- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[MW2013] Menjaga Kedamaian Bali
TS
frimayana
[MW2013] Menjaga Kedamaian Bali
Minggu,08 September 2013 @ 07:40
Pandita Mpu Jaya Prema
Menjaga Kedamaian Bali
Pandita Mpu Jaya Prema
Quote:
Pemerintah pusat akhirnya mengambil keputusan agar penyelenggaraan Miss World dilangsungkan sepenuhnya di Bali. Tadinya, kontes kecantikan tingkat dunia yang diikuti lebih dari seratus negara ini acara puncaknya dilangsungkan di Sentul, sebuah “kota metropolitan baru” yang masuk Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tapi karena banyaknya penolakan dari ormas Islam, termasuk Majelis Ulama Indonesia – padahal ini bukan acara keagamaan – akhirnya Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, yang dulunya bintang film yang sangat menyenangi acara-acara glamour semacam ini, menolak diselenggarakan di wilayah Jawa Barat.
Kita di Bali sejak awal menyambut baik acara Miss World karena ini akan makin memperkenalkan Bali ke penjuru dunia. Indonesia sudah tiga tahun meloby panitia Miss World agar acara itu diselenggarakan di negeri ini, dan ketika berhasil ternyata banyak pihak yang menolaknya. Saya berharap kita tak meruncingkan konflik pro dan kontra, apalagi kalau dikaitkan dengan budaya. Budaya di dunia itu beragam dan di negeri ini juga beragam. Apalagi kalau menyoroti dari satu sisi, misalnya, pornografi. Pentas dangdut di kota-kota Jawa jauh lebih porno dari ajang Miss World ini. Apalagi kita bisa mengendalikan peserta Miss World agar mematuhi budaya Bali.
Sesungguhnya, sebagian besar orang Bali “tak begitu peduli” dengan acara ini. Peserta sudah beberapa hari lalu tiba di Bali, mereka berkumpul di hotel mewah kawasan Tanah Lot sebelum akhirnya mengikuti acara resmi di hotel mewah kawasan Nusa Dua. Orang Bali hanya sedikit saja yang menaruh perhatian, umumnya mereka yang bergerak di bidang pariwisata. Selebihnya tetap seperti biasa, yang petani bekerja di sawah dan dikebun, apalagi sekarang panen raya kopi. Para pengerajin sibuk berkarya. Bahkan ritual terus berlangsung. Saya hampir setiap hari sibuk melayani ritual, apalagi bulan ini hari baik untuk upacara perkimpoian.
Namun, ketika penolakan ajang Miss World ini menyinggung masalah Bali dengan budaya dan agamanya, orang-orang Bali pun seperti bangun dari tidurnya. Saya terpaksa ikut peduli. Tetapi bukan peduli pada acara kontes itu, namun peduli untuk menjelaskan bagaimana orang Bali mempertahankan adat dan budayanya. Adat kita di Bali adalah menerima tamu yang datang dengan baik-baik secara baik-baik pula. Tamu adalah raja. Kalau ada yang mau mencederai tamu, kita wajib untuk membela keselamatannya. Apalagi kalau ada yang mau merusak kedamaian Bali hanya karena kedatangan tamu itu, kita wajib menjaga Bali dari orang-orang yang ingin merusak.
Orang Bali mewarisi ephos Mahabharata dan Ramayana sebagai kitab Ithiasa dalam konteks Weda. Begitu banyak contoh yang diberikan bagaimana kita wajib mempertahankan wilayah (negara atau kerajaan). Bahkan dalam Ramayana ada tokoh Kumbakarna, adik kandung Rahwana yang sakti mandraguna. Kumbakarna tahu kalau kakaknya itu seorang durjana, haus kekuasaan, melecehkan para wanita, memerintah dengan kekerasan. Tetapi, tatkala Negeri Alengka didatangi tentara Rama dengan pasukan kera yang ingin menghancurkannya, Kumbakarna pun “bangun dari tidurnya”. Dia ambil senjata, menuju ke medan perang dan berkata: “Saya tidak membela Rahwana, saya tidak membela Raja Alengka. Saya berperang membela tanah air saya, membela ibu pertiwi saya, di mana saya lahir, hidup dan dibesarkan.”
Saat ini banyak orang Bali yang tiba-tiba “bangun dari tidurnya” meniru Kumbakarna, untuk mempertahankan kedamaian Bali ketika diusik oleh pernyataan keras gara-gara ada ajang Miss World. Aliansi Muda Hindu menggelar aksi demo mengecam ormas-ormas Islam yang menolak Miss World itu. Ormas-ormas Bali pun ribut di media sosial dan siap berangkat ke Gilimanuk untuk mencegah “para perusuh” yang datang.
Apa sebenarnya yang terjadi? Kita bukannya membela panitia Miss World. Perhelatan ini soal kecil, bahkan bagi saya dan mungkin banyak pemuka Bali, Miss World ini bukan panggung bermutu. Pesta Kesenian Bali yang juga mengundang tim dari luar negeri jauh lebih bermutu. Jangan-jangan pula Miss World ini hanya persaingan stasiun televisi, satu kelompok adalah sponsornya yang pasti akan mereguk keuntungan, satu kelompok tak kebagian apa-apa. Jadi Miss World ini bukanlah pergelaran yang bergengsi amat. Tetapi apa yang kita bela? Yang kita bela adalah kedamaian Bali pada saat tamu-tamu peserta Miss World itu berada. Diinspirasi ucapan Kumbakarna, “yang kita bela adalah kedamaian tanah Bali dan tamu yang datang, bukan acara Miss Worldnya.”
Kalau begitu kenapa ajang Miss World tidak ditolak saja? Ini pertanyaan bodoh. Budaya tak bisa diseragamkan. Persepsi orang tentang keindahan pun tak bisa diseragamkan, apalagi keindahan tubuh. Ada orang yang senang melihat wanita berkerudung, ada yang suka melihat wanita rambutnya digelung. Selera di masyarakat Bali pun beda, padahal ini pulau kecil. Karena itu ada wanita Bali dengan kerudungnya yang khas, ada banyak wanita Bali yang menggelung rambutnya yang disebut “mepusungan”. Bahkan ada berbagai jenis “pusungan” itu. Jadi, kenapa harus dipaksakan semua wanita harus berkerudung?
Apalagi perhelatan Miss World ini sama sekali tak bertentangan dengan agama Hindu, agama mayoritas orang Bali. Mereka mengunjungi pura – tentu sebatas area yang bisa dikunjungi – dengan pakaian adat Bali, bukan memakai bikini. Mereka orang-orang yang sopan dan mau beradaptasi dengan Bali. Adapun orang Bali sendiri, yang tidak suka ya tak menonton perhelatan Miss World. Seperti saya sama sekali tak tertarik meski misalnya diundang bahkan dijemput. Kalau suka silakan datang. Jangan sekali-kali membatasi kesukaan orang sepanjang kesukaan itu tidak mengganggu ketentraman umum dan melanggar aturan hukum.
Mari jaga kedamaian Bali. Pihak keamanan sudah cukup antisipasi, pasukan Raider dan Kopassus sudah siap membantu polisi Bali – meski ini terasa berlebihan. Ormas-ormas Bali dan anak-anak muda Hindu, janganlah mau dikompori, serahkan kepada aparat. Namun, kalau itu tak cukup, mari kita bela Bali dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran agama. Agama tak mengajarkan kekerasan. Janganlah kita berseru tentang kemaha-besaran Tuhan tetapi tangan membawa pentung dan kelewang. Mari kita berseru dengan damai dan kasih. (*)
[RIGHT]SUMBER[/RIGHT]
Kita di Bali sejak awal menyambut baik acara Miss World karena ini akan makin memperkenalkan Bali ke penjuru dunia. Indonesia sudah tiga tahun meloby panitia Miss World agar acara itu diselenggarakan di negeri ini, dan ketika berhasil ternyata banyak pihak yang menolaknya. Saya berharap kita tak meruncingkan konflik pro dan kontra, apalagi kalau dikaitkan dengan budaya. Budaya di dunia itu beragam dan di negeri ini juga beragam. Apalagi kalau menyoroti dari satu sisi, misalnya, pornografi. Pentas dangdut di kota-kota Jawa jauh lebih porno dari ajang Miss World ini. Apalagi kita bisa mengendalikan peserta Miss World agar mematuhi budaya Bali.
Sesungguhnya, sebagian besar orang Bali “tak begitu peduli” dengan acara ini. Peserta sudah beberapa hari lalu tiba di Bali, mereka berkumpul di hotel mewah kawasan Tanah Lot sebelum akhirnya mengikuti acara resmi di hotel mewah kawasan Nusa Dua. Orang Bali hanya sedikit saja yang menaruh perhatian, umumnya mereka yang bergerak di bidang pariwisata. Selebihnya tetap seperti biasa, yang petani bekerja di sawah dan dikebun, apalagi sekarang panen raya kopi. Para pengerajin sibuk berkarya. Bahkan ritual terus berlangsung. Saya hampir setiap hari sibuk melayani ritual, apalagi bulan ini hari baik untuk upacara perkimpoian.
Namun, ketika penolakan ajang Miss World ini menyinggung masalah Bali dengan budaya dan agamanya, orang-orang Bali pun seperti bangun dari tidurnya. Saya terpaksa ikut peduli. Tetapi bukan peduli pada acara kontes itu, namun peduli untuk menjelaskan bagaimana orang Bali mempertahankan adat dan budayanya. Adat kita di Bali adalah menerima tamu yang datang dengan baik-baik secara baik-baik pula. Tamu adalah raja. Kalau ada yang mau mencederai tamu, kita wajib untuk membela keselamatannya. Apalagi kalau ada yang mau merusak kedamaian Bali hanya karena kedatangan tamu itu, kita wajib menjaga Bali dari orang-orang yang ingin merusak.
Orang Bali mewarisi ephos Mahabharata dan Ramayana sebagai kitab Ithiasa dalam konteks Weda. Begitu banyak contoh yang diberikan bagaimana kita wajib mempertahankan wilayah (negara atau kerajaan). Bahkan dalam Ramayana ada tokoh Kumbakarna, adik kandung Rahwana yang sakti mandraguna. Kumbakarna tahu kalau kakaknya itu seorang durjana, haus kekuasaan, melecehkan para wanita, memerintah dengan kekerasan. Tetapi, tatkala Negeri Alengka didatangi tentara Rama dengan pasukan kera yang ingin menghancurkannya, Kumbakarna pun “bangun dari tidurnya”. Dia ambil senjata, menuju ke medan perang dan berkata: “Saya tidak membela Rahwana, saya tidak membela Raja Alengka. Saya berperang membela tanah air saya, membela ibu pertiwi saya, di mana saya lahir, hidup dan dibesarkan.”
Saat ini banyak orang Bali yang tiba-tiba “bangun dari tidurnya” meniru Kumbakarna, untuk mempertahankan kedamaian Bali ketika diusik oleh pernyataan keras gara-gara ada ajang Miss World. Aliansi Muda Hindu menggelar aksi demo mengecam ormas-ormas Islam yang menolak Miss World itu. Ormas-ormas Bali pun ribut di media sosial dan siap berangkat ke Gilimanuk untuk mencegah “para perusuh” yang datang.
Apa sebenarnya yang terjadi? Kita bukannya membela panitia Miss World. Perhelatan ini soal kecil, bahkan bagi saya dan mungkin banyak pemuka Bali, Miss World ini bukan panggung bermutu. Pesta Kesenian Bali yang juga mengundang tim dari luar negeri jauh lebih bermutu. Jangan-jangan pula Miss World ini hanya persaingan stasiun televisi, satu kelompok adalah sponsornya yang pasti akan mereguk keuntungan, satu kelompok tak kebagian apa-apa. Jadi Miss World ini bukanlah pergelaran yang bergengsi amat. Tetapi apa yang kita bela? Yang kita bela adalah kedamaian Bali pada saat tamu-tamu peserta Miss World itu berada. Diinspirasi ucapan Kumbakarna, “yang kita bela adalah kedamaian tanah Bali dan tamu yang datang, bukan acara Miss Worldnya.”
Kalau begitu kenapa ajang Miss World tidak ditolak saja? Ini pertanyaan bodoh. Budaya tak bisa diseragamkan. Persepsi orang tentang keindahan pun tak bisa diseragamkan, apalagi keindahan tubuh. Ada orang yang senang melihat wanita berkerudung, ada yang suka melihat wanita rambutnya digelung. Selera di masyarakat Bali pun beda, padahal ini pulau kecil. Karena itu ada wanita Bali dengan kerudungnya yang khas, ada banyak wanita Bali yang menggelung rambutnya yang disebut “mepusungan”. Bahkan ada berbagai jenis “pusungan” itu. Jadi, kenapa harus dipaksakan semua wanita harus berkerudung?
Apalagi perhelatan Miss World ini sama sekali tak bertentangan dengan agama Hindu, agama mayoritas orang Bali. Mereka mengunjungi pura – tentu sebatas area yang bisa dikunjungi – dengan pakaian adat Bali, bukan memakai bikini. Mereka orang-orang yang sopan dan mau beradaptasi dengan Bali. Adapun orang Bali sendiri, yang tidak suka ya tak menonton perhelatan Miss World. Seperti saya sama sekali tak tertarik meski misalnya diundang bahkan dijemput. Kalau suka silakan datang. Jangan sekali-kali membatasi kesukaan orang sepanjang kesukaan itu tidak mengganggu ketentraman umum dan melanggar aturan hukum.
Mari jaga kedamaian Bali. Pihak keamanan sudah cukup antisipasi, pasukan Raider dan Kopassus sudah siap membantu polisi Bali – meski ini terasa berlebihan. Ormas-ormas Bali dan anak-anak muda Hindu, janganlah mau dikompori, serahkan kepada aparat. Namun, kalau itu tak cukup, mari kita bela Bali dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran agama. Agama tak mengajarkan kekerasan. Janganlah kita berseru tentang kemaha-besaran Tuhan tetapi tangan membawa pentung dan kelewang. Mari kita berseru dengan damai dan kasih. (*)
[RIGHT]SUMBER[/RIGHT]
"Hal yang kami bela adalah kedamaian tanah Bali dan tamu yang datang, bukan acara Miss Worldnya"
Diubah oleh frimayana 09-09-2013 00:04
0
3.2K
Kutip
40
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan