- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
(soal babel akan babak belur) Deddy : Tata Kelola Pertimahan Harus Bijak


TS
monyet.l4mpung
(soal babel akan babak belur) Deddy : Tata Kelola Pertimahan Harus Bijak
PANGKALPINANG - Wakil Ketua Pansus Minerba DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Deddy Yulianto meminta pemerintah dapat serius untuk membenahi tata kelola pertimahan.
Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben), disebutkan dia, kiranya lebih berperan aktif untuk melakukan evaluasi serta melakukan koordinasi dengan Kabupaten/Kota terkait tingkat kerusakan akibat pertambangan timah. Selain itu, harus segera dilakukan pembinaan dan evaluasi serta dilakukan tindak tegas kepada pemilik IUP yang tidak mematuhi aturan.
"Kami tidak melarang masyarakat untuk menambang. Namun mohon kiranya dapat mentaati aturan yang ada. Stop eksploitasi sumber alam Babel secara massal, jangan semua daerah ditambang dengan alasan mencari makan. Ini aliran sungai disikat, daerah pariwisata dihajar, hutan lindung dibabat, daerah perkebunan juga diembat dengan alasan masyarakat mencari makan. Dan lucunya, menggunakan alat berat," ujarnya kepada wartawan beberapa hari yang lalu.
Untuk itu, Deddy menandaskan, segera melakukan evaluasi dan monitoring IUP-IUP dan penambangan yang masuk dikawasan hutan. "Ini kan sudah tidak benar lagi. Seharusnya semua harus peduli menyelamatkan daerah kita, menyelamatkan kekayaan daerah dengan tidak mengeksploitasi sumber kekayaan kita secara massal. Penertiban dan evaluasi IUP yang sudah selesai diekploitasi segera dilakukan penutupan pasca tambang dengan melakukan reklamasi," katanya lagi.
Selain itu Ia menambahkan, hak dan kewajiban para pemilik IUP segera ditindaklanjuti. Jangan setelah ditambang ditinggal begitu saja. Penutupan pasca tambang ada aturannya, jangan hanya meninggalkan bekas galian lobang yang berdampak buruk kedepannya.
"Pemerintah kiranya dapat berperan aktif serta tak henti hentinya untuk melakukan pengawasan disektor pertambangan ini dan masyarakat diminta melakukan penambangan sesuai aturan yang ada dan mengutamakan keselamatan saat menambang. Menambang sesuai aturan dan IUP yang dimiliki, selain itu juga untuk mestabilkan harga timah kiranya para eksportir tidak melakukan ekspor secara berlebihan yang mengakibatkan stok timah dipasaran berlebihan, apalagi berhubungan dengan penerimaan negara seperti pajak penghasilan maupun lainnya," pungkasnya. (iam)
http://www.radarbangka.co.id/berita/...rus-bijak.html
saya sih..sangat mendukung, kalau alat2 berat tidak boleh digunakan. mungkin maskudnya. siapa yang untung, siapa yang rugi? yang untung tetap pengusaha alat berat, kalau hancur nya babel..yg merasakan rakyat kecil. seperti sekarang, mau cocok tanam aja gak bisa lagi. mau jadi nelayan? habis laut..diserang kapal isap untuk sedot timah. air laut jadi berminyak, terumbu karang habis (nelayan dibodohi dengan uang kompensasi, bentuk penjajahan). tetap aja para pengusaha ini selalu memakai nama rakyat kecil buat misi mereka. sekarang alat2 berat yang beroperasi ditangkap terus, dan itu langkah yang bagus menurut saya. kenapa? walaupun sudah terlanjur sejak era alm.gusdur, daripada tidak sama sekali mendingan mulai dari sekarang. bangka babak belur? pengusaha yang sudah kaya, tinggal kabur ke daerah lain buat cari kehidupan baru. lagi2 rakyat kecil yang bingung, mau kerja apa? buat masyarakat babel, anda harus pintar mulai sekarang. jangan sampai babel menjadi babak belur. dengan sisa bekas tambang yang menganga besar.
Apple Dicap "Pengecut" soal Timah Bangka
BANGKAPOS.COM — Menyusul Samsung yang telah lebih dulu memberi pernyataan pada April lalu, lima produsen besar smartphone telah memberi pengakuan soal pemakaian timah dari Pulau Bangka dalam produk-produknya.
Mereka adalah Nokia, Sony, BlackBerry, Motorola, dan LG Electronics. Masing-masing menyatakan memakai bahan baku timah dari Pulau Bangka yang mengalami kerusakan lingkungan dan sosial akibat aktivitas pertambangan.
Satu nama yang masih absen dari daftar adalah Apple, yang belum memberi pernyataan langsung sehubungan dengan persoalan tersebut.
Akibatnya, produsen gadget iPhone dan iPad ini menuai kritik dari organisasi pemerhati lingkungan Friends of the Earth (FoE) yang mendesak para pelaku industri agar memperbaiki keadaan di Pulau Bangka.
"Sikap pengecut Apple yang menolak berterus terang kepada pelanggan yang peduli tentang hal ini bertentangan dengan para pesaingnya dan berlawanan dengan komitmen CEO-nya sendiri untuk menjadi lebih transparan soal rantai pasokan Apple," kecam Direktur Kebijakan dan Kampanye FoE, Craig Bennett, dalam keterangan tertulis yang diterima oleh KompasTekno.
FoE mengatakan bahwa Apple tidak menghiraukan 24.000 e-mail dari anggota organisasi itu yang menanyakan apabila Apple menggunakan bahan timah yang diambil dari Pulau Bangka.
"Apple telah menolak menjawab pertanyaan dari konsumennya sendiri tentang Bangka walaupun perusahaan itu kemungkinan besar memang memakai timah yang diambil dari daerah tersebut," tulis FoE dalam situsnya.
Sebelumnya, pada 25 Juni lalu, Bennett sempat mengirim surat kepada CEO Apple Tim Cook untuk menyampaikan imbauan bahwa sikap Apple soal ini "tak pantas dipertahankan", terutama mengingat Cook mengklaim bertekad menjadi lebih transparan tentang rantai pasokan Apple dalam industri.
Di sisi lain, Bennet memuji para pelaku industri di luar Apple yang telah memberi respons positif terhadap tekanan FoE dan menyatakan bakal berkolaborasi dalam mengatasi masalah pertambangan timah di Pulau Bangka.
Sedang menyelidik
Apple sendiri bukannya sama sekali tidak merespons tekanan dari FoE soal timah Bangka.
Pada Maret lalu, produsen gadget yang terkenal selalu menjaga ketat rahasia industrinya ini bekerja sama dengan Philips, lembaga pemerintah Belanda Sustainable Trade Initiative (IDH), dan Electronics Industry Citizenship Coalition (ElCC) untuk mendirikan Kelompok Kerja Timah Bangka yang mewadahi para pelaku industri dalam menyikapi pertambangan timah di pulau tersebut.
Nokia, Sony, BlackBerry, Motorola, dan LG Electronics belakangan telah turut bergabung dalam Kelompok Kerja Timah Bangka ini.
Dalam pernyataan pertanggungjawaban pasokan komponen di situsnya, Apple menyatakan telah mendanai studi pertambangan untuk mempelajari situasi di Pulau Bangka secara lebih mendalam.
Tambang timah merusak lingkungan
Pulau Bangka beserta tetangganya, Pulau Belitung, menyumbang sekitar sepertiga pasokan timah dunia. Timah yang ditambang sebagian dipakai untuk bahan solder pada produk elektronik, termasuk gadget mobile seperti smartphone dan tablet.
Sayangnya, aktivitas pertambangan di Pulau Bangka dan Belitung disebut telah menghasilkan kerusakan yang tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kondisi masyarakat setempat.
Petani di Pulau Bangka dilaporkan tak bisa bercocok tanam karena kondisi tanah menjadi asam setelah hutan dibabat untuk pertambangan. Sementara nelayan makin sulit mencari ikan menyusul hancurnya biota laut yang disebabkan limpahan lumpur tambang.
Keadaan di tambang timah juga tidak aman untuk para pekerja yang terlibat di dalamnya. Pada 2011 lalu, data kepolisian mencatat setiap minggu rata-rata satu orang petambang meninggal dunia akibat kecelakaan. Di lokasi tambang liar juga kerap ditemukan pekerja yang masih anak-anak.
http://bangka.tribunnews.com/2013/08...l-timah-bangka
mending kalau timah yang sampai mereka itu resmi, sah berdasarkan peraturan exim timah. kalau menurut saya, ini lebih banyak timah illegal nya. hasil selundupan para pengusaha gelap. kemarin2 ada demo di kantor PT TIMAH, yang mengatasnamakan rakyat kecil penambang. lagi2 rakyat kecil mau saja dibodohi.
saya berharap pemerintah terus melakukan penertiban mulai sekarang, dan menjelaskan kepada rakyat kecil. bahwa rakyat kecil tidak dilarang buat menambang dan jangan takut. yang diperangi adalah para pengusaha2, yang telah merugikan bangsa dan negara dengan mengatasnamakan rakyat kecil,
Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben), disebutkan dia, kiranya lebih berperan aktif untuk melakukan evaluasi serta melakukan koordinasi dengan Kabupaten/Kota terkait tingkat kerusakan akibat pertambangan timah. Selain itu, harus segera dilakukan pembinaan dan evaluasi serta dilakukan tindak tegas kepada pemilik IUP yang tidak mematuhi aturan.
"Kami tidak melarang masyarakat untuk menambang. Namun mohon kiranya dapat mentaati aturan yang ada. Stop eksploitasi sumber alam Babel secara massal, jangan semua daerah ditambang dengan alasan mencari makan. Ini aliran sungai disikat, daerah pariwisata dihajar, hutan lindung dibabat, daerah perkebunan juga diembat dengan alasan masyarakat mencari makan. Dan lucunya, menggunakan alat berat," ujarnya kepada wartawan beberapa hari yang lalu.
Untuk itu, Deddy menandaskan, segera melakukan evaluasi dan monitoring IUP-IUP dan penambangan yang masuk dikawasan hutan. "Ini kan sudah tidak benar lagi. Seharusnya semua harus peduli menyelamatkan daerah kita, menyelamatkan kekayaan daerah dengan tidak mengeksploitasi sumber kekayaan kita secara massal. Penertiban dan evaluasi IUP yang sudah selesai diekploitasi segera dilakukan penutupan pasca tambang dengan melakukan reklamasi," katanya lagi.
Selain itu Ia menambahkan, hak dan kewajiban para pemilik IUP segera ditindaklanjuti. Jangan setelah ditambang ditinggal begitu saja. Penutupan pasca tambang ada aturannya, jangan hanya meninggalkan bekas galian lobang yang berdampak buruk kedepannya.
"Pemerintah kiranya dapat berperan aktif serta tak henti hentinya untuk melakukan pengawasan disektor pertambangan ini dan masyarakat diminta melakukan penambangan sesuai aturan yang ada dan mengutamakan keselamatan saat menambang. Menambang sesuai aturan dan IUP yang dimiliki, selain itu juga untuk mestabilkan harga timah kiranya para eksportir tidak melakukan ekspor secara berlebihan yang mengakibatkan stok timah dipasaran berlebihan, apalagi berhubungan dengan penerimaan negara seperti pajak penghasilan maupun lainnya," pungkasnya. (iam)
http://www.radarbangka.co.id/berita/...rus-bijak.html
saya sih..sangat mendukung, kalau alat2 berat tidak boleh digunakan. mungkin maskudnya. siapa yang untung, siapa yang rugi? yang untung tetap pengusaha alat berat, kalau hancur nya babel..yg merasakan rakyat kecil. seperti sekarang, mau cocok tanam aja gak bisa lagi. mau jadi nelayan? habis laut..diserang kapal isap untuk sedot timah. air laut jadi berminyak, terumbu karang habis (nelayan dibodohi dengan uang kompensasi, bentuk penjajahan). tetap aja para pengusaha ini selalu memakai nama rakyat kecil buat misi mereka. sekarang alat2 berat yang beroperasi ditangkap terus, dan itu langkah yang bagus menurut saya. kenapa? walaupun sudah terlanjur sejak era alm.gusdur, daripada tidak sama sekali mendingan mulai dari sekarang. bangka babak belur? pengusaha yang sudah kaya, tinggal kabur ke daerah lain buat cari kehidupan baru. lagi2 rakyat kecil yang bingung, mau kerja apa? buat masyarakat babel, anda harus pintar mulai sekarang. jangan sampai babel menjadi babak belur. dengan sisa bekas tambang yang menganga besar.
Apple Dicap "Pengecut" soal Timah Bangka
BANGKAPOS.COM — Menyusul Samsung yang telah lebih dulu memberi pernyataan pada April lalu, lima produsen besar smartphone telah memberi pengakuan soal pemakaian timah dari Pulau Bangka dalam produk-produknya.
Mereka adalah Nokia, Sony, BlackBerry, Motorola, dan LG Electronics. Masing-masing menyatakan memakai bahan baku timah dari Pulau Bangka yang mengalami kerusakan lingkungan dan sosial akibat aktivitas pertambangan.
Satu nama yang masih absen dari daftar adalah Apple, yang belum memberi pernyataan langsung sehubungan dengan persoalan tersebut.
Akibatnya, produsen gadget iPhone dan iPad ini menuai kritik dari organisasi pemerhati lingkungan Friends of the Earth (FoE) yang mendesak para pelaku industri agar memperbaiki keadaan di Pulau Bangka.
"Sikap pengecut Apple yang menolak berterus terang kepada pelanggan yang peduli tentang hal ini bertentangan dengan para pesaingnya dan berlawanan dengan komitmen CEO-nya sendiri untuk menjadi lebih transparan soal rantai pasokan Apple," kecam Direktur Kebijakan dan Kampanye FoE, Craig Bennett, dalam keterangan tertulis yang diterima oleh KompasTekno.
FoE mengatakan bahwa Apple tidak menghiraukan 24.000 e-mail dari anggota organisasi itu yang menanyakan apabila Apple menggunakan bahan timah yang diambil dari Pulau Bangka.
"Apple telah menolak menjawab pertanyaan dari konsumennya sendiri tentang Bangka walaupun perusahaan itu kemungkinan besar memang memakai timah yang diambil dari daerah tersebut," tulis FoE dalam situsnya.
Sebelumnya, pada 25 Juni lalu, Bennett sempat mengirim surat kepada CEO Apple Tim Cook untuk menyampaikan imbauan bahwa sikap Apple soal ini "tak pantas dipertahankan", terutama mengingat Cook mengklaim bertekad menjadi lebih transparan tentang rantai pasokan Apple dalam industri.
Di sisi lain, Bennet memuji para pelaku industri di luar Apple yang telah memberi respons positif terhadap tekanan FoE dan menyatakan bakal berkolaborasi dalam mengatasi masalah pertambangan timah di Pulau Bangka.
Sedang menyelidik
Apple sendiri bukannya sama sekali tidak merespons tekanan dari FoE soal timah Bangka.
Pada Maret lalu, produsen gadget yang terkenal selalu menjaga ketat rahasia industrinya ini bekerja sama dengan Philips, lembaga pemerintah Belanda Sustainable Trade Initiative (IDH), dan Electronics Industry Citizenship Coalition (ElCC) untuk mendirikan Kelompok Kerja Timah Bangka yang mewadahi para pelaku industri dalam menyikapi pertambangan timah di pulau tersebut.
Nokia, Sony, BlackBerry, Motorola, dan LG Electronics belakangan telah turut bergabung dalam Kelompok Kerja Timah Bangka ini.
Dalam pernyataan pertanggungjawaban pasokan komponen di situsnya, Apple menyatakan telah mendanai studi pertambangan untuk mempelajari situasi di Pulau Bangka secara lebih mendalam.
Tambang timah merusak lingkungan
Pulau Bangka beserta tetangganya, Pulau Belitung, menyumbang sekitar sepertiga pasokan timah dunia. Timah yang ditambang sebagian dipakai untuk bahan solder pada produk elektronik, termasuk gadget mobile seperti smartphone dan tablet.
Sayangnya, aktivitas pertambangan di Pulau Bangka dan Belitung disebut telah menghasilkan kerusakan yang tak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kondisi masyarakat setempat.
Petani di Pulau Bangka dilaporkan tak bisa bercocok tanam karena kondisi tanah menjadi asam setelah hutan dibabat untuk pertambangan. Sementara nelayan makin sulit mencari ikan menyusul hancurnya biota laut yang disebabkan limpahan lumpur tambang.
Keadaan di tambang timah juga tidak aman untuk para pekerja yang terlibat di dalamnya. Pada 2011 lalu, data kepolisian mencatat setiap minggu rata-rata satu orang petambang meninggal dunia akibat kecelakaan. Di lokasi tambang liar juga kerap ditemukan pekerja yang masih anak-anak.
http://bangka.tribunnews.com/2013/08...l-timah-bangka
mending kalau timah yang sampai mereka itu resmi, sah berdasarkan peraturan exim timah. kalau menurut saya, ini lebih banyak timah illegal nya. hasil selundupan para pengusaha gelap. kemarin2 ada demo di kantor PT TIMAH, yang mengatasnamakan rakyat kecil penambang. lagi2 rakyat kecil mau saja dibodohi.

saya berharap pemerintah terus melakukan penertiban mulai sekarang, dan menjelaskan kepada rakyat kecil. bahwa rakyat kecil tidak dilarang buat menambang dan jangan takut. yang diperangi adalah para pengusaha2, yang telah merugikan bangsa dan negara dengan mengatasnamakan rakyat kecil,
0
1.1K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan