Quote:
Fitch: Ekonomi Indonesia Tak Akan Seperti 1998
Quote:
Suasana pembangunan gedung-gedung pencakar langit di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (7/4/2013). Bank Indonesia merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi 5,8 persen-6,2 persen pada tahun ini. | KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA
Rabu, 28 Agustus 2013 | 14:39 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Fitch Ratings International menilai bergejolaknya pasar finansial dan nilai tukar rupiah dinilai disebabkan oleh faktor eksternal dan tidak akan berujung pada krisis ekonomi 1998.
Hal itu merupakan salah satu kesimpulan dari pertemuan lembaga rating itu dengan Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), yang diperoleh Kompas.com, Rabu (28/8/2013).
Dalam hasil pertemuan itu, Fitch menyatakan kondisi ekonomi di Indonesia saat ini lebih disebabkan oleh faktor luar seperti kebijakan bank sentral AS mengurangi stimulusnya dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China.
"Fluktuasi nilai tukar merupakan dampak atas faktor tersebut diatas yg lebih bersifat antisipasi spekulatif," jelas lembaga tersebut.
Selain itu, defisit neraca berjalan (current account deficit) yang terjadi di Indonesia tergolong sementara, akibat kurang tepatnya waktu pengambilan kebijakan, serta faktor pangan Diperkirakan, kuartal III tahun ini akan membaik dari kuartal III4.
Peringkat Fitch terhadap sovereign debt Indonesia sejauh ini masih belum berubah. Bahkan Fitch menilai memang negara yang memiliki BBB rating cenderung fluktuatif, terlebih dengan pertumbuhan yang tinggi.
"Memang, dominasi ekspor Indonesia masih pada komoditas, sehingga sangat rentan terhadap gejolak ekonomi," demikian salah satu hasil pertemuan tersebut.
Untuk itu, kondisi ekonomi Indonesia saat ini menurut Fitch tidak akan mengarah seperti krisis yang terjadi pada tahun 1998. Lembaga itu menilai trial and error kebijakan masih berlangsung, sehingga tidak ada pil instan yg dpt menyembuhkan kondisi ini.
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Kompas.com
Mari doakan yang terbaik bagi bangsa ini kedepannya, ketika dunia masih mempercayai fundamental kekuatan ekonomi kita mengapa kita sebagai rakyat Indonesia masih pesimis dan cenderung menerima hasutan dari oposisi dan pengamat ekonomi karbitan?