- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
(room pintarisasi)HERMENEUTIKA VICKY PRASETYO


TS
yopie374
(room pintarisasi)HERMENEUTIKA VICKY PRASETYO
Saya ingin men-titel-i esai ini dengan headline
semacam "Transpolitika: Dinamika Politik di Dalam era Virtualitas" atau "Multiplisitas dan Diferensi: Redefinisi Desain,Teknologi,dan Humanitas".
Sayang,titel-titel itu sudah kebacut jadi trademark-nya expert di bidang post-semiotika dan post-realitas Bapak Yasraf Amir Piliang.
Sempat terpikir juga untuk mengutilisasi bunyi
banner-banner di kantor government our beloved country sebagai inspirasi untuk titel tulisan ini.
Sangat inspiratif banner yang berbunyi, misalnya:"Dirgahayu Departemen Koperasi! Kita Tingkatkan Spirit Enterpreneurship Menuju Etos Kemandirian yang Partisipatif dan Dedikatif".
Tapi saya agak headbang kalau mengingat judul-judul skripsi dan research sekarang juga hampir-hampir duplikatif dengan banner-banner itu.
Sangat rutinitas judul skripsi seperti:
"Sex Education, Suatu Kajian Teologis: Aspek-aspek Kualitatif dan Psiko-Religius dalam Aktivitas Sehari-hari Pesantren".
Merupakan elemen-elemen yang rutin juga jika kita menemukan judul penelitian:
Implementasi Product Diversification dan Advertising Guna Meningkatkan Volume Produksi dan Penjualan di Perusahaan 'Genteng Keras Luar Dalam'".
Di masa kontemporer seperti kekinian,akan sulit menemukan skripsi diberi titel seperti
"Di Bawah Lentera Merah"atau tesis berjudul "Simpang Kiri dari Sebuah Jalan:
Pemberontakan PKI di Madiun September 1948".
Titel-titel metaforistis dan alegoristis itu semakin langka dalam atmosfir kekinian dunia akademik kontemporer.
Menurut kalkulasi empirisme saya, fenomena ini yang memprovokasi mahasiswa-mahasiswa di sini untuk membuat spanduk-spanduk Ospek seperti:
"Selamat Datang Mahasiswa Baru: Agen Social Change yang Idealis dan Progresif".
Dunia teknologi dan informasi,terspesial medium internet,memang telah mengedukasi dan mentransformasi teknik komunikasi dan metodologi menyampaikan kode-kode bahasa dalam disuksi atau tweet-tweet.
Diferensiasai antara dialogis di dunia riil
dan di dunia online semakin menipis.
Tornado diksi- diksi internasional semakin mengintervensi cara-wicara.
Makin jarang yang mengutilisasi diksi atau frase
“kesebelasan”, “poros halang”, “turun
minum”, “penjaga gawang”, “pemain inti”atau “gelandang bertahan”.
Para gila bola dan analis dan para pandit makin enjoy dengan diksi atau frase “club”, “defensive midfielder”, “sweeper”, “first half”, “goalkeeper”,“stater”.
Pemain yang berlari-lari jejingkrakan
setelah mencetak gol pun kini disebut“selebrasi”,bukan “perayaan”.
Tidak semua orang bisa go international seperti
Agnes Monica, ya… walaupun jualan CD-nya masih di Indomaret yang justru semakin penetratif dan ekspansif ke pelosok-pelosok desa yang masih fresh karena udaranya belum polutif.
Karena tidak semua profil orang bisa go international seperti Agnes, setidaknya bisa mulai go internet-sional di social media dengan menge-twit-kan HBD,WYATB, GWS, CMIIW, dan atau menge-twit-kan BRB ASAP yang boleh jadi diartikan “asap akan segera kembali”.
Beberapa orang yang belum tune-in dengan frase-frase itu mesti men-tune-up-kan diri dengan mengkalibrasi dirinya dengan bermacam urban dictionary.
Di tengah tornado diksi dan frase internet-
sional macam itu, kadang memang orang yang tidak knowledge merasa malu untuk bertanya dan berdialog dengan orang yang melontarkan diksi dan frase-frase ala internet-sional itu.
Dalam species tornado yang seperti ini, simptomisasi yang muncul bukanlah les-les Bahasa Inggris akan semakin laku, tapi infotainment para selebritas,talkshow para poli-tikus atau seleb-tweet yang akan makin digandrungi.
Kita akan semakin men-cinta-i acara dan profil-profil dengan kualifikasi dan CV yang sudah sangat berkualitas dalam kekinian kita yang
kontemporer.
Bukan hanya “9 dari 10 Kata Dalam Bahasa
Indonesia adalah Asing” seperti kata Re Mi Si La Do,tapi lama-lama bisa jadi “9 dari 10 Orang Penutur Bahasa Indonesia Telah ter-Vicky”.
Seorang munsyi,apalagi di abad-21, boleh jadi akan muncul dengan stilistika dan akrobatika yang spekta.
Setidaknya, nama belakang Vicky adalah Prasetyo,bukan Bieber apalagi Vette.
Alhamdulillah yah,
sesuatu….
semacam "Transpolitika: Dinamika Politik di Dalam era Virtualitas" atau "Multiplisitas dan Diferensi: Redefinisi Desain,Teknologi,dan Humanitas".
Sayang,titel-titel itu sudah kebacut jadi trademark-nya expert di bidang post-semiotika dan post-realitas Bapak Yasraf Amir Piliang.
Sempat terpikir juga untuk mengutilisasi bunyi
banner-banner di kantor government our beloved country sebagai inspirasi untuk titel tulisan ini.
Sangat inspiratif banner yang berbunyi, misalnya:"Dirgahayu Departemen Koperasi! Kita Tingkatkan Spirit Enterpreneurship Menuju Etos Kemandirian yang Partisipatif dan Dedikatif".
Tapi saya agak headbang kalau mengingat judul-judul skripsi dan research sekarang juga hampir-hampir duplikatif dengan banner-banner itu.
Sangat rutinitas judul skripsi seperti:
"Sex Education, Suatu Kajian Teologis: Aspek-aspek Kualitatif dan Psiko-Religius dalam Aktivitas Sehari-hari Pesantren".
Merupakan elemen-elemen yang rutin juga jika kita menemukan judul penelitian:
Implementasi Product Diversification dan Advertising Guna Meningkatkan Volume Produksi dan Penjualan di Perusahaan 'Genteng Keras Luar Dalam'".
Di masa kontemporer seperti kekinian,akan sulit menemukan skripsi diberi titel seperti
"Di Bawah Lentera Merah"atau tesis berjudul "Simpang Kiri dari Sebuah Jalan:
Pemberontakan PKI di Madiun September 1948".
Titel-titel metaforistis dan alegoristis itu semakin langka dalam atmosfir kekinian dunia akademik kontemporer.
Menurut kalkulasi empirisme saya, fenomena ini yang memprovokasi mahasiswa-mahasiswa di sini untuk membuat spanduk-spanduk Ospek seperti:
"Selamat Datang Mahasiswa Baru: Agen Social Change yang Idealis dan Progresif".
Dunia teknologi dan informasi,terspesial medium internet,memang telah mengedukasi dan mentransformasi teknik komunikasi dan metodologi menyampaikan kode-kode bahasa dalam disuksi atau tweet-tweet.
Diferensiasai antara dialogis di dunia riil
dan di dunia online semakin menipis.
Tornado diksi- diksi internasional semakin mengintervensi cara-wicara.
Makin jarang yang mengutilisasi diksi atau frase
“kesebelasan”, “poros halang”, “turun
minum”, “penjaga gawang”, “pemain inti”atau “gelandang bertahan”.
Para gila bola dan analis dan para pandit makin enjoy dengan diksi atau frase “club”, “defensive midfielder”, “sweeper”, “first half”, “goalkeeper”,“stater”.
Pemain yang berlari-lari jejingkrakan
setelah mencetak gol pun kini disebut“selebrasi”,bukan “perayaan”.
Tidak semua orang bisa go international seperti
Agnes Monica, ya… walaupun jualan CD-nya masih di Indomaret yang justru semakin penetratif dan ekspansif ke pelosok-pelosok desa yang masih fresh karena udaranya belum polutif.
Karena tidak semua profil orang bisa go international seperti Agnes, setidaknya bisa mulai go internet-sional di social media dengan menge-twit-kan HBD,WYATB, GWS, CMIIW, dan atau menge-twit-kan BRB ASAP yang boleh jadi diartikan “asap akan segera kembali”.
Beberapa orang yang belum tune-in dengan frase-frase itu mesti men-tune-up-kan diri dengan mengkalibrasi dirinya dengan bermacam urban dictionary.
Di tengah tornado diksi dan frase internet-
sional macam itu, kadang memang orang yang tidak knowledge merasa malu untuk bertanya dan berdialog dengan orang yang melontarkan diksi dan frase-frase ala internet-sional itu.
Dalam species tornado yang seperti ini, simptomisasi yang muncul bukanlah les-les Bahasa Inggris akan semakin laku, tapi infotainment para selebritas,talkshow para poli-tikus atau seleb-tweet yang akan makin digandrungi.
Kita akan semakin men-cinta-i acara dan profil-profil dengan kualifikasi dan CV yang sudah sangat berkualitas dalam kekinian kita yang
kontemporer.
Bukan hanya “9 dari 10 Kata Dalam Bahasa
Indonesia adalah Asing” seperti kata Re Mi Si La Do,tapi lama-lama bisa jadi “9 dari 10 Orang Penutur Bahasa Indonesia Telah ter-Vicky”.
Seorang munsyi,apalagi di abad-21, boleh jadi akan muncul dengan stilistika dan akrobatika yang spekta.
Setidaknya, nama belakang Vicky adalah Prasetyo,bukan Bieber apalagi Vette.
Alhamdulillah yah,
sesuatu….
Diubah oleh yopie374 13-09-2013 09:37


dilaamelia11 memberi reputasi
1
2K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan