- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pemain Amatir yang Sukses Jadi Pelatih


TS
anggaranu1990
Pemain Amatir yang Sukses Jadi Pelatih


Spoiler for Cek Repost:

Sir Alex Ferguson, Josep Guardiola dan Antonio Conte adalah salah satu dari sekian banyak nama pelatih yang sukses di sepak bola. Mereka ini punya pengalaman sebagai pemain profesional. Namun ada pula pelatih yang tak sempat mengecap karir sebagai pemain profesional namun bisa sukses.
Beberapa diantaranya bahkan sengaja mengambil jalur pelatih lewat pendidikan formal, tanpa sekalipun merumput.
Berikut ini beberapa nama pelatih yang tak pernah menjalani karir sebagai pesepak bola profesional namun sukses sebagai pelatih.
Spoiler for 1.Arrigo Sacchi:

Pelatih kelahiran Italia berusia 67 tahun itu mulai tenar namanya saat mengantar AC Milan meraih dua gelar Piala Champions berturut-turut pada sejak 1988-89. Sacchi kemudian melanjutkan karir sebagai pelatih Timnas Italia pada 1991-1996 dan kembali membesut Rossoneri pada musim 1996-97.
Tentu saja tak ada yang menyangka bahwa mantan penjual sepatu itu bisa meraih sukses sebesar itu. Soal karirnya, pelatih yang tak lagi melatih sejak 2005 itu punya kutipan yang amat populer: “Saya menyadari bahwa untuk bisa menjadi joki Anda tak perlu menjadi kuda terlebih dahulu.”
Ia memulai karirnya sebagai pelatih Parma, saat masih berada di Seri C. Hanya semusim, Parma dibawanya ke Seri B. Di musim berikutnya, 1986-87, ia gagal meloloskan Parma ke Seri A, tertinggal tiga poin saja dari zona promosi.
Namun pada musim itu pula Parma berhasil mengalahkan Milan masing-masing 1-0 pada laga Piala Italia yang berlangsung dua leg. Prestasi ini membuat pemilik Milan, Silvio Berlusconi langsung merekrutnya.
Spoiler for 2.Andre Villas-Boas:

Pelatih berkewarganegaraan Portugal ini masih muda. Umurnya saat ini baru 35 tahun. Namun ia sudah mengantongi sejumlah gelar bergengsi bersama FC Porto. Trofi Liga Europa, gelar juara Liga Portugal dan Piala Portugal direbutnya bersamaan pada musim 2010-11.
Pintu masuknya ke dunia sepak bola dimulai ketika ia bertetangga dengan pelatih Porto saat itu, almarhum Sir Bobby Robson, pada usia 16 tahun. Robson dibuat terkejut saat bocah itu mendebat taktiknya. Tak seperti orang kebanyakan, argumen yang diberikan Villas-Boas dipenuhi penjelasan taktis.
Melihat talenta itu, Robson pun membimbing sang pemain untuk mengambil pendidikan kepelatihan hingga jenjang UEFA Pro. Pada usia 21 tahun, Villas-Boas mulai melatih tim nasional negara kecil, Virgin Island.
Kemampuan Villas-Boas kian terasah saat ia menjadi asisten Jose Mourinho di Porto, Chelsea dan Inter Milan. Pada musim 2009-10, ia memutuskan meninggalkan Mourinho, yang saat itu masih melatih Inter, dan memulai karirnya sebagai pelatih kepala Academica.
Setahun kemudian, ia pindah ke Porto dan meraih treble. Hanya semusim di Porto, Villas-Boas bergabung dengan Chelsea dan kini menangani Tottenham Hotspur.
Spoiler for 3.Sven-Goran Eriksson:

Pelatih asal Swedia berusia 65 tahun ini punya pengalaman sembilan tahun sebagai pesepak bola, namun hanya di kisaran liga amatir Swedia. Karir terbaiknya adalah bersama Karlskoga, yang saat itu berada di Divisi 2 liga Swedia, tiga tingkat di bawah liga profesional Swedia.
Setelah mengenyam pengalaman sebagai pelatih, Eriksson memulai karir sebagai pelatih kepala dengan melatih tim Divisi 3, Vastra Svealand dan meraih gelar juara Divisi 3 pada 1978.
Setahun kemudian, ia membesut IFK Gothenburg dan mempersembahkan sejumlah gelar selama empat tahun, yakni satu gelar juara liga kasta tertinggi, dua trofi Piala Swedia dan satu Piala UEFA.
Eriksson kemudian melanglang buana ke sejumlah liga di Eropa. Bersama klub Portugal, Benfica, ia memenangkan tiga gelar liga, satu piala liga dan satu piala super.
Bersama AS Roma di Italia, ia meraih Piala Italia. Trofi yang sama ia persembahkan untuk Sampdoria. Sementara bersama Lazio, sang pelatih merebut satu gelar Seri A, dua trofi Piala Italia, satu Piala Winners, satu Piala Super Eropa serta runner up Piala UEFA.
Eriksson juga pernah menjabat sebagai pelatih kepala Timnas Inggris pada periode 2001-2006. Saat ini, ia melatih klub Cina, Guangzhou R&F.
Spoiler for 4.Avram Grant:

Pelatih asal Israel berusia 58 tahun itu memulai karir sebagai pelatih tim muda pada usia 18 tahun. Karirnya terus menanjak di sepak bola Israel, membesut sejumlah tim besar seperti Maccabi Haifa. Ia meraih empat gelar liga dan sejumlah trofi domestik lain.
Pada 10 September 2007, ia didapuk sebagai pelatih sementara Chelsea selama semusim dan membawa The Blues menjadi runner upLiga Inggris dan runner upLiga Champions
Spoiler for 5.Bill Struth:

Mungkin tak banyak yang mengenal pria ini. Maklum, karir kepelatihan sepak bolanya dimulai pada 1920. Pria kelahiran 1876 ini tak pernah menjadi pemain sepak bola dan hanya punya satu portofolio klub dalam karir kepelatihannya, yakni Rangers.
Ia menangani klub asal Skotlandia itu selama 34 tahun, rentang waktu yang wajar pada masa itu.
Struth berhasil mempersembahkan 14 gelar liga domestik dalam 19 musim, serta mempersembahkan trofi Piala Liga pertama bagi Rangers pada 1928.
Spoiler for 6.Carlos Alberto Parreira:

Pelatih berusia 70 tahun asal Brasil itu tak punya pengalaman menjadi pemain sepak bola sepanjang hidupnya. Namun pria yang mengawali karirnya sebagai pelatih fisik itu tak pernah sepi tawaran melatih.
Total, sudah 17 tim yang pernah ia latih. Lima diantaranya adalah tim nasional, termasuk Timnas Brasil, yang dibawanya menjadi juara Piala Dunia 1994, Copa America 2004 dan Piala Konfederasi 2005.
Ia juga berhasil mengantarkan Kuwait meraih gelar juara Piala Asia 1980 dan Piala Teluk 1982. Bersama Uni Emirat Arab, ia dua kali mencapai runner up (1986 dan 1988). Arab Saudi dibawanya meraih gelar Piala Asia 1988 sedangkan Afrika Selatan meraih gelar COSAFA Cup 2007 di bawah arahannya.
Di level klub, ia mengantarkan Fluminense menjuarai Liga Brasil pada 1984. Gelar tersebut sekaligus menyelamatkan Fluminense dari kebangkrutan.
Gelar lain yang berhasil diraihnya adalah Super Liga Turki bersama Fenerbahce dan Copa do Brasil bersama Corinthians. Ia juga mengantarkan Valencia mencapai runner up Piala Raja pada 1994-95.
Spoiler for 7.Gerard Houllier:

Pelatih asal Prancis berusia 65 tahun ini sejatinya adalah seorang akademisi. Seperti kebanyakan orang, ia menempuh pendidikan di Universitas dan kemudian mengajar di sekolah Ecole Normale d’Arras, Prancis.
Pada usia 26 tahun, ia mencoba karir sebagai pemain sekaligus pelatih klub amatir, Le Touquet. Dari sini, karir sepak bolanya semakin membaik.
Ia berhasil mempersembahkan gelar Ligue 1 bagi PSG pada 1985-86, kemudian mengantarkan Prancis U-18 menjuarai Kejuaran Eropa U-18 pada 1996.
Houllier semakin tenar namanya berkat beberapa gelar yang dipersembahkan untuk Liverpool, yakni satu Piala FA, dua Piala Liga, satu Piala UEFA (Liga Europa), satu Piala Super Eropa dan satu trofi Community Shield.
Kembali ke Prancis, ia mempersembahkan dua gelar Ligue 1 secara beruntun sejak 2005-06 untuk Lyon. Houllier juga pernah melatih sejumlah klub lain seperti RC Lens, Aston Villa dan Timnas Prancis.
Spoiler for 8.Arsene Wenger:

Pelatih terlama Arsenal ini punya catatan sebagai pesepak bola galadesa dan sejumlah klub amatir sebelum mengecap liga profesional Ligue 1 Prancis bersama RC Strasbourg pada 1978-1981.
Namun, meski tampil di klub profesional bersama Strasbourg, ia hanya bermain selama 11 kali di liga karena lebih fokus menyelesaikan gelar Diploma di bidang kepelatihan yang diraihnya pada 1981.
Setelah mendapatkan gelar tersebut, pelatih berusia 65 tahun itu langsung mendapat jabatan seabgai pelatih muda Strasbourg.
Pada 1984, ia menjadi pelatih kepala Nancy dan pada 1987 membesut AS Monaco. Pada musim debutnya, ia berhasil mempersembahkan trofi Ligue 1 untuk Monaco dan menambahkan trofi Piala Prancis pada 1990-91.
Pada 1995 ia hijrah ke Jepang membesut Nagoya Grampus. Wenger berhasil meraih Piala Emperor dan Piala Super J-League. Semusim kemudian, ia menerima tawaran dari Arsenal.
Hingga kini, pelatih berjuluk Sang Profesor itu berhasil mempersembahkan tiga trofi Liga Inggris, empat trofi Piala FA dan empat trofi Community Shield.
Julukan Sang Profesor didapat Wenger berkat terobosannya di sepak bola termasuk mengatur pola makan untuk pemain.
Spoiler for 9.Jose Mourinho:

Pelatih yang kini berusia 50 tahun itu mulai dikenal dunia setelah membawa tim medioker di Liga Champions Eropa, FC Porto, menjadi juara pada musim 2003-04. Setelah itu, ia langsung direkrut Chelsea. Tak mau kalah dengan tekanan media yang meremehkan asal-usulnya. Mou langsung menggebrak. Ia menjuluki dirinya sendiri: ‘The Special One’ dengan memamerkan gelar Liga Champions-nya.
Chelsea, yang saat itu sudah 50 tahun tak pernah menang gelar Liga Inggris, langsung dibawanya menjadi juara dua kali beruntun. Tak lama, ia pindah ke Italia membesut Inter Milan. Tim yang sudah puluhan tahun tak pernah menang Liga Champions itu langsung dibawanya meraih gelar tersebut di musim keduanya, sekaligus ‘gelar tambahan’ Seri A dan Piala Italia.
Mou pindah ke La Liga bersama Real Madrid, dan sukses meraih gelar liga. Musim ini, pelatih asal Portugal itu kembali ke Chelsea. Banyak yang menjagokannya kembali meraih gelar.
Keunggulan Mou adalah analisa taktik yang matang, baik terhadap timnya sendiri maupun lawan yang akan dihadapi. Senjata lainnya adalah kemampuannya mengolah mental pemain dan lawan. Ia tak segan-segan memulai perang urat syaraf untuk memecah konsentrasi.
Sang pelatih punya pengalaman tujuh tahun sebagai pemain amatir, namun seperti Wenger, ia lebih fokus pada pendidikan yang ditempuhnya, yakni ilmu pengetahuan olahraga di Universitas Teknik Lisbon.
Ia juga menyambi pekerjaan sebagai guru fisik, pelatih tim muda, pemantau bakat dan asisten pelatih.
Mou kemudian menjadi penerjemah bagi pelatih Porto, Sir Bobby Robson, sekaligus mencuri ilumnya. Mourinho mengikuti pelatih asal Inggris itu hingga ke Barcelona. Saat Robson meninggalkan Barca, ia memilih tetap bertahan dan menimba ilmu kepelatihan kepada sosok pelatih hebat lainnya, Louis van Gaal.
The Special One mengawali karir sebagai pelatih kepala pada 2000 bersama Benfica dan melatih Porto dua tahun kemudian.
Spoiler for 10.Portugal Bibit Pelatih Muda:

Sebagai catatan, Portugal menjadi negara yang paling banyak mengorbitkan pelatih muda tanpa pengalaman bermain. Kebiasaan yang muncul saat ini adalah pelatih tersebut sejak awal menempuh pendidikan kepelatihan dan memulai karir sebagai pelatih muda. Jika sukses, mereka akan diorbitkan sebagai pelatih kepala.
Vitor Pereira dari FC Porto (45 tahun), Leonardo Jardim dari Braga (39) dan Pedro Caixinha dari Nacional (42 tahun) adalah pelatih-pelatih muda yang menangani klub papan atas liga Portugal.
Quote:
terimakasih gan udah mampir ditrit sederhana ane 
bila berkenan
atau 

bila berkenan


Spoiler for Sumber:
http://bola.inilah..com/read/detail/2025134/inilah-para-pemain-amatir-yang-sukses-jadi-pelatih/2938/portugal-bibit-pelatih-muda#.UiTtGH_BDqo
Diubah oleh anggaranu1990 03-09-2013 03:08
0
2.5K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan