Masihkah Anda meratapi kegagalan dalam hidup Anda? Tidak mensyukuri apa yang diberikan Tuhan pada Anda? Ragu pada kemampuan diri sendiri? Ketujuh orang ini akan menunjukkan pada Anda, apa itu arti sebuah mimpi dan harapan. Mari kita simak bagaimana perjuangan mereka meraih asa dengan segala keterbatasan fisik yang ada.
Spoiler for Inspirasi 1:
1. Sudha Chandran
Sudha Chandran lahir di Chennai, India Selatan. Dia menyelesaikan gelar Masternya di bidang Ekonomi di Mumbai. Pada perjalanan dari Mumbai menuju Chennai, Sudha mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki kanannya harus diamputasi. Meski harus rela memakai kaki palsu dan menjadi cacat seumur hidup, Sudha berhasil menjadi salah satu penari paling berhasil dan diakui di India. Dia pun berhasil menerima berbagai penghargaan dan sering muncul di televisi serta beberapa film Hindi.
Spoiler for Inspirasi 2:
2. Beethoven
Beethoven dianggap sebagai salah satu komposer terbesar dalam sejarah musik dunia. Dia tampil di depan publik untuk pertama kalinya sebagai seorang pianis, ketika baru berusia 8 tahun. Beethoven kala itu belajar di Wina di bawah bimbingan Mozart. Pada usia dua puluhan, ia telah dianggap sebagai seorang pianis besar yang dikenal dengan improvisasi yang tak terduga dan brilian. Pada tahun 1796, Beethoven mulai kehilangan pendengarannya. Meskipun demikian, ia tak ingin menyerah dan terus menciptakan beberapa karya besar dalam bermusik. Karya terbaik Beethoven yang masih dikenang hingga sekarang, antara lain: 9th Symphony, 5th Piano Concerto, Violin Concerto, Late Quartets, dan Missa Solemnis.
Spoiler for Inspirasi 3:
3. Stephen Hawking
Stephen William Hawking adalah seorang fisikawan terkenal dari Inggris, yang telah berkarir selama 40 tahun di bidang ilmiah. Buku-buku dan penampilan publiknya telah membuat Stephen menjadi selebriti akademik dan pada tahun 2009, dia dianugerahi Presidential Medal of Freedom, penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat. Stephen Hawking kala itu didiagnosis menderita penyakit motor neuron, varian dari penyakit yang dikenal sebagai amyotrophic lateral sclerosis.
Gejala gangguan yang pertama muncul adalah kehilangan keseimbangan. Khawatir bahwa ia akan kehilangan kejeniusannya, ia melakukan tes Mensa untuk memverifikasi bahwa kemampuan intelektualnya masih utuh. Ketika dirinya mengunjak usia 21, sesaat sebelum pernikahannya, dokter mengatakan bahwa dia tidak akan bertahan lebih dari dua atau tiga tahun. Stephen kemudian berangsur-angsur kehilangan kemampuannya untuk menggerakkan lengan, kaki, dan suara, dan pada tahun 2009 dia hampir sepenuhnya lumpuh.
Spoiler for Inspirasi 4:
4. Hellen Keller
Helen Adams Keller adalah seorang penulis, aktivis politik dan dosen asal Amerika. Dia adalah orang tuna rungu pertama yang berhasil memperoleh gelar Bachelor of Arts saat itu. Sebagai seorang penulis yang produktif, Hellen ikut berkampanye untuk hak pilih perempuan, hak-hak pekerja, dan sosialisme, serta banyak penyebab progresif lainnya. Pada tahun 1920, ia membantu untuk menemukan American Civil Liberties Union (ACLU) dan berteman dengan banyak tokoh terkenal, termasuk Alexander Graham Bell, Charlie Chaplin, dan Mark Twain.
Spoiler for Inspirasi 5:
5. Angkie Yudistia
Angkie Yudistia adalah satu dari sekian banyak penyandang cacat dengan bakat luar biasa di Indonesia. Meski memiliki masalah terhadap pendengarannya, ia berhasil menjadi salah satu finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat pada 2008 dan terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e. Angkie juga aktif sebagai pembicara di berbagai kegiatan nasional ataupun internasional yang berkaitan dengan kaum difabel.
Spoiler for Inspirasi 6:
6. Ratna Indraswari
Tutup usia pada 28 Maret 2011 lalu, nama Ratna Indraswari Ibrahim sangat familiar di telinga para pecinta sastra. Lebih dari 400 karya cerpen dan novel telah dihasilkannya sejak usia remaja hingga akhir hayatnya. Ratna dikenal sebagai sosok sastrawan produktif dan tangguh karena mampu mengalahkan keterbatasan tubuhnya. Baginya, menjadi golongan kaum difabel bukan alasan untuk menyerah. Meski tak dipungkiri, Ratna sempat mengalami apa yang disebutnya sebagai kemarahan usia remaja karena keterbatasan tubuhnya.
Spoiler for Bonus:
Masihkah Anda mengeluh tentang apa yang menimpa Anda saat ini? Hanya menyalahkan nasib? Atau sekarang lah waktunya untuk maju dan berjuang demi masa depan yang lebih baik? Seperti yang dikatakan oleh Iwan Setyawan dalam novelnya, "Kita tidak bisa memilih masa kecil kita, tapi masa depan itu, kita yang menentukannya."