- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[REAL STORY] Akad Nikah Di Rumah Sakit UNHAS
TS
zer07even
[REAL STORY] Akad Nikah Di Rumah Sakit UNHAS
Pagiii agan2 skalian.. Sy cuman mau share pengalaman teman saya.. Kisah ini entah sedih bahagia atau seru.. pokok nya semuanya ada deh..
Yang pasti gak bakalan repost.. soalnya ini cerita nyata gan.. Langsung aja deh..
Ini sy ambil dr blog teman dan dr sudut pandang pemilik blog (Mirna / bekerja di RS Unhas), sy sdah izin kok.
NO PIC = HOAX
Sumber : http://aineblume.wordpress.com/2013/...h-di-rs-unhas/
Bantu rate ya gan..biar g tenggelam
Yang pasti gak bakalan repost.. soalnya ini cerita nyata gan.. Langsung aja deh..
Ini sy ambil dr blog teman dan dr sudut pandang pemilik blog (Mirna / bekerja di RS Unhas), sy sdah izin kok.
Spoiler for "Ceritanya":
Tanggal 5 September, sahabat saya Juli akan menikah dengan seorang polisi yang kiyut. Saya dan beberapa teman bahkan sudah berencana ikut mengantar Juli selepas akad nikah menuju rumah suaminya nanti di Takalar. Ini salah satu prosesi adat Makassar yang namanya Mapparola. Jadi selepas akad di kediaman perempuan, pasangan pengantin baru akan dibawa ke rumah kediaman laki-laki. Begitulah kira-kira.
Tapi siapa yang menyangka. Tanggal 3 sekitar pukul satu malam, ketika saya sudah siap-siap tidur dan memimpikan dia, ada pesan masuk di Monce, henpon saya.
Kanda Mir hari ini dinas malam?
Saya sdh demam tinggi 4 hari.
Demamnya timbul tenggelam.
Kepala sperti ditusuk-tusuk
Rencana saya mau ke emergency
rs unhas malam ini.Tapi tanggal 3
mi ini.
Saya men-scan kata-kata demam empat hari, naik turun dan lalu dengan cepat saya membalas dengan kalimat acak yang panik ‘sudah, sekarang ke rumah sakit saja. Kalau benar tipes, penangannya bisa lebih cepat’. Baru saja saya ingin mengetuk ‘send’, saya terpaku di kalimat terakhir Juli. Tanggal 3. Iya, ini memang sudah tanggal tiga. Lusa dia menikah.
Saya lalu mengirim saja pesan itu. Saya lupa membaca basmalah atau tidak.
***
Si Juli ini memang terkenal tomboy. Bahkan setelah berhijab dan konsisten hanya memakai rok ketika di luar rumah masih saja menyimpan sisi-sisi maskulinnya. Juli senang berpetualang. Suka sekali bersibuk-sibuk. Pokoknya termasuk perempuan, eh, akhwat yang aktif lah.
Menjelang pernikahannya pun begitu. Mungkin juga karena Juli anak pertama sehingga sifat mandirinya akut, Juli banyak menyibukkan diri menyiapkan pernikahan termasuk mengantar undangan. Disibukkan dengan pernikahan, Juli masih tetap mengikuti perkuliahan awal di kelas pasca sarjana. Kurang sibuk apa, coba?
Mungkin hikmah dari semua ini adalah, Allah mau Juli tahu bahwa kesehatan itu sangat penting. Amat sangat penting. Oh iya, satu lagi. pengantin perempuan memang sebaiknya dipingit sebelum menikah. Hihihi
Tapi siapa yang menyangka. Tanggal 3 sekitar pukul satu malam, ketika saya sudah siap-siap tidur dan memimpikan dia, ada pesan masuk di Monce, henpon saya.
Kanda Mir hari ini dinas malam?
Saya sdh demam tinggi 4 hari.
Demamnya timbul tenggelam.
Kepala sperti ditusuk-tusuk
Rencana saya mau ke emergency
rs unhas malam ini.Tapi tanggal 3
mi ini.
Saya men-scan kata-kata demam empat hari, naik turun dan lalu dengan cepat saya membalas dengan kalimat acak yang panik ‘sudah, sekarang ke rumah sakit saja. Kalau benar tipes, penangannya bisa lebih cepat’. Baru saja saya ingin mengetuk ‘send’, saya terpaku di kalimat terakhir Juli. Tanggal 3. Iya, ini memang sudah tanggal tiga. Lusa dia menikah.
Saya lalu mengirim saja pesan itu. Saya lupa membaca basmalah atau tidak.
***
Si Juli ini memang terkenal tomboy. Bahkan setelah berhijab dan konsisten hanya memakai rok ketika di luar rumah masih saja menyimpan sisi-sisi maskulinnya. Juli senang berpetualang. Suka sekali bersibuk-sibuk. Pokoknya termasuk perempuan, eh, akhwat yang aktif lah.
Menjelang pernikahannya pun begitu. Mungkin juga karena Juli anak pertama sehingga sifat mandirinya akut, Juli banyak menyibukkan diri menyiapkan pernikahan termasuk mengantar undangan. Disibukkan dengan pernikahan, Juli masih tetap mengikuti perkuliahan awal di kelas pasca sarjana. Kurang sibuk apa, coba?
Mungkin hikmah dari semua ini adalah, Allah mau Juli tahu bahwa kesehatan itu sangat penting. Amat sangat penting. Oh iya, satu lagi. pengantin perempuan memang sebaiknya dipingit sebelum menikah. Hihihi
Spoiler for "3 September":
3 September
Sekitar pukul dua, saya baru sempat menjenguk Juli yang sudah baring cantik di kamar perawatan RS Unhas. Juli positif demam Tifoid dan DBD. Weew, Juli kamu ngapain sampai bisa begitu? XD
Saya membawakan Juli sepotong cokelat. Saya bilang jangan stress dan jangan menyalahkan diri sendiri. Semua akan baik-baik saja dan kak Amir (calon suaminya waktu itu) pasti akan tetap di sisi Juli. Halah!
Tapi sempat juga saya ingin bercanda -> Juli, kalau mau dibatalkan biar saya saja yang gantikan. Nanti saya cari calon mempelai pria dulu. Hihihi. Tapi saya takut, ah. Selain takut menyakiti hati Juli, saya juga takut tantenya yang sedang jaga di situ lalu mencabut botol infus dan menyumpal mulut saya yang kecil dan mungil ini. Hahaha.
Sekitar pukul dua, saya baru sempat menjenguk Juli yang sudah baring cantik di kamar perawatan RS Unhas. Juli positif demam Tifoid dan DBD. Weew, Juli kamu ngapain sampai bisa begitu? XD
Saya membawakan Juli sepotong cokelat. Saya bilang jangan stress dan jangan menyalahkan diri sendiri. Semua akan baik-baik saja dan kak Amir (calon suaminya waktu itu) pasti akan tetap di sisi Juli. Halah!
Tapi sempat juga saya ingin bercanda -> Juli, kalau mau dibatalkan biar saya saja yang gantikan. Nanti saya cari calon mempelai pria dulu. Hihihi. Tapi saya takut, ah. Selain takut menyakiti hati Juli, saya juga takut tantenya yang sedang jaga di situ lalu mencabut botol infus dan menyumpal mulut saya yang kecil dan mungil ini. Hahaha.
Spoiler for "4 September":
4 September
Saya baru sempat menjenguk Juli lagi di rumah sakit. Kali ini bersama teman-teman Pixel Zer07even saya. Kalau ada yang tidak tahu, itu nama angkatan saya di kampus. Nama angkatan Elektro 2007. Siapa ketua angkatannya? Nanti saja saya bahas di postingan tersendiri. #eh
Malam itu di kamar perawatan Juli, kami cuma sepuluh orang tapi ributnya mungkin sampai di parkiran. Tapi kan kami tujuannya mulia. Mau menghibur Juli!
Dan ternyata dari kunjungan itu kami tahu, akad nikah besok tetap dilangsungkan. Malam ini bahkan acara Mappacci tetap dilaksanakan. Mappacci ini semacam acara Midodareni kalau di suku Jawa.
Menikah di rumah sakit? Weew, seru, unik, dan so sinetron yah?
Saya baru sempat menjenguk Juli lagi di rumah sakit. Kali ini bersama teman-teman Pixel Zer07even saya. Kalau ada yang tidak tahu, itu nama angkatan saya di kampus. Nama angkatan Elektro 2007. Siapa ketua angkatannya? Nanti saja saya bahas di postingan tersendiri. #eh
Malam itu di kamar perawatan Juli, kami cuma sepuluh orang tapi ributnya mungkin sampai di parkiran. Tapi kan kami tujuannya mulia. Mau menghibur Juli!
Dan ternyata dari kunjungan itu kami tahu, akad nikah besok tetap dilangsungkan. Malam ini bahkan acara Mappacci tetap dilaksanakan. Mappacci ini semacam acara Midodareni kalau di suku Jawa.
Menikah di rumah sakit? Weew, seru, unik, dan so sinetron yah?
Spoiler for "5 September":
5 September, the day
Sekitar pukul sepuluh pagi saya mengunjungi Juli di kamarnya. Saya mau tahu bagaimana rencana hari ini. Ternyata akad nikah betul-betul akan dilangsungkan hari itu! Jadi rencananya, akad nikah tetap diadakan di rumah mempelai perempuan (adat Bugis – Makassar menempatkan mempelai perempuan dan laki-laki terpisah), nanti sesi penandatanganan buku nikah dan kelengkapan administrasi juga Mappasikarawa yang akan dilaksanakan di rumah sakit.
Eh, rumah sakit? Di kamar itu? Saya melihat sekeliling, kamar itu tidak cukup layak untuk dijadikan saksi bisu pertemuan Juli dan suaminya nanti. Untung saat itu ada kak Tika, pegawai RS juga, yang sedang membesuk. Oleh kak Tika saya disarankan untuk menghadap ke manajemen rumah sakit untuk mengkonfirmasikan rencana ini. Dikhawatirkan, kalau pihak rumah sakit tidak tahu, rombongan pengantin laki-laki akan ditahan sekuriti karena dianggap bisa mengganggu kenyamanan pasien lain.
Saya tidak berharap banyak saat menghadap ke manajemen. Yang penting pak pengulu dan keluarga pengantin laki-laki bisa sampai ke kamar pengantin perempuan. Itu saja.
Di ruang Manajemen RS UH
“Kak, saya mau konfirmasi. Ada pasien dirawat di lantai 4 karena tipes + DBD. Seharusnya hari ini pasien itu menikah.”
Saya menjelaskan sedetail mungkin dan juga menginformasikan rencana kedatangan pengantin laki-laki. Saya tidak menduga pihak manajemen menanggapi ini dengan serius. Bahkan turut menyusun rencana acara juga. Saya lebih terkejut lagi saat manajemen mengatakan akan memfasilitasi acara itu dengan meminjamkan sebuah ruang pertemuan yang cukup luas di lantai dua. Tidak sampai di situ, kemudian datang kepala Security yang terlihat sangat semangat mengkoordinasikan timnya untuk menyambut, mengamankan, dan mengantar rombongan pengantin laki-laki hingga bertemu dengan pengantin perempuannya. :’)
Pegawai-pegawai yang tahu akan hal ini entah kenapa ikut semangat dan terharu juga. Mereka katanya akan ikut naik dan melihat pernikahan pertama di rumah sakit kami. Bahkan dokumentasi juga dipersiapkan. Seorang kakak malah harus pulang ke rumahnya untuk mengambil kamera yang biasa dipakai mengabadikan kegiatan-kegiatan di rumah sakit.
Saya benar-benar tidak menyangka, rumah sakit Unhas ini, tempat saya mengabdi ini bisa menanggapi persoalan ini dengan penuh antusias dan semangat. Saya sungguh terharu dan mencintai rumah sakit ini. :’)
Mappasikarawa, Suami Istri itu pun akhirnya dipertemukan
Tadinya saya pikir iring-iringan pengantin perempuan dari lantai empat ke lantai dua hanya dipenuhi oleh beberapa orang saja seperti dokter, perawat, tantenya Juli, sekuriti, saya dan teman-teman saya juga. Tapi ternyata di sepanjang jalan banyak keluarga pasien lain yang memenuhi koridor. Wah, Juli hari ini jadi artis.
Saya lebih kaget lagi saat sampai di lantai dua. Keluarga mempelai laki-laki, keluarga mempelai perempuan, teman-teman kedua mempelai, pengunjung rumah sakit, dan pegawai rumah sakit memenuhi area lantai dua. Bahkan ruangan Mappasikarawa yang hanya disiapkan untuk mempelai dan keluarganya juga akhirnya dipenuhi oleh buanyak orang. Saya yang seharusnya merekam acara malah tersingkir tersudut dikalahkan tubuh-tubuh yang jauh lebih besar. Hiks.
Tapi tersingkirnya saya itu akhirnya mempertemukan saya dengan kakak-kakak pegawai rumah sakit lainnya. Mulai dari staf manajemen, perawat, dokter, analis laboratorium, keuangan, sampai admisi juga ada. Suasananya heboh sekali. Walau menurut saya prosesinya jadi tidak khusuk dan syahdu tapi tetap seru.
Saya bahkan melihat seorang dokter menitikkan air mata haru. :’)
Kejutan selanjutnya adalah ternyata rumah sakit sudah mempersiapkan kado untuk pengantin. Eh, kapan belinya ini? Katanya kado itu dibeli setelah informasi pernikahan ini sampai ke manajemen tadi pagi. :’)
Sekitar pukul sepuluh pagi saya mengunjungi Juli di kamarnya. Saya mau tahu bagaimana rencana hari ini. Ternyata akad nikah betul-betul akan dilangsungkan hari itu! Jadi rencananya, akad nikah tetap diadakan di rumah mempelai perempuan (adat Bugis – Makassar menempatkan mempelai perempuan dan laki-laki terpisah), nanti sesi penandatanganan buku nikah dan kelengkapan administrasi juga Mappasikarawa yang akan dilaksanakan di rumah sakit.
Eh, rumah sakit? Di kamar itu? Saya melihat sekeliling, kamar itu tidak cukup layak untuk dijadikan saksi bisu pertemuan Juli dan suaminya nanti. Untung saat itu ada kak Tika, pegawai RS juga, yang sedang membesuk. Oleh kak Tika saya disarankan untuk menghadap ke manajemen rumah sakit untuk mengkonfirmasikan rencana ini. Dikhawatirkan, kalau pihak rumah sakit tidak tahu, rombongan pengantin laki-laki akan ditahan sekuriti karena dianggap bisa mengganggu kenyamanan pasien lain.
Saya tidak berharap banyak saat menghadap ke manajemen. Yang penting pak pengulu dan keluarga pengantin laki-laki bisa sampai ke kamar pengantin perempuan. Itu saja.
Di ruang Manajemen RS UH
“Kak, saya mau konfirmasi. Ada pasien dirawat di lantai 4 karena tipes + DBD. Seharusnya hari ini pasien itu menikah.”
Saya menjelaskan sedetail mungkin dan juga menginformasikan rencana kedatangan pengantin laki-laki. Saya tidak menduga pihak manajemen menanggapi ini dengan serius. Bahkan turut menyusun rencana acara juga. Saya lebih terkejut lagi saat manajemen mengatakan akan memfasilitasi acara itu dengan meminjamkan sebuah ruang pertemuan yang cukup luas di lantai dua. Tidak sampai di situ, kemudian datang kepala Security yang terlihat sangat semangat mengkoordinasikan timnya untuk menyambut, mengamankan, dan mengantar rombongan pengantin laki-laki hingga bertemu dengan pengantin perempuannya. :’)
Pegawai-pegawai yang tahu akan hal ini entah kenapa ikut semangat dan terharu juga. Mereka katanya akan ikut naik dan melihat pernikahan pertama di rumah sakit kami. Bahkan dokumentasi juga dipersiapkan. Seorang kakak malah harus pulang ke rumahnya untuk mengambil kamera yang biasa dipakai mengabadikan kegiatan-kegiatan di rumah sakit.
Saya benar-benar tidak menyangka, rumah sakit Unhas ini, tempat saya mengabdi ini bisa menanggapi persoalan ini dengan penuh antusias dan semangat. Saya sungguh terharu dan mencintai rumah sakit ini. :’)
Mappasikarawa, Suami Istri itu pun akhirnya dipertemukan
Tadinya saya pikir iring-iringan pengantin perempuan dari lantai empat ke lantai dua hanya dipenuhi oleh beberapa orang saja seperti dokter, perawat, tantenya Juli, sekuriti, saya dan teman-teman saya juga. Tapi ternyata di sepanjang jalan banyak keluarga pasien lain yang memenuhi koridor. Wah, Juli hari ini jadi artis.
Saya lebih kaget lagi saat sampai di lantai dua. Keluarga mempelai laki-laki, keluarga mempelai perempuan, teman-teman kedua mempelai, pengunjung rumah sakit, dan pegawai rumah sakit memenuhi area lantai dua. Bahkan ruangan Mappasikarawa yang hanya disiapkan untuk mempelai dan keluarganya juga akhirnya dipenuhi oleh buanyak orang. Saya yang seharusnya merekam acara malah tersingkir tersudut dikalahkan tubuh-tubuh yang jauh lebih besar. Hiks.
Tapi tersingkirnya saya itu akhirnya mempertemukan saya dengan kakak-kakak pegawai rumah sakit lainnya. Mulai dari staf manajemen, perawat, dokter, analis laboratorium, keuangan, sampai admisi juga ada. Suasananya heboh sekali. Walau menurut saya prosesinya jadi tidak khusuk dan syahdu tapi tetap seru.
Saya bahkan melihat seorang dokter menitikkan air mata haru. :’)
Kejutan selanjutnya adalah ternyata rumah sakit sudah mempersiapkan kado untuk pengantin. Eh, kapan belinya ini? Katanya kado itu dibeli setelah informasi pernikahan ini sampai ke manajemen tadi pagi. :’)
Spoiler for "Kesimpulan":
Begitulah pernikahan Juli siang tadi. Seru, lucu, unik, dan mengharukan. Momen ini akan kami kenang sampai akhir hayat. Dan insya Allah anak-anak Juli nanti akan mendengar cerita yang luar biasa dari orangtuanya.
Dan pelajaran buat calon-calon pengantin masa depan, baik yang sudah ada pasangannya ataupun masih belum, yang masih sedang usaha move on ataupun yang sering gonta-ganti, pokoknya sebelum menikah siapkan beberapa hari untuk memingit diri sendiri. Bukan masalah pamali atau masalah apa, tapi lebih ke masalah menjaga stamina tubuh.
Oh iya, terakhir sebagai perwakilan keluarga dan teman-teman Juli, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Unhas atas fasilitas lahir batinnya yang luar biasa. Semoga Allah membalas semua kebaikan itu. Semoga kedepanya RS Unhas makin baik, makin tulus melayani.
Dan untuk kedua mempelai, ini adalah awal yang menguji kesabaran, menguji cinta, dan menguji niat dalam berumah tangga. Semoga momen ini akan menjadi pondasi yang kuat untuk membangun istana cinta mempelai berdua. Semoga pernikahan ini diberi keberkahan. Juga semoga diberi anak-anak yang soleh dan solehah. Aamiinn.
Happy Wedding Juli dan Kak Amir! ^_^
Dan pelajaran buat calon-calon pengantin masa depan, baik yang sudah ada pasangannya ataupun masih belum, yang masih sedang usaha move on ataupun yang sering gonta-ganti, pokoknya sebelum menikah siapkan beberapa hari untuk memingit diri sendiri. Bukan masalah pamali atau masalah apa, tapi lebih ke masalah menjaga stamina tubuh.
Oh iya, terakhir sebagai perwakilan keluarga dan teman-teman Juli, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Unhas atas fasilitas lahir batinnya yang luar biasa. Semoga Allah membalas semua kebaikan itu. Semoga kedepanya RS Unhas makin baik, makin tulus melayani.
Dan untuk kedua mempelai, ini adalah awal yang menguji kesabaran, menguji cinta, dan menguji niat dalam berumah tangga. Semoga momen ini akan menjadi pondasi yang kuat untuk membangun istana cinta mempelai berdua. Semoga pernikahan ini diberi keberkahan. Juga semoga diberi anak-anak yang soleh dan solehah. Aamiinn.
Happy Wedding Juli dan Kak Amir! ^_^
NO PIC = HOAX
Spoiler for "Gambar":
Spoiler for "Gambar":
Spoiler for "Gambar":
Spoiler for "Pemeran Utamanya Gan":
Sumber : http://aineblume.wordpress.com/2013/...h-di-rs-unhas/
Bantu rate ya gan..biar g tenggelam
0
2.1K
Kutip
7
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan