- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Guyonan Gayeng di Republik Komedi


TS
arief154
Guyonan Gayeng di Republik Komedi
From : http://surabaya.tribunnews.com
Sabtu, 31 Agustus 2013 20:33 WIB
SURYA Online SURABAYA – Rakyat sudah jengah dengan polah politisi negeri ini. Bosan dengan pemberitaan korupsi yang terjadi hampir di semua lini. Miris dengan pemberitaan kriminal, perilaku orang zaman sekarang, hingga gosip para artis.
Semua itu semakin membuat rumit otak, sebab kehidupan sehari-hari juga tak mudah dijalani. Nah, tak heran bila sebuah negara republik baru diidam-idamkan oleh masyarakat. Tetapi, kali ini republiknya selalu mengocok isi perut warga negaranya.
Republik ini adalah Republik Komedi. Tak ada presiden maupun menteri-menterinya. Melainkan berisi para comic, sebutan untuk para stand up comedian. Tugasnya hanya satu, membuat guyonan yang mampu menghibur penonton.
“Kami tidak asal berkicau. Sebelum tampil di atas panggung, materi juga perlu dipersiapkan terlebih dulu. Jika perlu harus ditulis juga,” kata Pandji Pragiwaksono di sela persiapan Stand Up Show di Graha Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sabtu (31/8/2013).
Bagi dirinya, menjadi seorang komedian stand up itu sangat memuaskan. Bukan sekadar guyonannya yang memang tengah booming topiknya. Cara berpikir perlahan-lahan juga berubah.
“Jiwa humoris atau pandai mengolah kata bukan satu-satunya tuntutan sebagai seorang komedian. Memiliki pemikiran yang berbeda dari orang kebanyakan juga perlu dimiliki,” papar lelaki yang kerap menyentil kebijakan politik di negeri ini pada setiap penampilannya.
Republik Komedi di Graha ITS ini juga dihadiri comic lainnya, seperti Muhadkly Acho yang kerap berkutat dengan euphoria masyarakat urban, atau Ge Pamungkas, Kemal Palevi, dan Topenk_Enk yang khas dengan bahan guyonan berkisar anak muda. Tentu saja, semua tema itu menjadi tontonan gayeng buat seluruh penonton di Graha ITS yang berjumlah 1.900 orang lebih tersebut.
Bahkan, peristiwa sehari-hari juga dapat dijadikan materi lawakan. “Sandal hilang pun bisa saya pakai sebagai bahan obrolan di atas panggung,”ucap Acho yang selalu bergaya cool itu.
Gaya berkomedi yang tiga tahun belakangan berkembang di negeri ini memang tampak segar dengan bahan omongan yang kreatif. Masyarakat yang tidak memilih (golput) pada pemilihan gubernur dua hari lalu juga berhasil membuat penonton tertawa, sekaligus mengiyakan kebenaran yang terselip di antara selorohan para comic.
“Tawa itu sebagai tanda bahwa penonton setuju dan memahami pendapat kami,” imbuh Pandji.
Tiga jam lamanya panggung ber-lighting memukau dan dukungan sound system yang maksimal itu menghibur penonton yang sebagian besar adalah mahasiswa. “Ini merupakan panggung stand up show yang paling besar di Jawa Timur dan Indonesia bagian Timur,” kata Angga Prameswara, Ketua Komunitas Stand Up Comedy Jatim.
Sabtu, 31 Agustus 2013 20:33 WIB
SURYA Online SURABAYA – Rakyat sudah jengah dengan polah politisi negeri ini. Bosan dengan pemberitaan korupsi yang terjadi hampir di semua lini. Miris dengan pemberitaan kriminal, perilaku orang zaman sekarang, hingga gosip para artis.
Semua itu semakin membuat rumit otak, sebab kehidupan sehari-hari juga tak mudah dijalani. Nah, tak heran bila sebuah negara republik baru diidam-idamkan oleh masyarakat. Tetapi, kali ini republiknya selalu mengocok isi perut warga negaranya.
Republik ini adalah Republik Komedi. Tak ada presiden maupun menteri-menterinya. Melainkan berisi para comic, sebutan untuk para stand up comedian. Tugasnya hanya satu, membuat guyonan yang mampu menghibur penonton.
“Kami tidak asal berkicau. Sebelum tampil di atas panggung, materi juga perlu dipersiapkan terlebih dulu. Jika perlu harus ditulis juga,” kata Pandji Pragiwaksono di sela persiapan Stand Up Show di Graha Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sabtu (31/8/2013).
Bagi dirinya, menjadi seorang komedian stand up itu sangat memuaskan. Bukan sekadar guyonannya yang memang tengah booming topiknya. Cara berpikir perlahan-lahan juga berubah.
“Jiwa humoris atau pandai mengolah kata bukan satu-satunya tuntutan sebagai seorang komedian. Memiliki pemikiran yang berbeda dari orang kebanyakan juga perlu dimiliki,” papar lelaki yang kerap menyentil kebijakan politik di negeri ini pada setiap penampilannya.
Republik Komedi di Graha ITS ini juga dihadiri comic lainnya, seperti Muhadkly Acho yang kerap berkutat dengan euphoria masyarakat urban, atau Ge Pamungkas, Kemal Palevi, dan Topenk_Enk yang khas dengan bahan guyonan berkisar anak muda. Tentu saja, semua tema itu menjadi tontonan gayeng buat seluruh penonton di Graha ITS yang berjumlah 1.900 orang lebih tersebut.
Bahkan, peristiwa sehari-hari juga dapat dijadikan materi lawakan. “Sandal hilang pun bisa saya pakai sebagai bahan obrolan di atas panggung,”ucap Acho yang selalu bergaya cool itu.
Gaya berkomedi yang tiga tahun belakangan berkembang di negeri ini memang tampak segar dengan bahan omongan yang kreatif. Masyarakat yang tidak memilih (golput) pada pemilihan gubernur dua hari lalu juga berhasil membuat penonton tertawa, sekaligus mengiyakan kebenaran yang terselip di antara selorohan para comic.
“Tawa itu sebagai tanda bahwa penonton setuju dan memahami pendapat kami,” imbuh Pandji.
Tiga jam lamanya panggung ber-lighting memukau dan dukungan sound system yang maksimal itu menghibur penonton yang sebagian besar adalah mahasiswa. “Ini merupakan panggung stand up show yang paling besar di Jawa Timur dan Indonesia bagian Timur,” kata Angga Prameswara, Ketua Komunitas Stand Up Comedy Jatim.
0
1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan