- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Inflasi Tahun Ini Hampir Tembus 10 persen, daya beli anda kian termehek-mehek
TS
firdausheri
Inflasi Tahun Ini Hampir Tembus 10 persen, daya beli anda kian termehek-mehek
Perkiraan terkini mengenai angka inflasi untuk tahuan 2013 ini adalah 9,5 % (rilis perkiraan dari Bank Indonesia). Artinya sederhana : dalam setahun, daya beli Anda diam-diam telah tergerus oleh angka inflasi sebesar 9,5 % - sebuah angka yang tidak kecil.
Pada sisi lain, dollar yang sudah terbang menembus angka 11 ribu, pasti akan memberi dampak kenaikan harga pada beragam barang : mulai dari harga mobil bekas, sepeda motor, gadget, indomie rebus hingga tempe goreng (sebab kita tahu, indomie rebus dan tempe bukanlah makanan rakyat seperti yang kita sangka, tapi makanan yang sungguh elit : 99% bahan baku kedua produk jalanan itu adalah hasil import).
Alhasil : daya beli kita kita nyungsep dan termehek-mehek. Jadi, apa yang kudu kita lakukan agar kita bisa berkelit dari sergapan inflasi yang terus menari-nari?
Dari sisi perusahaan, angka inflasi yang tembus 9,5 % itu pasti akan bikin pening. Sebab Februari atau Maret tahun depan, gaji para karyawannya harus dinaikkan 10% sekedar untuk mengimbangi angka inflasi (belum ditambah kenaikan gaji karena prestasi kerja).
Kenaikan gaji karyawan rata-rata 10% untuk mengimbangi inflasi itu sungguh terasa perih, sebab baru beberapa bulan lalu, rata-rata UMR/UMP sudah naik hampir 50% menjadi Rp 2,5 juta/bulan.
Ditambah dengan kenaikan bahan baku impor karena dollar yang melambung, maka lengkap sudah “teror biaya” terhadap kas perusahaan. Jadi siapa yang bilang jadi pebisnis itu enak? Enak dari Hongkong??
Dari sisi karyawan, angka inflasi yang melejit hingga 9,5% itu juga mendedahkan sekeping tantangan finansial yang rumit. Pada akhirnya, inflasi adalah perampok ulung yang selalu sukses merampas uang kita dengan diam-diam.
Jika penghasilan Anda setahun, katakanlah, Rp 100 juta, maka angka 9,5% sama dengan Rp 9,5 juta. Inilah senyatanya uang atau daya beli Anda yang mendadak lenyap karena inflasi.
Rp 9,5 juta bukan uang yang kecil : cukup buat beli Samsung Galaxy Tab seri terbaru + traktir teman kantor untuk makan-makan steak.
Nilai rupiah terhadap dollar juga anjlok sekitar 15% sepanjang Januari – September ini. Artinya sama : nilai gaji Anda sejatinya sudah turun 15% jika diukur dari dollar.
(Busyet dah; kerja sudah ngos-ngosan, eh secara real gaji kita malah makin turun nilainya gara-gara hantu inflasi dan melambungnya dollar).
So what gitu lhoh?
Implikasinya simpel : menabung saja ternyata tidak cukup. Menabung uang di bank (dalam bentuk tabungana atau deposito) sungguh pilihan aneh : sebab dalam jangka panjang, nilai tabungan Anda justru makin turun.
Kenapa begitu? Karena angka inflasi yang 9,5% lebih tinggi dibanding bunga tabungan/deposito yang diberikan bank, yang rata-rata hanya 7% per tahun. Jadinya malah minus dong.
Maka pilihannya adalah : cari cara agar uang simpanan Anda bekerja secara lebih produktif dan bisa menghasilkan return yang jauh lebih tinggi dibanding sergapan inflasi.
Pilihannya ada tiga : 1) investasi untuk membeli instrumen reksadana 2) investasi untuk membeli properti atau 3) investasi untuk modal usaha yang punya potensi laba optimal (baik yang dikelola sendiri atau yang melalui partnership).
Dari pengalaman empirik yang panjang, potensi return dari tiga pilihan diatas selalu bisa menghasilkan angka yang jauh lebih tinggi dibanding angka inflasi.
SEKARANG, mungkin sudah saatnya kita tidak lagi bekerja lelah mengejar-ngejar uang. Sebab begitu uangnya sudah tertangkap, eh nilainya mendadak mengkerut lantaran laju inflasi yang terus cepat berlari.
Saatnya kita berusaha agar uanglah yang bekerja keras untuk kita. Biarkan uang itu terus berputar dan berlari, dan kita tinggal menunggu di garis finish untuk menyambutnya dengan pelukan hangat.
SUMBER
Pada sisi lain, dollar yang sudah terbang menembus angka 11 ribu, pasti akan memberi dampak kenaikan harga pada beragam barang : mulai dari harga mobil bekas, sepeda motor, gadget, indomie rebus hingga tempe goreng (sebab kita tahu, indomie rebus dan tempe bukanlah makanan rakyat seperti yang kita sangka, tapi makanan yang sungguh elit : 99% bahan baku kedua produk jalanan itu adalah hasil import).
Alhasil : daya beli kita kita nyungsep dan termehek-mehek. Jadi, apa yang kudu kita lakukan agar kita bisa berkelit dari sergapan inflasi yang terus menari-nari?
Dari sisi perusahaan, angka inflasi yang tembus 9,5 % itu pasti akan bikin pening. Sebab Februari atau Maret tahun depan, gaji para karyawannya harus dinaikkan 10% sekedar untuk mengimbangi angka inflasi (belum ditambah kenaikan gaji karena prestasi kerja).
Kenaikan gaji karyawan rata-rata 10% untuk mengimbangi inflasi itu sungguh terasa perih, sebab baru beberapa bulan lalu, rata-rata UMR/UMP sudah naik hampir 50% menjadi Rp 2,5 juta/bulan.
Ditambah dengan kenaikan bahan baku impor karena dollar yang melambung, maka lengkap sudah “teror biaya” terhadap kas perusahaan. Jadi siapa yang bilang jadi pebisnis itu enak? Enak dari Hongkong??
Dari sisi karyawan, angka inflasi yang melejit hingga 9,5% itu juga mendedahkan sekeping tantangan finansial yang rumit. Pada akhirnya, inflasi adalah perampok ulung yang selalu sukses merampas uang kita dengan diam-diam.
Jika penghasilan Anda setahun, katakanlah, Rp 100 juta, maka angka 9,5% sama dengan Rp 9,5 juta. Inilah senyatanya uang atau daya beli Anda yang mendadak lenyap karena inflasi.
Rp 9,5 juta bukan uang yang kecil : cukup buat beli Samsung Galaxy Tab seri terbaru + traktir teman kantor untuk makan-makan steak.
Nilai rupiah terhadap dollar juga anjlok sekitar 15% sepanjang Januari – September ini. Artinya sama : nilai gaji Anda sejatinya sudah turun 15% jika diukur dari dollar.
(Busyet dah; kerja sudah ngos-ngosan, eh secara real gaji kita malah makin turun nilainya gara-gara hantu inflasi dan melambungnya dollar).
So what gitu lhoh?
Implikasinya simpel : menabung saja ternyata tidak cukup. Menabung uang di bank (dalam bentuk tabungana atau deposito) sungguh pilihan aneh : sebab dalam jangka panjang, nilai tabungan Anda justru makin turun.
Kenapa begitu? Karena angka inflasi yang 9,5% lebih tinggi dibanding bunga tabungan/deposito yang diberikan bank, yang rata-rata hanya 7% per tahun. Jadinya malah minus dong.
Maka pilihannya adalah : cari cara agar uang simpanan Anda bekerja secara lebih produktif dan bisa menghasilkan return yang jauh lebih tinggi dibanding sergapan inflasi.
Pilihannya ada tiga : 1) investasi untuk membeli instrumen reksadana 2) investasi untuk membeli properti atau 3) investasi untuk modal usaha yang punya potensi laba optimal (baik yang dikelola sendiri atau yang melalui partnership).
Dari pengalaman empirik yang panjang, potensi return dari tiga pilihan diatas selalu bisa menghasilkan angka yang jauh lebih tinggi dibanding angka inflasi.
SEKARANG, mungkin sudah saatnya kita tidak lagi bekerja lelah mengejar-ngejar uang. Sebab begitu uangnya sudah tertangkap, eh nilainya mendadak mengkerut lantaran laju inflasi yang terus cepat berlari.
Saatnya kita berusaha agar uanglah yang bekerja keras untuk kita. Biarkan uang itu terus berputar dan berlari, dan kita tinggal menunggu di garis finish untuk menyambutnya dengan pelukan hangat.
SUMBER
0
3.4K
8
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan