ozombieAvatar border
TS
ozombie
[Minta UMP Naik 50%? Ngaca Dulu!] Etos Kerja Buruh di DKI Jakarta Masih Rendah
Etos Kerja Buruh di DKI Jakarta Masih Rendah
Rabu, 11 September 2013 12:59 WIB


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Etos kerja kalangan buruh di Jakarta dinilai jauh lebih rendah dibandingkan tenaga kerja negara lain. Akibatnya, produktivitas industri Jakarta sulit bersaing dengan industri kota besar negara lain.

Menurut Director Fountain Education Center (lembaga pelatihan tenaga kerja), Novita, selama ini banyak kelemahan dari tenaga kerja asal Indonesia, terutama di Jakarta.

“Etos kerjanya belum sebanding dengan kemampuan yang dimiliki sebenarnya. Sehingga produktivitas perusahaan tempat mereka bekerja tidak tercapai maksimal, ini sangat disayangkan. Membuat generasi angkatan kerja yang tengah mencari kerja pun ikut terbawa image memiliki etos kerja buruk," kata Novita dalam acara Konvensi efesiensi kinerja tenaga kerja di Sovereign Plaza, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2013).

Novita menambahkan secara umum indikator etos kerja tersebut dilihat dari istilah lima S yang berasal dari bahasa Jepang dan bisa diterjemahkan menjadi lima R. Yakni, Seiri (Ringkas), tidak menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dalam lokasi kerja sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya yang benar-benar dibutuhkan. Seiton (Rapi), merupakan upaya meletakkan barang-barang yang digunakan pada posisi yang telah ditetapkan.

Seiso (Resik), aktivitas membersihkan peralatan dan daerah kerja agar peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik. Seiketsu (Rawat), kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya. Dan, Shitsuke (Rajin), pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

"Dari lima indikator itu, tenaga kerja kita etos kerjanya jauh lebih rendah dibandingkan tenaga kerja negara lain," tuturnya.

Dalam acara yang diadakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI Jakarta dan PT Mayora ini juga terungkap bahwa tingginya nilai upah tenaga kerja di luar negeri karena sebanding dengan pola kerja mereka sehari-hari. Sedangkan tenaga kerja di Jakarta lebih banyak menggunakan waktu istirahat. Sementara produktivitas mereka belum seperti yang diharapkan.

"Untuk mengubah paradigma ini dibutuhkan peran aktif dari Disnakertrans DKI memberikan pembinaan untuk sejumlah HRD di masing-masing perusahaan tersebut," katanya.

Kepala Seksi Produktivitas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinakertrans) DKI Jakarta Emilia Zain mengakui pihaknya sering mendapatkan keluhan dari sejumlah pelaku usaha terkait efektivitas kerja para buruh. Terutama di industri padat karya.

Ia mengatakan Pemprov DKI hanya bisa melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada para buruh. Namun, tidak bisa menyeluruh. "Yang lebih memahami karakter tenaga kerja yakni internal dari perusahaan itu sendiri," ungkapnya.

Direktur HRD PT Mayora Heri Susanto mengungkapkan pihaknya menyadari rendahnya etos kerja buruh. Untuk itu, jajaran perusahaan membuat stimulus atau dorongan semangat agar karyawan Mayora dapat bekerja lebih semangat lagi sehingga mencapai produktivitas yang diharapkan. Misalnya, ada hiburan dan kegiatan gathering perusahaan yang digelar secara rutin. ”Cara kami ini yang akan kami salurkan ke perusahaan lain di Jakarta ini,” katanya.

http://www.tribunnews.com/metropolit...a-masih-rendah

Gak heran investor sekarang mulai menempatkan pabrik2nya di luar Indonesia. emoticon-Big Grin

Ganti investasi mesin saja deh, daripada buang2 duit utk buruh yg tidak tahu diri terutama yg hobi demo. emoticon-Big Grin
0
1.1K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan