- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Sok Kaya] Gaya Hidup Jadi Faktor Pelajar Menjadi PSK


TS
kortikal
[Sok Kaya] Gaya Hidup Jadi Faktor Pelajar Menjadi PSK
Javanews.co, Bandung – Fantastisnya jumlah PSK di tingkat anak usia sekolah, disebabkan oleh beberapa faktor dalam kehidupan para PSK tersebut. Selain masalah pribadi, biasanya para pelajar yang menjadi PSK menjadi korban gaya hidup.
Faktor gaya hidup juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap pramuriaan anak.
” Jadi anak-anak kita itu hanya untuk bisa misalnya nongrong di kafe, nongkrong di tempat jajan elite, itu “mau”,” kata Wakil Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Yeni Huriyani usai acara seminar nasional psikologi di Aula Unisba, Rabu (4/9).
Bahkan dalam kasus yang ditangani P2TP2A , rudapaksaan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak itu ternyata diming-imingnya duit 5rb,10rb. Mereka mau. Karena rudapaksaan itu dilakukan berulang-ulang, bukan sekali.
” Nah rudapaksaan yang dilakukan berulang-ulang dengan diiming-imingi uang 5rb, 10rb, itu karena anak ingin jajan di Alfamart, Indomart. Dia ga jajan, uang jajannya cuma 2 rb dari orang tua, ga cukup,” jelasnya
Yeni menyebut terjadinya pramuriaan anak disebabkan karena adanya jaringan dan lebih parahnya lagi germonya itu tak lain adalah temannya sendiri yang menghubunginya melalui Blackberry (bbm,red)
“Teknologi semakin mempermudah. Teknologi kemudian menjadi pisau bermata dua, di satu sisi dia akan membuat orang cerdas, aware, hi tech, namun disisi lain dia juga akan menjerumuskan,” katanya
Jadi memang orang tua lanjut dia,harus sadar teknologi.
Untuk itu hal ini harus menjadi pehatian bagi sekolah-sekolah, terutama SMP dan SMA, Karena memang usian remaja berada dalam situsi yang krisis disitu.
” Mereka kan usia peralihan ya, dari anak-anak menjadi remaja. Nah kalo mereka salah berteman, salah informasi, ini akan menjadi persoalan,” ucapnya
Namun disisi lain, pihaknya juga menyimpan keprihatinan, sebab pihak sekolah juga seringkali menutup mata, takut sekolahnya tercemar, aib dan sebagainya.
” Saya sangat prihatin, ketika kasus korban rudapaksaan misalnya, anak tidak bisa lagi diterima disekolahnya, kemudian kita tarik ke sekolah lain untuk penggantinya, sekolah lain juga ketakutan. Tapi ini kesulitan kita. Ini faktanya,” katanya
Untuk itu dia berharap peran serta seluruh masyarakat agar masalah ini tidak meluas lebih jauh.
“Nah makanya pihak sekolah, pihak masyarakat, LSM, Pemerintah harus hand by hand bisa menangani setiap persoalan yang ada di masyarakat sekecil apapun dengan benar,” pungkasnya.(Dir/rief)sumber
Pantes pada sdh pada bisa beli Iphone, Ipad

Faktor gaya hidup juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap pramuriaan anak.
” Jadi anak-anak kita itu hanya untuk bisa misalnya nongrong di kafe, nongkrong di tempat jajan elite, itu “mau”,” kata Wakil Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Yeni Huriyani usai acara seminar nasional psikologi di Aula Unisba, Rabu (4/9).
Bahkan dalam kasus yang ditangani P2TP2A , rudapaksaan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak itu ternyata diming-imingnya duit 5rb,10rb. Mereka mau. Karena rudapaksaan itu dilakukan berulang-ulang, bukan sekali.
” Nah rudapaksaan yang dilakukan berulang-ulang dengan diiming-imingi uang 5rb, 10rb, itu karena anak ingin jajan di Alfamart, Indomart. Dia ga jajan, uang jajannya cuma 2 rb dari orang tua, ga cukup,” jelasnya
Yeni menyebut terjadinya pramuriaan anak disebabkan karena adanya jaringan dan lebih parahnya lagi germonya itu tak lain adalah temannya sendiri yang menghubunginya melalui Blackberry (bbm,red)
“Teknologi semakin mempermudah. Teknologi kemudian menjadi pisau bermata dua, di satu sisi dia akan membuat orang cerdas, aware, hi tech, namun disisi lain dia juga akan menjerumuskan,” katanya
Jadi memang orang tua lanjut dia,harus sadar teknologi.
Untuk itu hal ini harus menjadi pehatian bagi sekolah-sekolah, terutama SMP dan SMA, Karena memang usian remaja berada dalam situsi yang krisis disitu.
” Mereka kan usia peralihan ya, dari anak-anak menjadi remaja. Nah kalo mereka salah berteman, salah informasi, ini akan menjadi persoalan,” ucapnya
Namun disisi lain, pihaknya juga menyimpan keprihatinan, sebab pihak sekolah juga seringkali menutup mata, takut sekolahnya tercemar, aib dan sebagainya.
” Saya sangat prihatin, ketika kasus korban rudapaksaan misalnya, anak tidak bisa lagi diterima disekolahnya, kemudian kita tarik ke sekolah lain untuk penggantinya, sekolah lain juga ketakutan. Tapi ini kesulitan kita. Ini faktanya,” katanya
Untuk itu dia berharap peran serta seluruh masyarakat agar masalah ini tidak meluas lebih jauh.
“Nah makanya pihak sekolah, pihak masyarakat, LSM, Pemerintah harus hand by hand bisa menangani setiap persoalan yang ada di masyarakat sekecil apapun dengan benar,” pungkasnya.(Dir/rief)sumber
Pantes pada sdh pada bisa beli Iphone, Ipad


0
2.2K
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan