Kaskus

Entertainment

anthonypattyAvatar border
TS
anthonypatty
Faktor Psikologis Pada Tendangan Penalti (BAG. 1)
Roberto Baggio dipercaya menjadi penendang penentu untuk tim nasional Italia saat final Piala Dunia 1994, dan seperti yang kita ketahui bahwa hasilnya adalah bola yang ditendang melambung di atas mistar gawang. Hal serupa juga terulang kepada Fabio Grosso dua belas tahun kemudian di final Piala Dunia 2006, akan tetapi kali ini bola yang ditendang berhasil mendarat di jaring dan akhirnya Italia berhasil menjadi juara dunia.

Tendangan penalti selalu memiliki cerita yang beragam dan berakhir pada kisah tragis ataupun kegembiraan luar biasa. Sejak masuk menjadi salah satu peraturan sepakbola, banyak pro dan kontra mengenai tendangan penalti. Usaha menghapus tendangan penalti dari peraturan sepak bola pun beberapa kali dilakukan, akan tetapi sampai detik ini keberadaan tendangan penalti masih dapat kita nikmati sebagai sebuah hiburan tersendiri.


Faktor Psikologis Pada Tendangan Penalti (BAG. 1)

roberto baggio gagal melakukan penalti pada piala dunia 1994

Di hampir setiap situasi, ketika tendangan penalti dilaksanakan pemain yang menendang dan penjaga gawang yang menghadapi tendangan tersebut berada dalam tekanan psikologis yang tinggi. Kesuksesan gol atau keberhasilan menghalau tendangan tidak hanya tergantung faktor teknis, tetapi juga sangat dipengaruhi faktor psikologis. Penelitian berikut yang dipublikasikan di Journal of Sport Science menyelidiki tentang beberapa faktor psikologis yang berpengaruh terhadap tendangan penalti. Penelitian ini menunjukan bahwa gerak-gerik penjaga gawang sebelum tendangan dilakukan, serta reaksi penendang penalti setelah menciptakan gol saat adu penalti mempengaruhi kemenangan tim.

Penelitian pertama oleh Wood G & Wilson MR (2010) mencoba membuktikan “Apakah gerak-gerik penjaga gawang sebelum tendangan penalti dilaksanakan dapat mengganggu konsentrasi penendang?” Untuk hal ini dipilih pemain-pemain dari klub setingkat universitas yang diminta melakukan tendangan penalti, sementara kiper yang dihadapi melakukan beberapa gerakan seperti menunjuk titik putih yang tepat saat bola diletakan penendang, mengangkat tangannya memenuhi gawang kemudian bergerak ke kiri dan kanan, menari-nari dengan gerakan aneh pada tangan dan kakinya sambil tersenyum. Penjaga gawang diinformasikan untuk langsung ke tengah setelah melakukan gerak-gerik tersebut, dan tidak boleh melakukan lompatan spekulasi langsung ke kiri atau kanan gawang saat bola ditendang. Penjaga gawang harus tetap di tengah gawang, kemudian membaca arah bola setelah itu baru boleh melompat dan melakukan penyelamatan.

Gerak-gerik penjaga gawang tersebut ternyata terbukti memengaruhi pemain yang melakukan tendangan penalti. Sekitar 8% tembakan diselamatkan oleh penjaga gawang yang tidak melakukan gerak-gerik sebelum tendangan penalti, sementara penjaga gawang yang melakukan gerak-gerik sebelum tendangan penalti berhasil menyelamatkan sekitar 22% tembakan. Hal ini dikarenakan kebanyakan penendang akhirnya mengarahkan bola dengan keras ke tengah gawang sehingga mudah dihalau oleh penjaga gawang. Di sisi lain penjaga gawang yang diam cenderung mendapatkan bola yang ditendang ke segala arah sehingga sulit untuk diselamatkan. Penjaga gawang yang melakukan gerak-gerik membuat penendang cenderung mengalami kesulitan untuk fokus pada arah penempatan bola, fokus penendang justru tertuju kepada gerakan kiper.

Faktor Psikologis Pada Tendangan Penalti (BAG. 1)
Aksi Bruce grobellar & Dudek saat menghalau tendangan penalti

Bruce Grobbelaar kiper Liverpool saat final European Cup 1984 melakukan gerak-gerik kiper yang dia sebut “Spaghetti legs” sebagai sebuah strategi untuk mengacaukan konsentrasi penendang. Pada akhirnya Liverpool menang dan Grobbelaar berhasil memengaruhi konsentrasi lawan dengan gerak-geriknya. Jika kita jeli memerhatikan, hal yang sama diperagakan J.Dudek saat Liverpool vs AC.Milan di final Champion League 2005. Saat itu Dudek menghadapi penendang terakhir AC Milan, Andrey Shevchenko. Sesaat sebelum Sheva menendang, Dudek bergerak ke kanan dan ke kiri sehingga Shevchenko akhirnya memilih menendang dengan keras ke tengah yang kemudian ditepis Dudek. Hasilnya seperti kita ketahui menjadi final Champion League paling dramatis dalam sejarah yang dimenangkan Liverpool. (Bersambung ke bg.2)

Referensi:

Wood G, Wilson MR . A Moving Goalkeeper Distracts Penalty Takers and Impairs Shooting Accuracy. Journal of Sports Sciences. (2010). 28:937-946.
Moll T, Jordet G, Pepping G-J. Emotional Contagion in Soccer Penalty Shootout: Celebration of Individual Success is Associated with Ultimate Team Success. Journal of Sports Sciences. (2010). 28:983-992
Diubah oleh anthonypatty 01-09-2013 15:57
0
4.1K
50
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan