- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PESONA TANAH KARO


TS
thomyemoekty
PESONA TANAH KARO
Dulu mungkin banyak dari kita yang hanya mengenal tempat-tempat di Indonesia melalui permainan anak. Seperti saya yang mengenal nama “Berastagi” dan “Danau Toba” dari permainan monopoli. Dalam permainan tersebut kotak Berastagi dan Danau Toba termasuk yang paling mahal, entah apa maksud penciptanya. Mungkin saja karena lokasi-lokasi tersebut memiliki keindahan alam yang elok. Atau mungkin pencipta monopoli nasional adalah orang Batak? Hehehe. Yang jelas, saya setuju kalau dibilang Sumatera Utara memiliki keindahan dan kekayaan alam yang luar biasa.

Gunung Sinabung terlihat dari Bukit Gundaling
Sayangnya, kekayaan alam ini pun terancam oleh kerakusan manusia. Danau Toba dengan permasalahan penebangan hutan dan pendangkalan sungai, misalnya. Bukit Lawang dengan makin menghilangnya orangutan. Tangkahan juga bermasalah dengan penebangan hutan liar hingga gajah-gajah diturunkan sebagai patroli hutan. Semuanya mengancam keindahan Sumatera Utara yang layaknya dilestarikan oleh kita semua.
Lokasi wisata yang biasanya dikunjungi turis adalah Bukit Gundaling, karena dari bukit ini pemandangan Gunung Sibayak dan Sinabung terlihat jelas. Dari sini pula , biasanya para pendaki bersiap untuk naik kedua gunung tersebut.
Pemandangan Air Terjun Sipiso-piso dari gardu pandang luar biasa indah. Sebuah air terjun ramping setinggi 120 meter. Air terjun ini tercipta dari sebuah sungai bawah tanah dan jatuh ke Danau Toba.

Indahnya Air Terjun Sipiso-piso
Tak puas rasanya kami mengambil gambar. Di sana sini wisatawan domestik juga sibuk berfoto. Sayangnya, di gardu pandang ini, para wisatawan sangat tidak sadar lingkungan. Botol dan gelas plastik bekas air mineral bertebaran di mana-mana, begitu juga dengan kota nasi dan plastik bungkus makanan ringan.
Perjalanan Merek ke Pematang Siantar ditempuh dalam waktu 3 jam, melewati Seribu Dolok, Tiga Runggu, dan Pane Tongah. Perut sudah terkocok-kocok rasanya. Sampai di Pematang Siantar perjalanan belum berakhir. Kami harus mencari angkutan lagi untuk membawa kami ke Parapat – kota kecil di pinggir Danau Toba.
Jarak antara Pematang Siantar ke Parapat adalah sekitar 48 km. Pemandangan di perjalanan sangat indah, terutama mendekati Danau Toba. Sayang, saat itu hari sudah gelap. Danau yang megah terlihat kelam.

Pemandangan Danau Toba bisa dinikmati dari berbagai sudut
Danau Toba terbentuk akibat letusan vulkanik puluhan ribu tahun silam. Menurut beberapa sumber, danau ini hampir sama luasnya dengan Singapura. Danau Toba pernah mencapai zaman keemasan sebagai lokasi wisata paling populer di Sumatera Utara.
Saat ini, walaupun Danau Toba masih banyak menarik minat wisatawan, sayangnya wilayah ini mengalami banyak kerusakan lingkungan. Penebangan hutan liar menjadi momok yang membuat sungai-sungai di sekitar danau mengalami pendangkalan. Selain itu, ada juga permasalahan dengan pabrik-pabrik yang berada di kawasan tersebut. Baru-baru ini beberapa tokoh penerima penghargaan lingkungan mengambalikan piagam yang pernah mereka terima karena pemerintah dianggap tidak serius memperbaiki lingkungan di kawasan Toba.
Samosir tidak pernah membosankan. Salah satu spot favorit kami adalah sebuah padang rumput luas di persimpangan jalan menuju ke Ambarita. Dari sini terlihat sebuah air terjun kecil tinggi di kejauhan. Anda penyuka sejarah dan budaya? Di pulau ini ada Desa Batak Simanindo yang wajib dikunjungi. Di Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir, ada sebuah pemandian air panas (Aek Rangat) yang juga banyak dikunjungi wisatawan, baik mancanegara maupun domestik. Selain itu, tentu saja pesona Danau Toba yang tak lekang oleh masa.
Dua hari di Tuktuk, kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Lawang melalui Medan. Perjalanan menuju Medan kami tempuh dengan bus besar, jauh lebih nyaman daripada mobil-mobil L-300. Dari Medan, kami menumpang bus ke Bukit Lawang, pintu gerbang menuju ke Taman Nasional Gunung Leuser. Akses menuju ke Bukit Lawang saat itu masi cukup buruk dengan jalanan yang rusak. Di kanan kiri terlihat perkebunan kelapa sawit. “Semoga saja perkebunan sawit itu bisa menyejahterakan masyarakat sekitar tanpa merusak lingkungan,” pikir saya.

Orangutan liar di Bukit Lawang
Bukit Lawang rusak akibat banjir besar pada tahun 2004. Daerah ini memang rawan penebangan hutan liar. Ketika melewati beberapa sungai saya melihat rakit-rakit mengangkut kayu gelondongan, entah legal atau ilegal, saya tidak tahu.
Tujuan utama wisatawan datang kemari adalah melihat orangutan di habitatnya secara langsung. Hanya dengan hiking menembus hutan selama beberapa jam, saya bisa melihat orangutan yang bergelayutan di pohon. Selain, Gunung Leuser, Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan adalah satu-satunya lokasi lain di mana orangutan masih hidup di alamnya. Satu lagi PR untuk pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan hewan asli Indonesia ini.
Bukit Lawang merupakan penutup jelajah Sumatera Utara kami. Sebuah wilayah yang sangat luas, dengan kekayaan alam tak terhingga. Keindahannya pun tidak dapat disangkal. Pariwisata Sumatera Utara akan jauh lebih baik dengan perbaikan infrastruktur terutama transportasi, pelestarian lingkungan, serta pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Gan maaf kalo repost ya.
kalo berkenan gan

tapi jangan dibata hahaha
[URL=" Pengelana kehidupan. Suka melancong dan menulis. Travel blogger. Pemilik: [url=http://www.backpackology.me.]www.backpackology.me.[/url]"] Pengelana kehidupan. Suka melancong dan menulis. Travel blogger. Pemilik: [url=http://www.backpackology.me.[/URL]
]www.backpackology.me.[/URL]
[/url]

Gunung Sinabung terlihat dari Bukit Gundaling
Sayangnya, kekayaan alam ini pun terancam oleh kerakusan manusia. Danau Toba dengan permasalahan penebangan hutan dan pendangkalan sungai, misalnya. Bukit Lawang dengan makin menghilangnya orangutan. Tangkahan juga bermasalah dengan penebangan hutan liar hingga gajah-gajah diturunkan sebagai patroli hutan. Semuanya mengancam keindahan Sumatera Utara yang layaknya dilestarikan oleh kita semua.
Lokasi wisata yang biasanya dikunjungi turis adalah Bukit Gundaling, karena dari bukit ini pemandangan Gunung Sibayak dan Sinabung terlihat jelas. Dari sini pula , biasanya para pendaki bersiap untuk naik kedua gunung tersebut.
Pemandangan Air Terjun Sipiso-piso dari gardu pandang luar biasa indah. Sebuah air terjun ramping setinggi 120 meter. Air terjun ini tercipta dari sebuah sungai bawah tanah dan jatuh ke Danau Toba.

Indahnya Air Terjun Sipiso-piso
Tak puas rasanya kami mengambil gambar. Di sana sini wisatawan domestik juga sibuk berfoto. Sayangnya, di gardu pandang ini, para wisatawan sangat tidak sadar lingkungan. Botol dan gelas plastik bekas air mineral bertebaran di mana-mana, begitu juga dengan kota nasi dan plastik bungkus makanan ringan.
Perjalanan Merek ke Pematang Siantar ditempuh dalam waktu 3 jam, melewati Seribu Dolok, Tiga Runggu, dan Pane Tongah. Perut sudah terkocok-kocok rasanya. Sampai di Pematang Siantar perjalanan belum berakhir. Kami harus mencari angkutan lagi untuk membawa kami ke Parapat – kota kecil di pinggir Danau Toba.
Jarak antara Pematang Siantar ke Parapat adalah sekitar 48 km. Pemandangan di perjalanan sangat indah, terutama mendekati Danau Toba. Sayang, saat itu hari sudah gelap. Danau yang megah terlihat kelam.

Pemandangan Danau Toba bisa dinikmati dari berbagai sudut
Danau Toba terbentuk akibat letusan vulkanik puluhan ribu tahun silam. Menurut beberapa sumber, danau ini hampir sama luasnya dengan Singapura. Danau Toba pernah mencapai zaman keemasan sebagai lokasi wisata paling populer di Sumatera Utara.
Saat ini, walaupun Danau Toba masih banyak menarik minat wisatawan, sayangnya wilayah ini mengalami banyak kerusakan lingkungan. Penebangan hutan liar menjadi momok yang membuat sungai-sungai di sekitar danau mengalami pendangkalan. Selain itu, ada juga permasalahan dengan pabrik-pabrik yang berada di kawasan tersebut. Baru-baru ini beberapa tokoh penerima penghargaan lingkungan mengambalikan piagam yang pernah mereka terima karena pemerintah dianggap tidak serius memperbaiki lingkungan di kawasan Toba.
Samosir tidak pernah membosankan. Salah satu spot favorit kami adalah sebuah padang rumput luas di persimpangan jalan menuju ke Ambarita. Dari sini terlihat sebuah air terjun kecil tinggi di kejauhan. Anda penyuka sejarah dan budaya? Di pulau ini ada Desa Batak Simanindo yang wajib dikunjungi. Di Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir, ada sebuah pemandian air panas (Aek Rangat) yang juga banyak dikunjungi wisatawan, baik mancanegara maupun domestik. Selain itu, tentu saja pesona Danau Toba yang tak lekang oleh masa.
Dua hari di Tuktuk, kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Lawang melalui Medan. Perjalanan menuju Medan kami tempuh dengan bus besar, jauh lebih nyaman daripada mobil-mobil L-300. Dari Medan, kami menumpang bus ke Bukit Lawang, pintu gerbang menuju ke Taman Nasional Gunung Leuser. Akses menuju ke Bukit Lawang saat itu masi cukup buruk dengan jalanan yang rusak. Di kanan kiri terlihat perkebunan kelapa sawit. “Semoga saja perkebunan sawit itu bisa menyejahterakan masyarakat sekitar tanpa merusak lingkungan,” pikir saya.

Orangutan liar di Bukit Lawang
Bukit Lawang rusak akibat banjir besar pada tahun 2004. Daerah ini memang rawan penebangan hutan liar. Ketika melewati beberapa sungai saya melihat rakit-rakit mengangkut kayu gelondongan, entah legal atau ilegal, saya tidak tahu.
Tujuan utama wisatawan datang kemari adalah melihat orangutan di habitatnya secara langsung. Hanya dengan hiking menembus hutan selama beberapa jam, saya bisa melihat orangutan yang bergelayutan di pohon. Selain, Gunung Leuser, Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan adalah satu-satunya lokasi lain di mana orangutan masih hidup di alamnya. Satu lagi PR untuk pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan hewan asli Indonesia ini.
Bukit Lawang merupakan penutup jelajah Sumatera Utara kami. Sebuah wilayah yang sangat luas, dengan kekayaan alam tak terhingga. Keindahannya pun tidak dapat disangkal. Pariwisata Sumatera Utara akan jauh lebih baik dengan perbaikan infrastruktur terutama transportasi, pelestarian lingkungan, serta pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.


Gan maaf kalo repost ya.
kalo berkenan gan

tapi jangan dibata hahaha
[URL=" Pengelana kehidupan. Suka melancong dan menulis. Travel blogger. Pemilik: [url=http://www.backpackology.me.]www.backpackology.me.[/url]"] Pengelana kehidupan. Suka melancong dan menulis. Travel blogger. Pemilik: [url=http://www.backpackology.me.[/URL]




0
2.9K
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan