- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dream of 10000m


TS
hafizanas16
Dream of 10000m
Misi gan.. nyoba nulis crita nih buat ngisi waktu galau
maap yah kalo masih ga karuan nulisnya 
Boleh lah minta rate plus komen. gak nolak juga es cendol sama kripik pedes
Tanpa melihat ke arahku, ia pun berkata dengan suara yang lirih, tapi jelas terdengar di telingaku.
“Aku ga tahu harus gimana lagi sama kamu. Pacar, bukan, temen, juga bukan. Sebenernya hubungan kita tu apa?”
Ia yang biasanya terlihat kuat dan periang, kali ini berbeda. Terlihat jelas air mata mengalir di pipinya. Tangannya yang terlihat lemah itu menyeka air mata yang seakan tak ada habisnya.
Aku yang berdiri di sisinya hanya terdiam. Apa maksud perkataannya itu? Apa ternyata selama ini dia juga menyukaiku? Apa mungkin seperti itu? Memang, ia pernah bilang bahwa aku adalah orang yang paling ia sukai. Namun, jelas bahwa ia hanya menyukaiku sebagai teman. Apa sekarang perasaannya sudah melebihi waktu itu?
Aku yang tak pernah berpikir panjang dalam bertindak, membalas perkataannya dengan bertannya...
“Terus, aku harus gimana?”
“...”
Tanpa menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulutku, ia pun berlari menjauh sambil tetap menyeka air matanya yang semakin deras mengalir.
Lagi, tanpa berpikir panjang, aku pun mengejarnya sekuat tenagaku. Berlari, terus berlari tanpa mempedulikan dirinya yang terlihat semakin jauh dariku.
Saat tangan ini akhirnya bisa meraih dirinya, kami terjatuh. Diriku dengan sendirinya memeluk tubuhnya, berusaha melindunginya agar tak merasakan sakitnya menghantam tanah. Entah mengapa, aku tak bisa melepaskan pelukan itu untuk beberapa saat. Semakin erat kupeluk dirinya. Tak sanggup membiarkannya menjauh dariku lagi.
Tanpa sadar, bibir ini pun menyentuh bibir lembutnya. Apa?! Kenapa?! Kenapa aku menciumnya? Bukankah ini hanya akan membuatnya marah? Perlahan, aku sedikit menjauhkan mukaku darinya. Tak terlihat adanya kemarahan dari wajahnya.
Kami terdiam beberapa saat. Tak tahan dengan semua ini, aku pun mengucapkannya dengan keras.
“Aku juga sebenernya udah lama suka sama kamu!”
Aku pun terbangun dari tidurku. Mimpi apa aku semalam? Kenapa mimpiku seperti itu?
Meskipun masih capek sepulang dari Bali hari Senin kemarin, aku memaksa tubuh ini untuk beranjak dari tempat tidur di dalam kamarku yang berantakan. Kamarku lebih terlihat seperti gudang daripada kamar seorang siswa SMA. Banyak buku, gadget, beberapa kerjaan paper model, dan barang lain yang tak terpakai berserakan di dalam kamarku. Aku memang tak pernah merapikan kamarku. Sekali kamarku dirapikan oleh nenekku atau orang lain, aku selalu kebingungan mencari benda yang aku butuhkan karena tak ada pada tempat aku menaruhnya.
Dengan langkah seperti orang mabuk dan mata yang masih sedikit mengantuk, aku menuju kamar mandi, bersiap untuk ke sekolah.
Semester kedua di kelas XI memang telah berakhir. Beberapa hari yang lalu, sekolah juga baru saja mengadakan studi pengenalan kampus di salah satu universitas di Yogyakarta yang dilanjutkan dengan wisata budaya ke Bali. Walaupun kelelahan sepulang dari Bali, aku tetap saja datang ke sekolah. Aku yang maniak download ini tak bisa membiarkan layanan internet gratis di sekolah tak termanfaatkan. Namun, di atas semua itu, aku hanya ingin melihatnya. Ya, dia yang semalam hadir dalam tidurku.
Kelasku pagi itu masih sepi. Untuk hari ini dan beberapa hari ke depan, hanya akan ada kegiatan class meeting di sekolah hingga hari pembagian rapor kenaikan kelas tiba. Aku pun duduk di tempat favoritku di mana tempat itu paling dekat dengan stop kontak. Tas ransel hitam itu aku buka. Aku keluarkan laptop kesayangan, menyalakannya, dan mulailah aku jalankan antrian download seperti biasa.
Sambil menunggu download selesai, pikiranku pun melayang ke mimpi semalam lagi. Dalam hati aku bertanya, apa diam-diam ia menyukaiku lebih dari seorang teman saja? Ataukah ada maksud lain dari mimpi itu? Terlebih lagi, aku bahkan tak pernah berpikir untuk mengatakan hal seperti itu kepadanya. Ah, sudahlah, anggap saja mimpi semalam itu hanyalah bunga tidur saja.
Pada akhirnya, sepanjang hari di sekolah, aku tetap saja melamun memikirkan mimpi itu. Terus, terus mimikirkannya. Terlebih saat aku sadar bahwa hari ini ia tak datang ke sekolah. Pantas saja aku tak melihat ataupun mendengar suaranya sejak pagi tadi.
Dalam hati aku bertanya pada diriku sendiri. Apa aku memang menyukainya? Menyukainya lebih dari seorang teman?
(next)


Boleh lah minta rate plus komen. gak nolak juga es cendol sama kripik pedes

Spoiler for chapter 0:
Quote:
Seluruh karakter dan peristiwa yang terjadi sepenuhnya merupakan hasil kerja dari karangan fiksi. Apabila terdapat kesamaan dengan keadaan sebenarnya baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yaaah maap ya....

Chapter 0
Tanpa melihat ke arahku, ia pun berkata dengan suara yang lirih, tapi jelas terdengar di telingaku.
“Aku ga tahu harus gimana lagi sama kamu. Pacar, bukan, temen, juga bukan. Sebenernya hubungan kita tu apa?”
Ia yang biasanya terlihat kuat dan periang, kali ini berbeda. Terlihat jelas air mata mengalir di pipinya. Tangannya yang terlihat lemah itu menyeka air mata yang seakan tak ada habisnya.
Aku yang berdiri di sisinya hanya terdiam. Apa maksud perkataannya itu? Apa ternyata selama ini dia juga menyukaiku? Apa mungkin seperti itu? Memang, ia pernah bilang bahwa aku adalah orang yang paling ia sukai. Namun, jelas bahwa ia hanya menyukaiku sebagai teman. Apa sekarang perasaannya sudah melebihi waktu itu?
Aku yang tak pernah berpikir panjang dalam bertindak, membalas perkataannya dengan bertannya...
“Terus, aku harus gimana?”
“...”
Tanpa menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulutku, ia pun berlari menjauh sambil tetap menyeka air matanya yang semakin deras mengalir.
Lagi, tanpa berpikir panjang, aku pun mengejarnya sekuat tenagaku. Berlari, terus berlari tanpa mempedulikan dirinya yang terlihat semakin jauh dariku.
Saat tangan ini akhirnya bisa meraih dirinya, kami terjatuh. Diriku dengan sendirinya memeluk tubuhnya, berusaha melindunginya agar tak merasakan sakitnya menghantam tanah. Entah mengapa, aku tak bisa melepaskan pelukan itu untuk beberapa saat. Semakin erat kupeluk dirinya. Tak sanggup membiarkannya menjauh dariku lagi.
Tanpa sadar, bibir ini pun menyentuh bibir lembutnya. Apa?! Kenapa?! Kenapa aku menciumnya? Bukankah ini hanya akan membuatnya marah? Perlahan, aku sedikit menjauhkan mukaku darinya. Tak terlihat adanya kemarahan dari wajahnya.
Kami terdiam beberapa saat. Tak tahan dengan semua ini, aku pun mengucapkannya dengan keras.
“Aku juga sebenernya udah lama suka sama kamu!”
***
Aku pun terbangun dari tidurku. Mimpi apa aku semalam? Kenapa mimpiku seperti itu?
Meskipun masih capek sepulang dari Bali hari Senin kemarin, aku memaksa tubuh ini untuk beranjak dari tempat tidur di dalam kamarku yang berantakan. Kamarku lebih terlihat seperti gudang daripada kamar seorang siswa SMA. Banyak buku, gadget, beberapa kerjaan paper model, dan barang lain yang tak terpakai berserakan di dalam kamarku. Aku memang tak pernah merapikan kamarku. Sekali kamarku dirapikan oleh nenekku atau orang lain, aku selalu kebingungan mencari benda yang aku butuhkan karena tak ada pada tempat aku menaruhnya.
Dengan langkah seperti orang mabuk dan mata yang masih sedikit mengantuk, aku menuju kamar mandi, bersiap untuk ke sekolah.
Semester kedua di kelas XI memang telah berakhir. Beberapa hari yang lalu, sekolah juga baru saja mengadakan studi pengenalan kampus di salah satu universitas di Yogyakarta yang dilanjutkan dengan wisata budaya ke Bali. Walaupun kelelahan sepulang dari Bali, aku tetap saja datang ke sekolah. Aku yang maniak download ini tak bisa membiarkan layanan internet gratis di sekolah tak termanfaatkan. Namun, di atas semua itu, aku hanya ingin melihatnya. Ya, dia yang semalam hadir dalam tidurku.
Kelasku pagi itu masih sepi. Untuk hari ini dan beberapa hari ke depan, hanya akan ada kegiatan class meeting di sekolah hingga hari pembagian rapor kenaikan kelas tiba. Aku pun duduk di tempat favoritku di mana tempat itu paling dekat dengan stop kontak. Tas ransel hitam itu aku buka. Aku keluarkan laptop kesayangan, menyalakannya, dan mulailah aku jalankan antrian download seperti biasa.
Sambil menunggu download selesai, pikiranku pun melayang ke mimpi semalam lagi. Dalam hati aku bertanya, apa diam-diam ia menyukaiku lebih dari seorang teman saja? Ataukah ada maksud lain dari mimpi itu? Terlebih lagi, aku bahkan tak pernah berpikir untuk mengatakan hal seperti itu kepadanya. Ah, sudahlah, anggap saja mimpi semalam itu hanyalah bunga tidur saja.
Pada akhirnya, sepanjang hari di sekolah, aku tetap saja melamun memikirkan mimpi itu. Terus, terus mimikirkannya. Terlebih saat aku sadar bahwa hari ini ia tak datang ke sekolah. Pantas saja aku tak melihat ataupun mendengar suaranya sejak pagi tadi.
Dalam hati aku bertanya pada diriku sendiri. Apa aku memang menyukainya? Menyukainya lebih dari seorang teman?
(next)
Spoiler for daftar chapter:
Diubah oleh hafizanas16 01-10-2013 09:38


anasabila memberi reputasi
1
1.1K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan