cow.shakeAvatar border
TS
cow.shake
|Mendag VS Mentan| Kalau Produksi Kedelai Sesuai Target Kita Tak Perlu Impor
Gita Wirjawan: Kalau Produksi Kedelai Sesuai Target Kita Tak Perlu Impor
Wiji Nurhayat - detikfinance
Kamis, 12/09/2013 12:01 WIB



Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan kembali mengungkit masalah ketergantungan impor kedelai Indonesia. Menurutnya impor kedelai bisa ditekan bila produksi kedelai petani lokal bisa ditingkatkan, masalah ini menjadi tanggung jawab menteri pertanian.

"Kedelai kalau produksinya sesuai target kita tidak perlu impor," sindir Gita saat ditemui di Gedung Dhanapala, Komplek Kementerian Keuangan Jakarta, Kamis (12/9/2013).

Gita juga menyoroti masalah lambatnya kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) terkait rekomendasi pembebasan impor produk hortikultura seperti bawang merah dan cabai yang juga belum dilaporkan pihak Kementan. Rekomendasi itu penting untuk menentukan harga acuan produk hortikultura untuk cabai dan bawang merah oleh kementeriannya.

Akhir Agustus 2013, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan dan menandatangani dua Peraturan terbaru terkait pembebasan impor setara daging, cabe dan bawang merah. Aturan ini diharapkan bisa menjadi solusi dengan cepat terjadi lonjakan harga pangan di pasar.

Dalam aturan itu nantinya Kemendag akan mengeluarkan izin pembebasan impor jika harga-harga di pasar sudah di atas ambang atau harga patokan yang telah ditentukan Kemendag. Namun jika posisi harga jual di bawah atau sama dengan harga patokan atau harga normal Kemendag maka otomatis impor akan ditutup.

Untuk daging sapi, pembebasan impor akan dibuka jika harga sudah di atas Rp 76.000/kg. Sedangkan untuk cabe dan bawang merah belum ditentukan.

"Sebelum akhir bulan ini selesai semua termasuk harga acuan untuk produk hortikultura termasuk bawang dan cabe. Dibahas dengan Kementan silahkan tanya di Kementan," seru Gita.

Code:
http://finance.detik..com/read/2013/09/12/120102/2356753/1036/gita-wirjawan-kalau-produksi-kedelai-sesuai-target-kita-tak-perlu-impor



Tak mau disalahkan soal kedelai, mentan kritik kebijakan impor
Reporter : Putri Artika R
Kamis, 12 September 2013 17:02:00



Menteri Pertanian Suswono terus dihujani kritik akibat rendahnya produksi kedelai dalam negeri yang hanya mampu memenuhi 20-30 persen kebutuhan nasional. Alih-alih tak mau terus disalahkan akibat tak mampu merangsang produktivitas kedelai nasional, menteri pertanian justru menyalahkan pendekatan kebijakan impor kedelai.

Suswono menuturkan, terakhir kali swasembada kedelai nasional terjadi pada 1992. Saat itu, kata dia, luas lahan panen kedelai di dalam negeri mencapai 1,6 juta hektar. Faktor lain yang membuat Indonesia bisa swasembada kedelai adalah harga yang menarik bagi petani. Harga kedelai bisa 1,5 kali lebih tinggi dari harga beras.

Kondisi ini menguntungkan bagi petani. Ditambah Bulog masih berperan menjadi penyangga kepastian harga untuk petani. Namun kondisinya kini sudah berubah. Salah satunya lantaran kebijakan pendekatan impor. "Setelah kemudian dibukanya keran impor, tidak ada lagi pengendalian atau proteksi, harga kedelai impor tentu saja sangat murah," ujar Suswono di Istana Negara, Jakarta, Kamis (12/9).

Akhirnya para petani harus memilih komoditas yang menguntungkan. Saat itu yang menguntungkan adalah tebu, padi, jagung. Di beberapa tempat bahkan menanam kedelai itu hanya untuk selingan saja.

"Inilah yang menjadikan harga di tingkat petani kurang menarik. Petani pada posisi pilihan menanam komoditas yang menguntungkan. Inilah yang menjadikan sekarang ini luas lahan panen hanya sekitar 700.000 hektar," jelasnya.

Saat ini Suswono yakin petani mulai bergairah. Salah satu alasannya, harga pembelian kedelai dari petani sudah dipatok tinggi.

"Biaya produksi per kilogram adalah Rp 6.500. Otomatis tinggal berapa petani diberi margin, kalau 30 persen maka harga mendekati Rp 8.500. Nah, kalau ada jaminan harga seperti itu, pasti petani pada menanam," paparnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan telah menetapkan harga kedelai yang diberlakukan pada tingkat perajin tempe tahu sebesar Rp 8.490 per kilogram. Kebijakan ini mulai diberlakukan kemarin.

"Sudah diberlakukan kemarin Harga Pembelian Perajin (HPP) Rp 8.490," ujar Gita usai pertemuan dengan pengusaha di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (11/9).

Bersamaan dengan kebijakan penetapan HPP ini, pihaknya juga mengeluarkan kebijakan relaksasi impor. Langkah ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kedelai sekaligus meningkatkan kuota impor.

Code:
http://www.merdeka.com/uang/tak-mau-disalahkan-soal-kedelai-mentan-kritik-kebijakan-impor.html


emoticon-NgakakMakin kelihatan bodohnya mentan dari PKS ini. Yg keluarin RIPH (Rekomendasi Impor Produk Holtikultura) yg ditandatangani Mendag siapa?
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
2.1K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan