- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
"A Thousand Poems"


TS
titik.jenuh
"A Thousand Poems"
permisi agan-sista semua ane mau buat cerita yang di buat temen fb ane mau ane repost di sini langsung aja gan cekidot
terimakasih agan" semua ane tunggu komentnya ya gan


Spoiler for "A Thousand Poems" -1:
"A Thousand Poems" adalah komik gue yg ga selesai, dan ini adalah versi adaptasi
Setting 1.1
Kertas – Kertas Pertama
..sore di kota pelabuhan..
Beberapa anak sedang bermain di lapangan, sebuah kompleks perumahan pegawai pemerintahan.
Day Prizze sedang duduk di pinggir, ia kelelahan. Matanya berbinar meski keringat bercucuran.
Tak lama kemudian iapun mengayuh sepedanya pulang ke rumah.
Day dengar itu, suara pertengkaran orangtuanya waktu ia memasuki halaman rumah.
Ia terhenti di samping, urung masuk dan hanya diam seolah tak ingin diketahui siapapun bahwa ia ada di sini.
Day kembali mengayuh sepedanya keluar, perlahan dan tak lagi menoleh apapun.
Matahari sedang terbenam saat Day dalam perjalanan menuju pelabuhan.
Lampu-lampu jalanan sudah menyala. Dan sesampainya ia di pelabuhan, matahari baru saja terbenam.
Langit barat berwarna biru kemerahan.
Day menyukai suasana ini, suasana saat matahari baru saja terbenam.
Suasananya begitu sunyi tidak seperti saat sebelum senja atau sesudahnya, entah kenapa.
Seperti ada jeda sebelum aktivitas manusia dimulai lagi.
Sepertinya juga waktu berhenti sejenak.
Lampu-lampu berkelip di sana & di sana.
Bintang-bintang muncul satu dua di langit.
Day merasa seperti banyak teman dimana-mana.
Teman-teman cahaya.
Perlahan langitpun akhirnya gelap.
“Aku harus pulang. Mudah-mudahan di rumah sudah tenang..” Day menggumam dalam hati.
Ia mengayuh kembali sepedanya..
Jeda tadi sudah berakhir, waktu juga sepertinya sudah berlari kembali.
Day pulang di antara cahaya lampu-lampu jalanan yg semakin terang.
Di antara bintang-bintang yg semakin banyak terlihat.
Jam menunjukkan 18.52 waktu Day memasuki halaman rumahnya.
Papa sedang duduk di teras dan berdiri geram melihatnya baru saja memasuki halaman.
Day terdiam di samping sepedanya, ia menunduk ketakutan..
Papanya bertambah geram melihatnya mematung diam, menghampiri Day lalu membanting sepedanya.
“Darimana saja kamu, hah?!.. Kamu kira jam berapa ini??”
Day tak bisa mengatakan alasan ia pulang terlambat.
Sebab ia tak terbiasa berbicara dengan keluarganya,
rasanya seperti memasuki wilayah asing yg tidak enak.
“Jangan pulang!.. Biar di jalanan, biar ga usah sekolah sekalian!!..” Papa terus saja menghardiknya.
“Masuk..!! Mau berapa lama kamu diam di situ?!”
Day buru-buru masuk ke dalam rumah, mencuci kaki & tangannya ketika Papa
menyusul masuk dan memukulinya di kamar mandi.
Day tak sempat terkejut.
Ia tak lagi dengar semua kata-kata Papa, yang ia tahu hanya perasaan sakit tubuhnya
dan perasaan takut yg teramat. Tak mungkin bagi Day mendengar apapun saat itu.
Sepertinya tak seorang anakpun yg bisa meresapi nasehat atau kata-kata apapun
dalam keadaan seperti itu, dimanapun juga...
Sambil mengomel Papa keluar dari kamar mandi. Menyalahkan Mama.
Mama yang berada di kamar akhirnya keluar, ia bukannya tak tahu yang sedang terjadi.
Day masih ada di kamar mandi waktu Mama masuk dan ikut memarahinya.
Memukul dan menyiramnya dengan air.
“Kamu ini ga bisa diatur ya??.. Kamu dengar itu, Papa menyalahkan Mama terus??.. Mau kamu apa sih Day…?!”
Teriakan Mama yang terdengar Papa, menyulut kembali pertengkaran mereka.
“Memang kamu yang salah!! Memang kamu yang ga becus mengurus anak..!!”
Day masih di sini, di kamar mandi.
Di luar terdengar pertengkaran seperti tadi sore yang menahannya pulang ke rumah.
Day bangkit dan mengendap pelan masuk ke kamar tidurnya,
tatapannya tak tertuju ke manapun kecuali ke bawah.
Di kamarnya, ia mengeringkan tubuhnya dan mengganti baju.
Day tak tahu apakah tadi ia menangis.
Atau apakah sekarang ia masih menangis.
Tak ada suara apapun dari bibirnya yg gemetar.
Airmatanya tak terlihat sebab tersamar tubuh yg basah oleh siraman air.
Setelah mengganti bajunya, Daypun naik ke tempat tidur dan
merebahkan badannya ke arah tembok kamar.
Ia memejamkan mata, sesekali tergetar kaget sebab pertengkaran orangtuanya
masih terdengar di luar kamarnya.
Day mencoba untuk tidur.
Tak berani keluar kamar untuk makan malam atau sekedar minum atau untuk apapun.
Pun tak ada tugas sekolah untuk dikerjakan.
Tubuhnya lelah, perih & kedinginan.
...ia tertidur di antara suara-suara pertengkaran...
Tertidur tapi terlihat jelas bekas air matanya di pipi.
…Day tertidur sambil menangis bisu…
Setting 1.1
Kertas – Kertas Pertama
..sore di kota pelabuhan..
Beberapa anak sedang bermain di lapangan, sebuah kompleks perumahan pegawai pemerintahan.
Day Prizze sedang duduk di pinggir, ia kelelahan. Matanya berbinar meski keringat bercucuran.
Tak lama kemudian iapun mengayuh sepedanya pulang ke rumah.
Day dengar itu, suara pertengkaran orangtuanya waktu ia memasuki halaman rumah.
Ia terhenti di samping, urung masuk dan hanya diam seolah tak ingin diketahui siapapun bahwa ia ada di sini.
Day kembali mengayuh sepedanya keluar, perlahan dan tak lagi menoleh apapun.
Matahari sedang terbenam saat Day dalam perjalanan menuju pelabuhan.
Lampu-lampu jalanan sudah menyala. Dan sesampainya ia di pelabuhan, matahari baru saja terbenam.
Langit barat berwarna biru kemerahan.
Day menyukai suasana ini, suasana saat matahari baru saja terbenam.
Suasananya begitu sunyi tidak seperti saat sebelum senja atau sesudahnya, entah kenapa.
Seperti ada jeda sebelum aktivitas manusia dimulai lagi.
Sepertinya juga waktu berhenti sejenak.
Lampu-lampu berkelip di sana & di sana.
Bintang-bintang muncul satu dua di langit.
Day merasa seperti banyak teman dimana-mana.
Teman-teman cahaya.
Perlahan langitpun akhirnya gelap.
“Aku harus pulang. Mudah-mudahan di rumah sudah tenang..” Day menggumam dalam hati.
Ia mengayuh kembali sepedanya..
Jeda tadi sudah berakhir, waktu juga sepertinya sudah berlari kembali.
Day pulang di antara cahaya lampu-lampu jalanan yg semakin terang.
Di antara bintang-bintang yg semakin banyak terlihat.
Jam menunjukkan 18.52 waktu Day memasuki halaman rumahnya.
Papa sedang duduk di teras dan berdiri geram melihatnya baru saja memasuki halaman.
Day terdiam di samping sepedanya, ia menunduk ketakutan..
Papanya bertambah geram melihatnya mematung diam, menghampiri Day lalu membanting sepedanya.
“Darimana saja kamu, hah?!.. Kamu kira jam berapa ini??”
Day tak bisa mengatakan alasan ia pulang terlambat.
Sebab ia tak terbiasa berbicara dengan keluarganya,
rasanya seperti memasuki wilayah asing yg tidak enak.
“Jangan pulang!.. Biar di jalanan, biar ga usah sekolah sekalian!!..” Papa terus saja menghardiknya.
“Masuk..!! Mau berapa lama kamu diam di situ?!”
Day buru-buru masuk ke dalam rumah, mencuci kaki & tangannya ketika Papa
menyusul masuk dan memukulinya di kamar mandi.
Day tak sempat terkejut.
Ia tak lagi dengar semua kata-kata Papa, yang ia tahu hanya perasaan sakit tubuhnya
dan perasaan takut yg teramat. Tak mungkin bagi Day mendengar apapun saat itu.
Sepertinya tak seorang anakpun yg bisa meresapi nasehat atau kata-kata apapun
dalam keadaan seperti itu, dimanapun juga...
Sambil mengomel Papa keluar dari kamar mandi. Menyalahkan Mama.
Mama yang berada di kamar akhirnya keluar, ia bukannya tak tahu yang sedang terjadi.
Day masih ada di kamar mandi waktu Mama masuk dan ikut memarahinya.
Memukul dan menyiramnya dengan air.
“Kamu ini ga bisa diatur ya??.. Kamu dengar itu, Papa menyalahkan Mama terus??.. Mau kamu apa sih Day…?!”
Teriakan Mama yang terdengar Papa, menyulut kembali pertengkaran mereka.
“Memang kamu yang salah!! Memang kamu yang ga becus mengurus anak..!!”
Day masih di sini, di kamar mandi.
Di luar terdengar pertengkaran seperti tadi sore yang menahannya pulang ke rumah.
Day bangkit dan mengendap pelan masuk ke kamar tidurnya,
tatapannya tak tertuju ke manapun kecuali ke bawah.
Di kamarnya, ia mengeringkan tubuhnya dan mengganti baju.
Day tak tahu apakah tadi ia menangis.
Atau apakah sekarang ia masih menangis.
Tak ada suara apapun dari bibirnya yg gemetar.
Airmatanya tak terlihat sebab tersamar tubuh yg basah oleh siraman air.
Setelah mengganti bajunya, Daypun naik ke tempat tidur dan
merebahkan badannya ke arah tembok kamar.
Ia memejamkan mata, sesekali tergetar kaget sebab pertengkaran orangtuanya
masih terdengar di luar kamarnya.
Day mencoba untuk tidur.
Tak berani keluar kamar untuk makan malam atau sekedar minum atau untuk apapun.
Pun tak ada tugas sekolah untuk dikerjakan.
Tubuhnya lelah, perih & kedinginan.
...ia tertidur di antara suara-suara pertengkaran...
Tertidur tapi terlihat jelas bekas air matanya di pipi.
…Day tertidur sambil menangis bisu…
terimakasih agan" semua ane tunggu komentnya ya gan




anasabila memberi reputasi
1
1.1K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan