- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pemimpin baik di Indonesia Yang Luput dari Pemberitaan
TS
songotku
Pemimpin baik di Indonesia Yang Luput dari Pemberitaan
Jokowi, Jokowi, dan selalu Jokowi. Memang, sosok mantan walikota Solo ini begitu fenomenal. Media massa seolah tanpa henti memberitakan tindak-tanduk Gubernur DKI Jakarta ini. Tak peduli itu kegiatan publik maupun pribadi. Bahkan, ada media online yang secara khusus membuat berita kronologis harian semenjak Jokowi menjadi orang satu di Ibukota Indonesia.
Jokowi memang fenomenal. Dan saking fenomenalnya, beberapa pemimpin daerah lain yang punya gaya dan kebijakan yang sama dengan Jokowi, yakni “public oriented” seolah tenggelam dengan nama besarnya. Seperti walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Tak banyak media nasional yang menyorot kepemimpinan Bu Risma. Salah satunya karena memang Bu Risma tidak ingin segala kegiatannya diliput oleh media. Padahal, gaya blusukan Jokowi dipandang sebagian orang malah meniru gaya blusukan Bu Risma semenjak masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2005. Gaya ini masih diteruskan oleh Bu Risma meski dia sudah diangkat jadi orang nomor satu di kota terbesar kedua di Indonesia.
Dalam sebuah artikel di Huffington Post, 20 Agustus 2013, penulis Stanley Weiss, mantan petinggi perusahaan tambang sekaligus pendiri Business Executives for National Security memberi judul artikelnya “Surabaya’s Mrs. Mayor: Indonesia’s Best-Kept Secret” . Ya, seorang pemimpin terbaik yang luput dari pemberitaan.
Stanley menuturkan, Bu Walikota kerap terlihat pada pukul 05.30 sedang memunguti sampah di sepanjang jalan. Sore hari, ia terlihat melempar bola ke anak-anak yang asyik bermain di taman dan mengingatkan mereka untuk rajin belajar. Sementara saat hari gelap, Risma sering patroli ke taman, memarahi anak di bawah umur karena keluyuran malam. Dan jika lalu lintas tersendat dan macet, perempuan berkerudung itu kerap keluar dari mobilnya untuk mengatur jalan. Dengan arahannya, tempat pramuriaan diubah jadi taman kanak-kanak, SPBU tua jadi lokasi bermain. Slogan anti-buang sampah sembarangan memuat Surabaya menjadi pionir kota berwawasan lingkungan dan menginspirasi warganya. “Tahun lalu, Surabaya dinobatkan sebagai kota dengan partisipasi publik terbaik di Asia Pasifik.”
Dengan kehidupan kota yang keras dan birokrasi politik yang penuh mafia, Risma bukannya tidak menemui tantangan saat memimpin kota Surabaya. Jabatan Walikota yang disandangnya pernah terancam gara-gara kebijakannya soal papan reklame. Beberapa anggota DPRD, yang disinyalir ikut bermain dalam beberapa proyek papan reklame mengancam akan melengserkan Risma. Bahkan, ancaman fisik pun pernah diterima oleh keluarga Risma. Ia dan keluarganya juga pernah menerima ancaman mati gara-gara mengimplementasikan sistem pelelangan online yang transparan, e-procurement, yang pertama di seluruh nusantara, saat menjadi Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya.“Ide-ide kreatifnya membuat pertumbuhan ekonomi Surabaya meningkat lebih dari 7,5 persen sejak memimpin pada 2010 silam. Ia pun diganjar penghargaan bergengsi, 2012 Women Leader Award dariGlobe Asia.”
Jika Jokowi digadang-gadang bakal dicalonkan sebagai Presiden RI berikutnya, Risma seolah tidak mengejar jabatan. Sebab, menurutnya, menjadi walikota, gubernur, bahkan presiden adalah tanggung jawab yang luar biasa. Tak hanya soal memecahkan masalah, seperti banjir, “tapi bagaimana membantu orang berkembang dan menjadi sukses.”
Jika Jokowi berkali-kali harus menuruti perintah partai induknya, untuk hanya sekedar menjadi juru kampanye di beberapa pilkada, Risma seolah bebas tanpa belenggu. Dalam masa kampanye Pilkada Jawa Timur, Risma sendiri yang memerintahkan penurunan baliho bergambar dirinya dengan logo salah satu peserta pilkada, karena dia tidak ingin publik menilai dia berat dan bahwa semenjak jadi walikota, maka dia sudah menjadi milik warga kota, bukan milik salah satu partai.
Sebagai penutup dari tulisan ini, saya mengutip penutup dari artikel Stanley Weiss,” the seal of Surabaya is a battling shark and crocodile. As mayor, Ibu Risma has learned to tame the clash of fiercely competing interests. What more might she do for all of Indonesia?
Mengingat bentuk logo Surabaya — pertarungan hiu dan buaya. Sebagai walikota, Ibu Risma telah belajar untuk menjinakkan benturan kepentingan yang bersaing sengit. Apa lagi yang bisa dia lakukan untuk seluruh Indonesia?”
INTIP
komen ane semakin banyak figur pemimpin yang bagus semakin baik negeri ini...
jangan ditimpukin
maunya ditimpukin bisa juga di
Jokowi memang fenomenal. Dan saking fenomenalnya, beberapa pemimpin daerah lain yang punya gaya dan kebijakan yang sama dengan Jokowi, yakni “public oriented” seolah tenggelam dengan nama besarnya. Seperti walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Tak banyak media nasional yang menyorot kepemimpinan Bu Risma. Salah satunya karena memang Bu Risma tidak ingin segala kegiatannya diliput oleh media. Padahal, gaya blusukan Jokowi dipandang sebagian orang malah meniru gaya blusukan Bu Risma semenjak masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2005. Gaya ini masih diteruskan oleh Bu Risma meski dia sudah diangkat jadi orang nomor satu di kota terbesar kedua di Indonesia.
Dalam sebuah artikel di Huffington Post, 20 Agustus 2013, penulis Stanley Weiss, mantan petinggi perusahaan tambang sekaligus pendiri Business Executives for National Security memberi judul artikelnya “Surabaya’s Mrs. Mayor: Indonesia’s Best-Kept Secret” . Ya, seorang pemimpin terbaik yang luput dari pemberitaan.
Stanley menuturkan, Bu Walikota kerap terlihat pada pukul 05.30 sedang memunguti sampah di sepanjang jalan. Sore hari, ia terlihat melempar bola ke anak-anak yang asyik bermain di taman dan mengingatkan mereka untuk rajin belajar. Sementara saat hari gelap, Risma sering patroli ke taman, memarahi anak di bawah umur karena keluyuran malam. Dan jika lalu lintas tersendat dan macet, perempuan berkerudung itu kerap keluar dari mobilnya untuk mengatur jalan. Dengan arahannya, tempat pramuriaan diubah jadi taman kanak-kanak, SPBU tua jadi lokasi bermain. Slogan anti-buang sampah sembarangan memuat Surabaya menjadi pionir kota berwawasan lingkungan dan menginspirasi warganya. “Tahun lalu, Surabaya dinobatkan sebagai kota dengan partisipasi publik terbaik di Asia Pasifik.”
Dengan kehidupan kota yang keras dan birokrasi politik yang penuh mafia, Risma bukannya tidak menemui tantangan saat memimpin kota Surabaya. Jabatan Walikota yang disandangnya pernah terancam gara-gara kebijakannya soal papan reklame. Beberapa anggota DPRD, yang disinyalir ikut bermain dalam beberapa proyek papan reklame mengancam akan melengserkan Risma. Bahkan, ancaman fisik pun pernah diterima oleh keluarga Risma. Ia dan keluarganya juga pernah menerima ancaman mati gara-gara mengimplementasikan sistem pelelangan online yang transparan, e-procurement, yang pertama di seluruh nusantara, saat menjadi Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya.“Ide-ide kreatifnya membuat pertumbuhan ekonomi Surabaya meningkat lebih dari 7,5 persen sejak memimpin pada 2010 silam. Ia pun diganjar penghargaan bergengsi, 2012 Women Leader Award dariGlobe Asia.”
Jika Jokowi digadang-gadang bakal dicalonkan sebagai Presiden RI berikutnya, Risma seolah tidak mengejar jabatan. Sebab, menurutnya, menjadi walikota, gubernur, bahkan presiden adalah tanggung jawab yang luar biasa. Tak hanya soal memecahkan masalah, seperti banjir, “tapi bagaimana membantu orang berkembang dan menjadi sukses.”
Jika Jokowi berkali-kali harus menuruti perintah partai induknya, untuk hanya sekedar menjadi juru kampanye di beberapa pilkada, Risma seolah bebas tanpa belenggu. Dalam masa kampanye Pilkada Jawa Timur, Risma sendiri yang memerintahkan penurunan baliho bergambar dirinya dengan logo salah satu peserta pilkada, karena dia tidak ingin publik menilai dia berat dan bahwa semenjak jadi walikota, maka dia sudah menjadi milik warga kota, bukan milik salah satu partai.
Sebagai penutup dari tulisan ini, saya mengutip penutup dari artikel Stanley Weiss,” the seal of Surabaya is a battling shark and crocodile. As mayor, Ibu Risma has learned to tame the clash of fiercely competing interests. What more might she do for all of Indonesia?
Mengingat bentuk logo Surabaya — pertarungan hiu dan buaya. Sebagai walikota, Ibu Risma telah belajar untuk menjinakkan benturan kepentingan yang bersaing sengit. Apa lagi yang bisa dia lakukan untuk seluruh Indonesia?”
INTIP
komen ane semakin banyak figur pemimpin yang bagus semakin baik negeri ini...
jangan ditimpukin
maunya ditimpukin bisa juga di
0
2.4K
28
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan