- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Adolf Heuken, Ahli Sejati Kota Jakarta


TS
MR.BIGG
Adolf Heuken, Ahli Sejati Kota Jakarta
"Kalau kita tidak tahu latar belakang sejarah, kita tidak mengerti siapa kita. Anak Jakarta tidak diberi tahu tentang Sejarah Jakarta, maka mereka tidak tahu bagaimana mencintai kotanya. Karena tidak tahu sejarah Jakarta, maka tidak tahu nilai sejarah maka tidak menjaga kota Jakarta.”
Sepenggal kalimat itu diucapkan oleh seorang pria berusia 84 tahun yang tubuhnya gemetar saat memegang lembaran kertas untuk dibacakan. Adolf J Heuken, SJ di Senin (13/5) malam itu menerima penghargaan dengan tajuk acara “Adolf Heuken, SJ 50 Years of Dedications” di aula Goethe Institut, Jl. Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta.
Lelaki yang membawa tongkat dan malam itu mengenakan kemeja batik cokelat keemasan dan celana bahan berwarna hitam itu sangat familiar bagi masyarakat Betawi.
Bagaimana tidak? Pater Heuken—panggilan akrabnya—dikenali sebagai orang yang sangat dekat dengan masyarakat Jakarta. Dia memang mengikuti perkembangan Kota Batavia (sekarang Jakarta) dan menghabiskan sebagian besar umurnya sejak 1963 hingga sekarang tinggal di Jakarta.
Heuken menyelesaikan sekolah menengah di Gymnasium Johann-Conrad-Schule, Münster, NRW, pada 1950. Selanjutnya memasuki seminari untuk persiapan menjadi rahib Katolik, kemudian mengabdikan diri di Keuskupan Agung Münster, dan tahun 1963 mulai bekerja di Indonesia.
Melalui buku-bukunya, nama Heuken dikenal masyarakat. Di antara karyanya adalah Kamus Dwibahasa Indonesia-Jerman (ditulis bersama ERT. Sinaga. Buku ini sangat populer dan bajakannya dapat dijumpai di mana-mana) dan kebalikan yakni buku Jerman-Indonesia, Deutsch-Indonesisch Wörterbuch; juga buku mengenai sejarah Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta.
Selain pria kelahiran Coestfield, Jerman, 17 Juli 1929 itu membuat bibliografi mengenai sejarah Jakarta berjudul Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta, ia juga menulis buku sejarah mengenai gereja dan masjid tua di Jakarta. Untuk kalangan internal Katolik, ditulisnya Ensiklopedia Katolik dan Jungen für Christus: Ein Buben-Buch yang digarap bersama Roman Bleistein.
Beberapa waktu lalu ketika Fauzi Bowo masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, Adolf J Heuken, SJ diangkat menjadi anggota Tim Pertimbagan Penasihat Bangunan Bersejarah dan Pemugaran DKI Jakarta. Keahlian terhadap bangunan-banguanan bersejarah di DKI sudah tidak diragukan oleh Pemprov DKI. Heuken banyak membantu Pemprov DKI dalam mempertahankan bagunan dan taman bersejarah.
Oleh karena itu, wajar saja jika dalam acara malam penghargaan Senin lalu, Fauzi Bowo menjadi tamu undangan penting dan duduk bersebelahan dengan Heuken. Tentu saja, Bang Foke—sapaan karib Fauzi Bowo—memberikan kata sambutan tentang pengalamannya bekerja bersama Pastor dari Ordo Jesuit tersebut.
Foke mengatakan ada satu buku yang menarik perhatian dalam buku berjudul Menteng, Kota Taman Pertama Indonesia. Buku ini merupakan rujukan atau panduan bagi banyak pihak untuk mengenal, memahami, mencintai Kota Jakarta. Buku ini diharapkan memotivasi masyarakat untuk memelihara dan melestarikan bangunan, taman, serta tempat bersejarah yang ada dikawasan Menteng.
"Seperti yang beliau sampaikan dalam filmnya; bagi banyak orang, baru mengenal Menteng setelah membaca buku Menteng. Orang yang sudah lama tinggal di Menteng saja tak kunjung memahami lingkungannya. (Jadi) sudah jelas Pastor Heuken lebih banyak mengenal Menteng daripada banyak penghuni di Menteng," tegas Foke.
Pemahaman Mendalam
Foke lantas menceritakan pengenalan dan pemahaman Heuken yang begitu mendalam terhadap jejak sejarah Kota Jakarta tidak jarang justru menempatkan Heuken pada posisi yang sulit. Terutama dalam kedudukannya sebagai anggota Tim Pertimbangan Penasihat Bangunan Bersejarah dan Pemugaran DKI Jakarta. Heuken sering dimusuhi karena dinilai menghambat pembangunan Jakarta.
"Mengapa? Karena dia selalu tidak setuju dengan upaya bongkar bangunan yang dapat menghilangkan jejak sejarah pertumbuhan Kota Jakarta," imbuhnya. Untuk itulah, Foke memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Heuken. Ahli kota Jakarta adalah Pater Heuken.
"Saya harus angkat topi terhadap sikapnya yang tidak pernah tawar-menawar soal bongkar membongkar bangunan bersejarah ini. Kita semua mengakui untuk urusan pengetahuan bangunan sejarah dan perkembangannya, beliaulah ahli sesungguhnya yang harus kita dengar dan jadikan panduan. Dialah ahli yang sebenarnya," tegas Foke.
Acara yang berlangsung kurang dari tiga jam itu dihadiri Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Duta Besar Jerman untuk Indonesia George Witschel, Romo Franz Magnis-Suseno, wartawan senior Sinar Harapan Aristides Katoppo, serta tokoh-tokoh budayawan dan sejarawan Indonesia lainnya.
Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengungkapkan bangga memiliki ahli bangunan sejarah Jakarta seperti Heuken yang masuk dalam Tim Pertimbangan Penasihat Bangunan Bersejarah dan Pemugaran DKI Jakarta.
"Banyak orang hidup sampai 80-an tahun di Jakarta tapi tidak mengerti Jakarta. Jadi, ini keuntungan untuk Jakarta, kita beruntung memiliki Father Heuken di DKI. Dia memang sudah menjadi anggota tim arsitek kami," ujar Ahok.
Heuken sebelumnya menerima penghargaan Das Bundesverdienstkreuz am Bande (Bintang Penghargaan Republik Federal Jerman) pada 25 November 2008 atas jasa-jasanya dalam mengembangkan hubungan Jerman-Indonesia.
Penghargaan ini adalah yang tertinggi yang dianugerahkan oleh pemerintah federal kepada setiap orang atas jasanya terhadap Jerman, dan mulai diberikan tahun 1951 oleh Presiden Jerman Theodor Heuss.
0
2.2K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan