Ada kalangan pihak yang mengatakan bahwa seleksi calon presiden dengan mengikut sertakan tokoh-tokoh luar Demokrat hanya demi menaikkan citra partai yang tengah terpuruk, bukan berdasarkan kepentingan masyarakat.

Seperti yang di katakan Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, Yang menganggap Partai Demokrat selenggarakan konvensi calon presiden setelah muncul gejolak internal. Konvensi terjadi setelah sejumlah pengurus teras partai terjerat kasus-kasus korupsi, yang mengakibatkan perombakan di tubuh pimpinan demokrat dan citranya turun.
Menurutnya ada suatu gonjang-ganjing terlebih dahulu di dalam partai, baru ada konvensi calon presiden. Dia memaparkan penilaiannya pada diskusi bertajuk "Konvensi: Audisi Penuh Teka-Teki" di Jakarta, Sabtu 31 Agustus 2013. Ada jaminan calon terpilih dari konvensi ini akan disetujui oleh rakyat. Tantangannya, apakah calon-calon itu bisa menyakinkan kemampuannya kepada rakyat.

"Sudah saatnya negara ini membangun demokrasi yang beradab melalui partai-partai politik. Hasil dari konvensi ini harus benar-benar berpengaruh baik di dalam dunia politik Indonesia. Jangan jadikan konvensi ini sebagai sebuah tipu-tipu," ungkap Siti.

Senada dengan Siti, Ketua Harian Konvensi Partai Golkar Tahun 2004, Slamet Effendy Yusuf, mengatakan Pemilihan Presiden 2014 harus sudah ditandai oleh sikap politik yang dewasa. Konvensi calon presiden harus menjadi sebuah cara terbaik untuk menentukan calon presiden.

"Konvensi ini harus menunjukkan kepada masyarakat bahwa ini merupakan cara terbaik untuk mencari orang-orang yang memiliki kapasitas sebagai pemimpin Indonesia," ujar Slamet. (ren)