- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sekelumit Sejarah "Kapitan Jonker"


TS
prassiran
Sekelumit Sejarah "Kapitan Jonker"
Malam gan...
Quote:
Permisi agan dan aganwati, sesuai dengan judul ane disini cuma mau share sedikit soal sejarah Kapitan Jonker. Mungkin memang nama ini asing di telinga kita ya gan, tapi kalau kita ke daerah Marunda, mungkin agan/aganwati bisa dengar nama ini. Soalnya di Jln. PPL Marunda, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, itu dia letak makam dari Kapian Jonker ini. Bahkan makam ini menambah daftar bangunan bersejarah yang dilindungi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tapi kondisi makam yang usang itu buat kesan angker menyelimuti kawasan makam Kapitan Jonker. Sudah itu gan, orang yang melintas di lokasi makam itu lari terbirit-birit karena nuansa angker dan bangunannya yang sudah tua itu bisa membuat bulu kuduk berdiri. Karena itu disini ane coba share sekelumit sejarah Kapitan Jonker ini...
Sebelumnya semoga thread saya ini tidak

dan maaf buat capek bacanya karena panjang.....


Makam Kapitan Jonker
Spoiler for Who is Kapitan Jonker??:

Nisan Makam Kapitan Jonker/Yonker
Kapitan Jonker
Kapitan Jonker adalah nama seorang pemimpin kelompok pasukan Maluku yang mengabdi kepada VOC. Ia terlibat dalam banyak pertempuran untuk membantu menegakkan kekuasaan VOC di Indonesia. Di akhir hayatnya, ia dikenai tuduhan berbuat makar dan tewas ketika kediamannya diserbu pada tahun 1689.
Jonker berasal dari keluarga bangsawan Muslim di Maluku. Nama Jonker sendiri diperkirakan bukan nama asli, melainkan padanan gelar tamaela yang biasa digunakan di Ambon pada zaman itu. Namanya tertulis dalam sebuah akte tahun 1664 sebagai JonckerJouwa de Manipa, menunjukkan kemungkinan bahwa ia berasal dari Pulau Manipa, Seram Barat. Awalnya ia berjuang keras melawan kekuasaan VOC. Perlawanan tersebut diperkirakan terjadi antara tahun 1634 - 1643, yaitu pada Perang Hitu II atau disebut juga Perang Wawane. Akan tetapi ia kalah, dan pasukan perlawanannya serta pasukan Raja Tahalele dari Pulau Boano menjadi tawanan VOC.
Spoiler for Kapitan Jonker dan Aru Palaka:
Kapitan Jonker dan Aru Palaka
Kapitan Jonker dan Aru Palaka adalah orang-orang yang turut memperkuat pasukan Belanda. Pasukan yang mereka pimpin sewaktu di Minangkabau cukup membuat repot karena keberanian dan keahlian berperangnya. Meskipun Kapitan Jonker dan Aru Palaka ini berperang untuk pasukan Belanda namun kehebatan mereka dalam berperang patut mendapat catatan tersendiri. Akhir hidup dari Kapitan Jonker ini sebagai pendukung Belanda yang setia dan banyak jasanya cukup mengenaskan, dikhianati oleh bangsa Belanda yang dibela dengan nyawa. Sbaik Alibasya masih lebih beruntung yang hanya di istirahatkan dengan mewah di Bengkulu.
Sekitar tahun 1654, ia berada dalam pengawasan Arnold de Vlamingh van Oudtshoorn, dan termasuk dalam bagian dari pasukan pimpinan Kapitan Raja Tahalele yang ditempatkan di Batavia. Saat itu ia menjadi wakil Raja Tahalele, dan kemungkinan mulai menggunakan gelar raja muda, yang dipadankan menjadi Jonker dalam bahasa Belanda. Saat memimpin pasukan Maluku dalam pertempuran VOC di Srilangka, Raja Tahalele mengalami luka parah. Jonker diangkat menjadi pemimpin penggantinya, dan sejak saat itulah gelar kapitan mulai disandangnya. Setelah pertempuran tersebut, ia memimpin pasukan Maluku yang bermarkas di Batavia.
Kapitan Jonker terlibat di berbagai medan perang lainnya dalam membantu VOC, antara lain di Timor, pantai barat Sumatera, Sulawesi, pantai timur Jawa, Palembang dan Banten. Dalam salah satu pertempuran terakhirnya yang berlangsung selama tujuh tahun (1675 - 1682) melawan Trunojoyo, ia bahkan memimpin pasukan besar yang tidak saja terdiri dari orang-orang Maluku, melainkan juga orang-orang Makassar, Bugis, dan Mardijkers. Atas jasa-jasanya, ia mendapatkan suatu wilayah di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Sampai akhir tahun 1960-an, wilayah tersebut masih dikenal masyarakat dengan sebutan Pejongkeran
Spoiler for Perang Di Minangkabau:
Perang di Minangkabau
Jacob Gruys pada bulan April 1666 dengan 200 pasukan Belanda dan pasukan-pasukan pembantunya menyerang kota Pauh untuk memadamkan pemberontakan rakyat. Serangan itu berakhir tragis bagi Belanda, hanya 70 serdadu yang kembali hidup-hidup, Jacob Gruys sendiri juga tewas, begitu pula 2 kapten dan 5 letnan.
Kekalahan tragis Jacob Gruys ini membuat Belanda kehilangan muka dan orang-orang Minang mulai memandang rendah Belanda serta melanggar kesepakatan dagang yang telah dibuat. Keadaan ini harus segera diatasi, maka pada bulan Agustus 1666 diberangkatkan dari Batavia 300 serdadu Belanda, 130 serdadu Bugis dibawah Aru Palaka dan 100 serdadu Ambon dibawah Kapitan Jonker dibawah pimpinan Abraham Verspreet dengan gelar Komandan dan Komisaris.
Kepada Verspreet ditegaskan bahwa dalam setiap formasi tempur, pasukan Bugis pimpinan Aru Palaka dan pasukan Ambon pimpinan Kapitan Jonker harus selalu berada didepan pasukan Belanda supaya korban dari pihak Belanda bisa dikurangi. Setelah konsilidasi di Padang, pasukan Belanda mendapat tambahan sekitar 500 orang dari kota Padang yang ternyata dalam peperangan nanti tidak banyak membantu tetapi cukup gesit dalam melakukan penjarahan setelah peperangan selesai.
Dalam peperangan pertama, korban dipihak Belanda adalah 10 orang tewas dan 20 luka-luka termasuk Aru Palaka dan Kapten Yonker yang terkena 3 buah tusukan tombak. Pasukan Aru Palaka dan Kapitan Jonker ini sering kali terpisah dengan pasukan induk disetiap peperangan karena begitu sibuk membantai (biasanya dengan memenggal kepala) dan sulit diperintah untuk tetap dalam barisan.
Kota Ulakan dapat diduduki pada tanggal 28 September dan Aru Palaka mendapat gelar Raja Ulakan. Pada tanggal 30 September, pasukan Belanda sampai di Pariaman, disini Kapitan Jonker diangkat sebagai Panglima (rakyat setempat menamakannya Raja Ambon) dan harus diberikan upeti. Tanggal 3 November, ekspedisi itu kembali ke Batavia dengan kemenangan. Aru Palaka dan Kapitan Jonker mendapat banyak hadiah dalam bentuk pakaian dan emas serta masing-masing mendapat 20 rijksdaalden untuk setiap tawanan yang dibawa dari Minangkabau.
Spoiler for Kapitan Jonker dan Pasukan Ambon:
Kapitan Jonker dan Pasukan Ambon
Kapitan Jonker dengan pasukan Ambonnya adalah kesatuan yang terdiri dari orang-orang Ambon, tetapi jangan membayangkan sebuah pasukan yang berseragam dan berbaris menyandang senapan. Mereka adalah sebuah kelompok yang tanpa seragam dan tanpa kemampuan baris-berbaris ataupun disiplin seperti pasukan profesional modern. Bersenjata senapan saja mereka tidak, satu-satunya senjata yang mereka pakai adalah kelewang dan beberapa memakai perisai. Pasukan ini hanya tunduk kepada perintah satu orang saja yaitu Kapitan Jonker atau dikenal juga sebagai Kapten Ambon.
Dalam keadaan normal, pasukan ini adalah orang-orang yang baik hati dan menaruh hormat pada orang lain, tetapi bila saat gelap mata lebih baik segera menjauh dari mereka. Saat bertempur mereka laksana harimau kelaparan, tidak takut mati, mata merah, berteriak-teriak dan tidak pandang bulu, siapapun pasti dipenggal.
Di Batavia, pasukan ini ditempatkan di Kampung Ambon, daerah Jatinegara sedangkan Kapitan Jonker sebagai pemimpin pasukan Ambon ini memiliki rumah yang cukup bagus dan tanah yang luas di Marunda dekat Cilincing, didaerah Penjonkeran. Entah darimana ia mendapatkan julukan Kapten Yonker, tidak pernah tercatat dalam sejarah. Kapten lahir dipulau Manipa, Seram Bagian Barat dan meninggal di Batavia tahun 1689 saat Kapitan Jonker berusia 50 tahun.

Kapitan Jonker adalah anak emas Jenderal Cornelis Speelman dan karirnya mulai mudar sesudah meninggalnya Speelman. Berkat jasanya yang besar pada Belanda, Kapitan Jonker menerima rantai kalung emas sebagai medali seharga 300 rijksdaalden. Gajinya pun cukup besar pada pada tanggal 1 Januari 1665 diangkat sebagai kepala orang-orang Ambon di Batavia.
Pengalaman perang Kapitan Jonker cukup banyak, ia pernah dikirim oleh Belanda ke India dan Sailan, dimana tangan kirinya lumpuh karena tertembak. Kapitan Jonker juga dikirim ke Sumatera Barat tahun 1666 dibawah pimpinan Verspreet dan Poolman. Kemudian dikirim lagi ke Makasar, Ternate, Banda dan Ambon serta Jawa Timur. Pasukan Ambonnya juga pernah menjadi pengawal pribadi Susuhunan Mataram. Kapitan Jonker berserta pasukan Ambonnya lah yang berjasa menangkap Trunojoyo. Pada tahun 1681, Kapitan Jonker dikirim ke Palembang dan Jambi segera disusul untuk melawan Sultan Abdul Fatah dari Banten tahun 1682 - 1683.
Spoiler for Akhir Tragis Kapitan Jonker:
Akhir Tragis Kapitan Jonker
Menjelang tahun 1689, Kapitan Jonker dituduh ingin menggulingkan kekuasaan Belanda di Batavia dan terbunuh saat hendak ditangkap untuk diadili. Menurut pengarang Belanda, Van der Chijs yang menulis sebuah buku khusus yang didedikasikannya pada Kapitan Jonker, banyak perwira Belanda tidak menyukai tentara pribumi yang mendapat tempat istimewa dan penghargaan tinggi karena keberaniannya dimedan tempur. Isaac de Saint Martin adalah seorang perwira Belanda yang sangat dengki dan iri hati akan kehebatan Kapitan Jonker ini, setelah Speelman meninggal maka tidak ada lagi orang Belanda yang membela Kapitan Jonker.
Kapitan Jonker beserta pasukannya mengamuk di Batavia pada bulan Agustus 1689 karena merasa dikhianati, dihina dan bercampur aduk perasaan kecewa terhadap perlakuan orang-orang Belanda. Kapten Yonker dituduh ingin membunuh semua orang-orang Belanda di Batavia. Ini adalah tuduhan yang paling berat di Batavia kala itu yang sekaligus berarti hukuman mati. Sebuah tuduhan yang tidak masuk akal karena kedudukan Belanda di Batavia saat itu telah cukup kokoh namun apapun dilakukan untuk sekedar legitimasi dalam menyingkirkan Kapitan Jonker ini.
Kapitan Jonker dan pasukannya bukan pertama kali mengamuk di Batavia, demikian seringnya ia mengamuk sehingga ketika melihat pasukan Belanda datang, Kapitan Jonker mengira pasukan itu datang untuk menenangkan pasukan Ambonnya seperti biasa sebelumnya. Hanya kali ini, Kapitan Jonker tidak tahu bahwa Penjongeran telah dikepung dari tiga jurusan oleh pasukan-pasukan Belanda termasuk kesatuan yang mendarat dari laut. Malah Kapitan Jonker ini sempat bersendau gurau dengan pasukan Belanda yang datang itu sebelum tiba-tiba ditembak.
Setelah Kapitan Jonker tewas, Pasukan Ambonnya yang berjumlah 130 orang, dibantai Belanda dan mayatnya dicincang. Mereka yang melarikan diri, terus dikejar oleh pasukan Belanda untuk dimusnahkan karena hadiah yang besar yang ditawarkan pemerintah Belanda bagi siapa saja yang dapat membunuh bekas pengikut Kapitan Jonker.
Kepala Kapitan Jonker ini kemudian dipamerkan dipinggir jalan didaerah kota (Nieupoort). Semua keluarga terdekatnya dan anak-anak Kapitan Jonker (kecuali anaknya yang terkecil dibuang ke Sailan dan Afrika. Juru tulis dan pembantu Kapitan Jonker pun termasuk orang-orang yang ikut dibuang oleh Belanda. Semua harta benda, tanah dan rumahnya disita dan dibagikan pada pasukan Belanda yang berjasa membunuhnya.
Sumber
Quote:
Nah itu dia agan dan aganwati itu dia sekelumit sejarah Kapitan Jonker...
Semoga bermanfaat dan bisa sedikit menambah pengetahuan....
Diminta bantuannya juga untuk

Yang udah iso bisa lah sedikit berbagi
Oh ya, jangan lupa komengnya gan
Semoga bermanfaat dan bisa sedikit menambah pengetahuan....
Diminta bantuannya juga untuk


Yang udah iso bisa lah sedikit berbagi


Oh ya, jangan lupa komengnya gan
Spoiler for thread ane yang lain:
0
11.2K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan