klakson terus menerus. Saya belum menyadari, sampai saya melihat spion, ternyata ada pak polisi. Akhirnya saya berhenti, beliau meminta surat-surat saya. SIM baru saya dan STNK saya kasihkan, STNK dikembalikan tapi SIM saya dibawa ke pos polisi. Saya diajak kesana, padahal jarak sekitar 5 KM. Tak terasa saya dikejar sampai segitu jauhnya.
Ketika sampai di pos...
Pacar saya merayu-rayu agar di bebaskan, tapi tak berguna. Pak polisi tetap menulis surat tilang.
Saya diperlihatkan pasal yang saya langgar, Rp. 250.000,- yang harus saya bayar karena yang saya bonceng tidak memakai helm.
Saya : Saya tak punya uang segitu pak.
Pak Polisi : Ya sudah kalau gitu sidang saja.
Saya : Jangan lah pak, biasanya orang-orang yang kena tilang gak pake helm cuma Rp. 25.000,- pak.
Pak Polisi : Rp. 100.000,- saja gimana.
Saya : (Tetep menawar) Rp. 25.000,- aja pak.
Pak Polisi : Tidak bisa, sidang aja ya.
Pacar saya ikut bicara, dia bilang Rp. 50.000,- aja pak.
Akhirnya Pak Polisi setuju saya bayar deh Rp. 50.000,-. Dan pergi dari pos tersebut. Acara ke Pantai Delegan jadi gagal.

Apakah uang tersebut di makan pak polisi sendiri atau gimana gak tau.
Spoiler for Kena Tilang Gara-Gara Gak Pake Helm Lagi:
Pengalaman kali ini sama dengan sebelumnya, yaitu yang saya bonceng gak pakai helm. Dan yang saya bonceng tetap sama, pacar saya. Serta tempat kena tilangnya sama, di pos polisi Nginjen.
Ketika pulang sekolah, saya mengantar pacar kerumahnya.
Tiba-tiba di jalan ada polisi yang mengatur lalu lintas, entah ada apa jalanan kok diatur. Padahal biasanya tidak pernah.
Saya yang melihat hal tersebut dari jauh memutuskan berhenti, jarak dengan polisi sekitar 100M. Jadi bisa melihat pak polisi yang lagi mengatur lalu lintas.
Karena pacar saya gak pakai helm jadi saya takut kena tilang. Setelah menunggu sekitar 15 menit, pak polisi belum pergi juga.
Saya mengawasi ada bapak-bapak gak pakai helm lewat gak di tangkap.
Lalu ada lagi orang boncengan, keduanya gak pake helm.
Ada lagi pakai Tossa juga gak pakai helm.
Akhirnya saya memutuskan untuk jalan.
Namun, apes banget. Pas lewat di hadapan Pak Polisi, saya diberhentikan disuruh minggir. Dan Kunci motor langsung diambil.
Pak Polisi : Mana surat-suratnya?
Saya : (saya kasihkan SIM) ini pak.
Pak Polisi : STNK mana?
Saya : di jok pak, mana kuncinya. (saya minta lagi kuncinya)

Pak Polisi diem aja.
Saya : kenapa saya ditangkap pak, tadi banyak yang gak pakai helm di biarin.
Pak Polisi : (diem aja)
Kemudian ada orang gak pake helm lewat pelan-pelan di depan kami.
Saya : Lho itu gak pakai helm gak ditangkap pak???
Pak Polisi : Ya kamu tangkap aja.
Wah... masa saya disuruh nangkap orang.
Saya : Wah ini gimana pak, gak adil dong. Sama-sama melanggar kenapa cuma saya yang ditangkap?
Pak Polisi : Karena kamu melecehkan Polisi.
Saya : Lho kenapa pak?
Pak Polisi : Saya uda lihat kamu daritadi disana, kenapa gak nunggu saya selesai dulu baru lewat. Ini namanya pelecehan.
Saya : Saya berani lewat karena daritadi banyak yang gak pake helm tidak bapak berhentikan.
Pak Polisi diam aja. Dan akhirnya saya diajak ke pos Nginjen, sama seperti sebelumnya kena tilang disini.
Saya disodorkan kertas yang di foto copy, yang isinya pasal-pasal pelanggaran. Dan ditunjukkan pelanggaran yang saya langgar. Tidak memakai helm yang di bonceng. Kena denda Rp. 250.000,-.
Saya masih ingat kertas itu yang ditunjukkan juga pada waktu saya kena tilang dulu.
Pak Polisi : Gimana ini, bayar langsung atau sidang?
Saya : Kalau bayar segitu saya gak ada pak.
Pak Polisi : Ya uda sidang ya.
Saya : Gak bisa kurang pak?
Pak Polisi : Ya sudah Rp. 100.000,- bayar sekarang, kalau di pos Deket lebih dari itu loh.
Saya : Saya tak ada uang segitu pak, dulu saya kena tilang di pos ini juga cuma Rp. 50.000,-
Pak Polisi : Tidak bisa, mau bayar Rp. 100.000,- atau sidang?
Saya : ya sudah sidang saja pak.
Pak Polisi dengan wajah kecewa menyerahkan surat tilang dan saya pergi.
Akhirnya saya titip calo untuk pengambilan STNK, dan cuma kena denda Rp. 40.000,-.
Saya masih heran, apakah uang tilang tersebut benar-benar masuk kepolisian atau di pakai polisi tersebut sendiri. Kok bisa tawar menawar denda.
Spoiler for Kena Razia Gara Gara Lampu Mati di Siang Hari:
Kali ini saya tekena razia karena lampu mati di siang hari.
Di daerah perempatan Made, Lamongan.
Saya tenang-tenang saja, Helm pakai, surat-surat ada semua.
Dengan santai saya berikan SIM dan STNK. Pak Polisi bilang kalau ini razia lampu, jadi saya disuruh menyalakan lampu. Baik pak saya nyalakan.
Lalu STNK saya dibawa ke petugas yang lain.
Saya : Lho, kok dibawa pak? ini sudah saya nyalakan lampunya
Pak Polisi : Iya, sini dulu.
Waduh, kena lagi ni. STNK saya disita, diberi surat tilang untuk mengikuti sidang. Kali ini tidak bisa bayar langsung. Pengambilan STNK harus sidang. Bahkan ada bapak-bapak muda yang ngotot mau bayar langsung, tapi ditolak oleh Pak Polisi.
Saya lebih senang yang seperti ini.
Akhirnya saya titip calo untuk pengambilan STNK, dan kena Rp. 40.000,-
Spoiler for Tambahan, Cerita Ada Razia Terakhir:
Ini terjadi beberapa waktu yang lalu, ada razia di stadion Surajaya Lamongan.
Dengan Percaya Diri saya masuk ke area razia, karena saya rasa semua lengkap dan tidak menyalahi aturan.
Ketika satu per satu diperiksa, saya heran, kenapa saya tidak diperiksa.
Setelah saya tengok kiri kanan, kok tidak ada yang pakai motor selain saya.
Semuanya mobil.
Tiba-tiba ada Pak Polisi yang berteriak, Motor lanjut aja pak....... ini razia mobil.
Waduh... Malu banget deh, saking semangatnya sampai-sampai razia mobil pun saya ikuti.

Demikian cerita saya, capek juga ngetik banyak gini.
Pesan saya patuhi peraturan lalu lintas, mending pakai helm daripada buang-buang duit buat denda. Dan demi keselamatan.
Spoiler for Pengalaman yang Lain:
Quote:
Original Posted By solunatic►
tergantung juga gan kita bener bener salah atau kita di cari cari kesalahannya sama tu oknum. contoh ane pernah di SEMARANG deket simpang lima. motor ane macet ane tuntun mepet trotoar buat cari bemgkel bukan di atas teotoar ya. tp ane ngelawan arus arah jalan secara jalanya cuma satu arah. pas lewat depan pos polisi ane di panggil sama tu oknum ane kira mau di bantu eh malah di marahin gara2 ngelawan arus padahal motor mati, jalanan juga nggk rame plus jalan bukan jalan raya utama. waktu di pos ane di marah marahin gara gara ane ngelawan arus. oknum lainya liat liat tu motor ane di pegang2 plat nomernya terus yang ngecheck motor ane td masuk kedalam sambil ngomong "plat yg depan palsu ya mas?" ane jawab aja seadanya . yang oknum maksud nggk ada stempel lantas nya yg ada gambar sayapnya itu kali ya padahal yang belakang asli. setelah nego bla bla bla akhirnya kena deh 50rb dan kagetnya ane pas liat surat tilang keterangannya adalah plat no nya nggk asli WTF ane kan tadi panggil masuk pos gara gara ngelawan arus jalan. dan lucunya lagi waktu bayar di tempat ane di tanya gan IKLAS kan mas (WTH+WTF jelas jeas nggk iklas tujuh turunan kalok model kek gitu masih juga di tanya)
pejwan gan
tergantung juga gan kita bener bener salah atau kita di cari cari kesalahannya sama tu oknum. contoh ane pernah di SEMARANG deket simpang lima. motor ane macet ane tuntun mepet trotoar buat cari bemgkel bukan di atas teotoar ya. tp ane ngelawan arus arah jalan secara jalanya cuma satu arah. pas lewat depan pos polisi ane di panggil sama tu oknum ane kira mau di bantu eh malah di marahin gara2 ngelawan arus padahal motor mati, jalanan juga nggk rame plus jalan bukan jalan raya utama. waktu di pos ane di marah marahin gara gara ane ngelawan arus. oknum lainya liat liat tu motor ane di pegang2 plat nomernya terus yang ngecheck motor ane td masuk kedalam sambil ngomong "plat yg depan palsu ya mas?" ane jawab aja seadanya . yang oknum maksud nggk ada stempel lantas nya yg ada gambar sayapnya itu kali ya padahal yang belakang asli. setelah nego bla bla bla akhirnya kena deh 50rb dan kagetnya ane pas liat surat tilang keterangannya adalah plat no nya nggk asli WTF ane kan tadi panggil masuk pos gara gara ngelawan arus jalan. dan lucunya lagi waktu bayar di tempat ane di tanya gan IKLAS kan mas (WTH+WTF jelas jeas nggk iklas tujuh turunan kalok model kek gitu masih juga di tanya)
pejwan gan
Diubah oleh ismansubakti 13-09-2013 13:34
0
5.7K
Kutip
35
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan