- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Masihkah Kau Mengingat Rasulmu ?
TS
club80.s
Masihkah Kau Mengingat Rasulmu ?
Assalamu'alaikum
cuma sekedar share ya gan / sist / mimin / momod, klo emang jelek atau apalah apus aje gpp kmrn iseng ngalor ngidul eh nemu nih artikel bagus
cuma sekedar share ya gan / sist / mimin / momod, klo emang jelek atau apalah apus aje gpp kmrn iseng ngalor ngidul eh nemu nih artikel bagus
Spoiler for NO REPSOL:
Quote:
Miris rasanya melihat kondisi generasi muda zaman sekarang, jarang dan bahkan mungkin bisa dihitung dengan jari, mereka yang selalu mengingat Rasulnya. Shalawat pun mungkin hanya ketika shalat saja. Bahkan mungkin ada yang tidak pernah sama sekali bershalawat, memuji Rasulullah SAW. Padahal Allah aja bershalawat kepada beliau, masa’ sih kita yang hanya sebagai manusia malah sombong dan nggak mau memberikan shalawat kepada Nabi kita? Allah bersabda,
Masih dalam surat yang sama, Allah pun menyuruh kita untuk bershalawat kepada Rasulullah,
Jika kita perhatikan, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman saja, bukan kepada seluruh manusia, maka benarlah jika yang benar-benar mengingat RasulNya adalah orang-orang yang beriman saja. Yang benar-benar mencintai Allah dan RasulNya.
Kawanku semuanya, masihkan saat ini kita mengingat Allah dan RasulNya disetiap nafas kita? Masihkah rindu kepada Rasul itu menderu memasuki kalbu sehingga begitu ingin bertemu? Masihkan jiwa ini merasakan indahnya prilaku Sang Musthofa? Masihkah cinta pada uswatun hasanah kita itu berada pada diri kita? Masihkah? Padahal, Rasulullah begitu mencintai kita.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah?.” “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.
Akhirnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah yang kempis tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah bergerak. Para sahabat pun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?.” Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.
Subhanallah, begitu mulianya sikap Muhammad SAW, yang tak mau menyusahkan ummatnya, yang tak ingin menjadi beban bahkan meski dalam keadaan yang sulit sekalipun. Masihkah kita membangkang dan terus melupakannya?
Tahukah kalian akhir kehidupan Rasulullah? Tahukah kalian ketika ia terus memanggil kita di akhir hidupnya?
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.
Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. " Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah cumiik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan hilanglah sudah nafas beliau, pergi sudah ruh dari jasadnya. Di akhir hayatnya, ia masih memanggil kita. Bukti cintanya yang teramat besar kepada kita umatnya. Mampukah kita mencintai beliau lebih dari itu? Allahumma sholli ‘alaa Muhammad…
Dan masihkah kita mau melupakannya, ketika di akhir hayatnya, Rasulullah terus memanggil kita? Masih terus mengkhawatirkan kita sebagai ummatnya?
Ummati…
Ummati…
Bagaimana nasib umatku nanti Ya Allah?
Dan beliau pun menangis, mengkhawatirkan kita. Masihkah kita terus menjauhi segala yang berhubungan dengan beliau?
Rasulullah begitu mencintai kita, dan tak ingin jika kita nanti tersesat dan jauh dari agama Allah. Rasulullah SAW amat mencintai kita, namun apa balasan kita padanya? Jika bukan karana sifat penyayangnya yang besar, mungkin kita sudah diazab oleh Allah atas kemaksiatan yang kita lakukan. Kalau bukan karena Rasulullah yang menyayangi kita, pastilah kita saat ini masih dalam kejahiliyahan, masih dalam masa kebodohan. Namun cintanya yang luar biasa, telah membawa kita menuju cahaya Allah… Lalu apa balasan kita?
Kawan, apakah saat ini kita masih pantas disebut sebagai umatnya? Masihkah kita mengikuti segala yang ia anjurkan? Masihkah kita mau menunaikan semua sunnah-sunnahnya?Jika beliau masih berada di dunia, pastilah beliau adalah orang yang paling sedih dan kecewa kepada kita. Jangankan untuk mengikuti sunnahnya, mengingatnya pun kita jarang. Memujinya pun kita sering lupa. Bahkan kisah hidupnya pun tak banyak yang kita ketahui.Generasi Islam macam apa kita ini?
Saudaraku semua, dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa:
Kita tidak tahu apakah nanti akan diakui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumul qiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan beliau. Maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak beliau semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah membelakanginya, bukan dengan melupakannya dan hanya ingat ketika Maulid Nabi saja, namun setiap desah nafas kita, setiap detik kehidupan kita, sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.
Semoga kita semua mampu mencintai Rasulullah dengan terus mengingatnya, mengamalkan sunnah-sunnahnya, menjauhi segala yang beliau larang, dengan tetap menjadikan Allah sebagai nomor satu. Karena siapa yang mencintai Allah maka haruslah ia mencintai Rasulullah sebagai kekasihNya.
Wallahu’alam bi showab, semoga kita semua terhindar dari melupakan dan membelakangi Rasulullah SAW dan terus mengingatnya dalam setiap langkah kita. Amin…
Quote:
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi…
(QS. Al Ahzab:56)"
(QS. Al Ahzab:56)"
Masih dalam surat yang sama, Allah pun menyuruh kita untuk bershalawat kepada Rasulullah,
Quote:
"… Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya
(QS. Al Ahzab:56)"
(QS. Al Ahzab:56)"
Jika kita perhatikan, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman saja, bukan kepada seluruh manusia, maka benarlah jika yang benar-benar mengingat RasulNya adalah orang-orang yang beriman saja. Yang benar-benar mencintai Allah dan RasulNya.
Kawanku semuanya, masihkan saat ini kita mengingat Allah dan RasulNya disetiap nafas kita? Masihkah rindu kepada Rasul itu menderu memasuki kalbu sehingga begitu ingin bertemu? Masihkan jiwa ini merasakan indahnya prilaku Sang Musthofa? Masihkah cinta pada uswatun hasanah kita itu berada pada diri kita? Masihkah? Padahal, Rasulullah begitu mencintai kita.
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami shalat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah?.” “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.
Akhirnya, Rasulullah pun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah yang kempis tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah bergerak. Para sahabat pun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?.” Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.
Subhanallah, begitu mulianya sikap Muhammad SAW, yang tak mau menyusahkan ummatnya, yang tak ingin menjadi beban bahkan meski dalam keadaan yang sulit sekalipun. Masihkah kita membangkang dan terus melupakannya?
Tahukah kalian akhir kehidupan Rasulullah? Tahukah kalian ketika ia terus memanggil kita di akhir hidupnya?
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.
Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. " Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah cumiik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan hilanglah sudah nafas beliau, pergi sudah ruh dari jasadnya. Di akhir hayatnya, ia masih memanggil kita. Bukti cintanya yang teramat besar kepada kita umatnya. Mampukah kita mencintai beliau lebih dari itu? Allahumma sholli ‘alaa Muhammad…
Dan masihkah kita mau melupakannya, ketika di akhir hayatnya, Rasulullah terus memanggil kita? Masih terus mengkhawatirkan kita sebagai ummatnya?
Ummati…
Ummati…
Bagaimana nasib umatku nanti Ya Allah?
Dan beliau pun menangis, mengkhawatirkan kita. Masihkah kita terus menjauhi segala yang berhubungan dengan beliau?
Rasulullah begitu mencintai kita, dan tak ingin jika kita nanti tersesat dan jauh dari agama Allah. Rasulullah SAW amat mencintai kita, namun apa balasan kita padanya? Jika bukan karana sifat penyayangnya yang besar, mungkin kita sudah diazab oleh Allah atas kemaksiatan yang kita lakukan. Kalau bukan karena Rasulullah yang menyayangi kita, pastilah kita saat ini masih dalam kejahiliyahan, masih dalam masa kebodohan. Namun cintanya yang luar biasa, telah membawa kita menuju cahaya Allah… Lalu apa balasan kita?
Kawan, apakah saat ini kita masih pantas disebut sebagai umatnya? Masihkah kita mengikuti segala yang ia anjurkan? Masihkah kita mau menunaikan semua sunnah-sunnahnya?Jika beliau masih berada di dunia, pastilah beliau adalah orang yang paling sedih dan kecewa kepada kita. Jangankan untuk mengikuti sunnahnya, mengingatnya pun kita jarang. Memujinya pun kita sering lupa. Bahkan kisah hidupnya pun tak banyak yang kita ketahui.Generasi Islam macam apa kita ini?
Saudaraku semua, dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa:
Quote:
"Belum beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah Muhammad Saw) lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia” (HR. Bukhari)"
Kita tidak tahu apakah nanti akan diakui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumul qiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan beliau. Maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak beliau semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah membelakanginya, bukan dengan melupakannya dan hanya ingat ketika Maulid Nabi saja, namun setiap desah nafas kita, setiap detik kehidupan kita, sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.
Semoga kita semua mampu mencintai Rasulullah dengan terus mengingatnya, mengamalkan sunnah-sunnahnya, menjauhi segala yang beliau larang, dengan tetap menjadikan Allah sebagai nomor satu. Karena siapa yang mencintai Allah maka haruslah ia mencintai Rasulullah sebagai kekasihNya.
Wallahu’alam bi showab, semoga kita semua terhindar dari melupakan dan membelakangi Rasulullah SAW dan terus mengingatnya dalam setiap langkah kita. Amin…
#komeng yang bermutu dan no junk dsb#
Spoiler for yang baik hati BUKA:
klo berkenan bwt agan" ISO .. klo gak suka jangan ane yah
klo ada yg kurang atau salah kata ane minta maaf
wassalam
wassalam
Spoiler for KOMENAN AGAN":
Quote:
Original Posted By justharris►Makasih gan, ente dh ngingetin ane
Smpe ane bacanya...
Besar banget cinta Rosul kpd umatnya
Smntra bnyk umatnya yg mulai melupakan sunah nya krna silau dunia(trmasuk ane) , naudzubillah
Allahuma sholi'ala sayidina muhammad wa alihi wa shohbihi wabariq wasalim..
Smpe ane bacanya...
Besar banget cinta Rosul kpd umatnya
Smntra bnyk umatnya yg mulai melupakan sunah nya krna silau dunia(trmasuk ane) , naudzubillah
Allahuma sholi'ala sayidina muhammad wa alihi wa shohbihi wabariq wasalim..
Spoiler for Makasih Bwt Cendolnya:
5 Cendol pertama ane thx
source : Hanyfa Blog
embunsuci memberi reputasi
1
3.5K
Kutip
57
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan