Ane takut jadi Prita Mulya Sari kedua makanya pake klonengan....

Ibu ane pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan tepatnya di bangsal wanita, ruang 14, dengan jaminan jamkesmas. Cuma karena saya juga tidak punya bukti hal ini tidak bisa saya bawa ke jalur hukum tapi saya yakin banyak pasien lain mengalami hal seperti ini. Saya sangat kesal dengan perlakuan perawat disana yang sangat tidak profesional. Mereka bertindak seperti koboi, wanita jalang. Belum lagi sikap "Babu" disana, sangat menjijikan.

1. Perawat memalak pasien
Sering kali perawat disana meminta "upeti" sama pasien dan kadang keluarga pasien tidak mau pusing dan berharap mendapat prioritas kesehatan. Bukan hanya pasien, sering saya pergoki, dokter muda ikut- ikutan memberikan upeti ke perawat sialan itu.

2. Perawat malas
Sering kali pada saat malam, saat cairan infus habis, keluarga pasien dioper-oper. Pernah ibu saya sendiri, infusnya dibiarkan menganung kosong sampai darahnya naik ke selang infus. Pernah juga, saat saya ke kamar perawat jawaban mereka"bentar lagi" karena mereka asyik tidur. Selain itu, sering mereka lempar tanggung jawab ke dokter muda yang akhirnya ke kamar perawat yang ternyata disanalah penyimpanan botol infus itu.

3. Babu yang selalu marah
Tukang pel dan sapu- sapu selalu marah- marah kalau ada pasien yang lewat padahal itu satu- satunya jalan menuju bangsal. Pasien sering disuru menunggu sampe lantai kering. Bukan hanya pasien, dokter pun ikut dimaki sama babu tua ibarat nenek sihir itu.

Sebulan ibu saya dirawat disana, ibu saya dioper ke ruangan 18 karena menderita radang paru-paru. Disana tidak kalah hebat, ruangan bangsal pengap, penuh dengan kucing. Dan babu yang lebih ganas. Perawat di ruangan ini lebih baik karena selalu izin jika mau menyuntikan obat, memasang infus dan sebagainya.

Walaupun akhirnya ibu saya meninggal karena penyakit kronisnya. Selama saya dirawat disana saya selalu bertanya, kenapa semakin rendah kedudukannya semakin sombong, angkuh dan pemarah??? Tentu ada juga beberapa dokter yang seperti itu terutama sewaktu mereka visit tapi yang parah adalah kelas jongos.

Dengan cerita ini, saya menghimbau supaya tenaga medis itu harusya ramah- ramah. Saya sadar mungkin di Indonesia gaji tenaga medis kecil dan kerjaannya banyak tapi itu konsekuensi tinggal di indonesia. Nyawa di tangan kalian. Khususnya jongos dan perawat yang kampret contoh perawat yang baik dan sopan, selalu memberi salam. Perawat yang tukang marah, rasanya mau mati melihat mereka kerja seperti koboi.