★ 11 Film Olahraga Inspiratif Berdasarkan Kisah Nyata ★
TS
gavinconnor
★ 11 Film Olahraga Inspiratif Berdasarkan Kisah Nyata ★
Assalamu'alaikum,
Salam sejahtera untuk seluruh agan-agan Kaskuser yang tercinta...
Mumpung lagi weekend, ane pikir cocok untuk memberikan referensi beberapa film dengan tema olahraga yang bisa memacu semangat kita. Dalam film dengan tema olahraga, banyak diajarkan nilai-nilai kehidupan yang positif. Pantang menyerah, jujur dan adil dalam fairplay, kerjasama dalam tim, tahu sampai dimana batas kekuatan kita, kapan kita berusaha untuk melewatinya, bahkan membuat kita berpikir strategis dan out of the box.
Nilai-nilai itu yang sering diangkat ke dalam tema film bernuansa olahraga. Cerita moral dalam film olahraga selalu berhasil memberikan inspirasi dan motivasi dalam aktivitas keseharian. Inilah sebelas film olahraga berdasarkan kisah nyata pilihan, yang bukan saja membangkitkan semangat namun juga memberikan tontonan yang menghibur.
The Fighter mengisahkan perjalanan hidup “Irish” Micky Ward (Wahlberg), dalam menghadapi berbagai masalah pribadi dan keluarganya sebelum ia memperoleh kepopuleran sebagai seorang petinju profesional kelas dunia. Sepanjang hidupnya, Micky selalu merasa bahwa ia berada di bawah bayang-bayang saudara tirinya, Dicky Eklund (Christian Bale), seorang mantan petinju populer yang walaupun kini terjebak dalam masalah narkoba selalu berhasil menjadi perhatian utama bagi sang ibu, Alice (Melissa Leo). Dalam karir awalnya sebagai seorang petinju, Alice dan Dicky sendiri berperan sebagai seorang manajer dan pelatih bagi Micky. Namun setelah kekalahan beruntun yang dialaminya, Micky mulai merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu terhadap karir bertinjunya sebelum usianya menjadi terlalu tua.
Di saat yang sama, kehidupan percintaan Micky mulai tumbuh ketika ia bertemu seorang gadis penjaga bar bernama Charlene (Amy Adams). Lewat saran Charlene-lah Micky kemudian secara perlahan mulai berani untuk meninggalkan ibu, kakak dan keluarganya yang menentang keras keputusannya untuk mengembangkan karir petinjunya tanpa keterlibatan satupun anggota keluarganya. Konflik ini jelas membuat hubungan Micky dengan seluruh anggota keluarganya, khususnya sang kakak, Dicky, yang sangat dekat dengannya, menjadi menjauh.
42, sebuah biopic yang bercerita tentang kisah seorang pria bernama Jackie Robinson (Chadwick Boseman) yang membuka sejarah terbukanya kesempatan dari masyarakat berkulit hitam tampil pada salah satu olahraga paling digemari di USA, Baseball. Semua berawal dari sebuah ide kontroversial yang dicetuskan oleh Branch Rickey (Harrison Ford), pria tua yang menjabat sebagai tim eksekutif Brooklyn Dodgers, dimana ia hendak merekrut Jackie dan menjadikannya sebagai pion untuk menghancurkan dinding pembatas yang begitu tinggi antara hitam dan putih di USA pada tahun 1945, tepat ketika perang dunia ke-2 berakhir.
Berawal dari Kansas City Monarki, sempat singgah di Montreal Royals, dan berakhir di Brooklyn Dodgers, permasalahan yang dihadapi Jackie justru bertumpu pada dirinya sendiri, ketika sikapnya yang temperamental dan suka berdebat dengan umpire hingga dijuluki sebagai seorang troublemaker, dan harus berhadapan dengan hujatan serta cemooh dari para penonton, bahkan tekanan dari pelatih lawan, wasit, hingga pihak keamanan dan rekan satu timnya, kemampuan Jackie diuji yang menjadikannya seperti sebuah balon yang siap meledak.
Diangkat dari sebuah buku biografi berjudul Playing the Enemy: Nelson Mandela and the Game that Made a Nation karya John Carlin, film ini mengisahkan mengenai sebuah pertandingan bersejarah yang terjadi pada 1995 Rugby World Cup yang berlangsung di Afrika Selatan. Judul Invictus sendiri diambil dari bahasa Latin yang berarti tak terkalahkan, yang juga merupakan judul sebuah puisi favorit Nelson Mandela, karya William Ernest Hanley.
Pertandingan tersebut menjadi bersejarah karena saat itu, Nelson Mandela (Freeman) baru saja dilepaskan dari penjara dan terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan, dimana warga kulit hitam akhirnya dapat memberikan suara mereka untuk pertama kalinya. Walau begitu, politik pemisahan kasta atas perbedaan warna kulit (apartheid) masih terus berlangsung. Hal inilah yang menjadi perhatian utama Mandela dalam masa kekuasaan awalnya, untuk menyamakan derajat warga kulit hitam dengan kulit putih, namun tetap menghormati warga kulit putih yang selama ini dinilai telah menindas warga kulit hitam.
Di tempat lain, klub rugby nasional Afrika Selatan, Springboks, baru saja mengalami kekalahan mereka. Tim ini sendiri tidak memiliki dukungan dari warga Afrika Selatan karena dianggap masih melakukan politik apartheid dan lebih mengutamakan pemain berkulit putih.
Berhasil mendapatkan perhatian Mandela, yang menganggap bahwa dengan merubah cara pandang masyarakat Afrika Selatan terhadap Springboks dapat menjadi batu loncatan dalam misinya menerapkan asas persamaan, Springboks, di bawah kepemimpinan kapten tim mereka, Francois Pienaar (Damon), Springboks berlatih keras agar dapat masuk kedalam kejuaraan dunia tersebut. Hasilnya, bukan saja Springboks mampu menunjukkan keunggulan mereka, namun juga berhasil merubah cara pandang masyarakat Afrika Selatan dan memperkecil ruang perbedaan antara warga kulit hitam dengan warga kulit putih.
Adalah Herman Boone seorang afro amerika yang di tempatkan menjadi pelatih Football America Di TC William High School di Virginia. Posisinya sebagai pelatih menggantikan pelatih Yoast, pelatih kulit putih yang sangat dihormati oleh murid dan orang tua siswa. Tempat dan waktu episode ini berlangsung di Virginia 1971, saat dimana rasisme terutama antara kulit putih dan kulit hitam masih kental. Pergantian pelatih ini kontan menuai aksi protes dan rencana boikot oleh siswa dan warga kulit putih. Selama posisi pelatih dari warga kulit putih tidak ada seorangpun siswa kulit hitam yang dapat menjadi pemain tim football sekolah. Proses suksesi kepemimpinan berjalan nyaris menuai pertengkaran setelah Boone dan Yoast sepakat untuk memadukan para pemain siswa kulit putih dan kulit hitam.
Titans
Terlihat sekali para siswa kulit hitam dan kulit putih bagaikan minyak dan air, tidak pernah akur, penuh kecurigaan dan amarah. Pelatih Yoast pun akhirnya diterima kembali sebagai pelatih bagian pertahanan dibawah “supervisi” Coach Boone. Konflik dan pertentangan berlangsung dalam tim football TC William. Coach Boone pun melakukan acara tim building untuk menguatkan timnya. Sejak awal keberangkatan Coach Boone sudah melakukan “inovasi” kepemimpinan, dalam Bus seluruh anggota tim harus memiliki pasangan duduk dari rekannya yang berbeda ras. Ditambah lagi saat di Kamp pelatihan siswa berbeda ras dicampur dalam satu kamar (putih-hitam dalam satu kamar). Kontan perkelahian antar siswa yang masing-masing membawa sentimen ras kerap terjadi.
Selanjutnya Boone memberikan tugas masing-masing pasangan kamar yang notabene saling membenci untuk saling mengenal satu sama lain, jika tidak porsi latihan yang gila-gilaan akan terus menjadi “santapan”mereka. Akhirnya perubahan terjadi saat Coach Boon mengajak para anggota tim untuk lari kedaerah lapangan tempat terjadinya pertempuran Gettysburg. Pertempuran paling berdarah dalam sejarah perang sipil Amerika Serikat. ‘Why that war was fought’ (‘…the same fight we are still having today’) adalah ucapan yang dilontarkan Coach Boone diatas lapangan yang pernah menjadi saksi ribuan orang kulit putih dan kulit hitam tewas akibat perang saudara. Pertumpahan darah yang dipicu oleh kedengkian akibat perbedaan warna kulit (yang mungkin sampai sekarang masih terjadi).
Akhirnya sentimen ras mereka pun berubah menjadi rasa solid tim yang kuat. Para pemain tim afro Amerika dan kulit putih mulai bisa bekerja sama sebagai rekan tim. Coach Boone dan Coach Yoast pun mulai berubah menjadi kolega yang saling menghormati walaupun berbeda warna kulit. Ditangan duo pelatih utama Boone-Yoast, “THE TITANS” tim foorball TC William mampu menorehkan prestasi football yang luar biasa dilevel nasional, sehingga menjadi kebanggaan daerah Alexandria Virginia. Walaupun terdiri atas para pemain yang berbeda warna kulit tapi mampu memberikan kemampuan bermain dan kerjasama tim yang luar biasa. Diakhir cerita masing-masing tokoh pemain THE TITANS berkumpul kembali saat pemakaman Bertier. Coach Boone dan Coach Yoast tetap bersahabat dekat sampai tua.
Diangkat dari novel karya Michael Lewis berjudul 'The Blind Side: Evolution of a game' yang ditulis berdasarkan kisah nyata. Kisah hidup seorang pria bernama Michael Oher yang menginspirasi banyak orang tentang sisi kemanusiaan yang luas. Michael Oher (Quinton Aaron) adalah seorang anak remaja keturuan Afrika-Amerika berkulit hitam yang tidak mempunyai tempat tinggal. Karena latar belakang keluarga yang berantakan dan broken home, Michael Oher tumbuh menjadi anak yang anti-social dan pendiam. Namun sebenarnya ia tidak bodoh. Michael Oher bertubuh sangat besar, lebih besar dibanding orang kulit hitam lainnya. Suatu saat secara tidak sengaja ia bertemu dengan Leigh Anne Tuohy (Sandra Bullock) yang merasa simpati padanya, lalu menawarkan Oher untuk tinggal sementara waktu di rumahnya. Leigh Anne pun telah berkeluarga dan mempunyai dua orang anak. Ternyata Oher sangat cocok dengan keluarga Tuohy, ia pun akrab dengan anak bungu Leigh Anne yang bernama S.J. Tuohy (Jae Head). Film ini menceritakan kita tentang bagaimana caranya mengesampingkan semua perbedaan yang ada, entah itu perbedaan ras, golongan sosial, dll. Sangat menarik dan indah untuk ditonton. Kita bisa melihat bagaimana kisah hidup Michael Oher menjadi salah seorang pemain football yang terkenal sekarang.
Film ini menceritakan perjuangan seorang pelatih tim bola basket dari Richmond High School, sebuah kota kecil yang jauh dari kesan metropolis seperti halnya New York. Carter, pelatih berkulit hitam itu menerima pekerjaan sebagai pelatih tim basket Richmond Oilers, tim yang bisa dibilang gurem dan kalah melulu dalam kejuaraan bola basket regional.
Carter adalah alumni dari Richmond. Di eranya saat masih bersekolah dan memperkuat tim basket Richmond, ia termasuk pencetak skor tertinggi sepanjang sejarah sekolah itu. Jadi, tehnik dan strategi bermain basket bukanlah menjadi masalah baginya, meskipun ia memang ditugaskan untuk melatih demi peningkatan prestasi tim basket Richmond.
Yang menjadi perhatian Carter pada saat pertama kali datang menemui anak asuhannya adalah kondisi yang amat buruk. Anak asuhannya bukan hanya tidak bagus dalam bermain basket, tapi mereka yang menjadi anggota tim adalah siswa-siswa yang kebanyakan memang bereputasi buruk. Tidak disiplin, suka membuat onar, dan sama sekali tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Pertunjukan pertama yang Carter lihat adalah bagaimana timnya dipecundangi habis oleh tim tangguh St. Francis.
Hari pertama Carter datang sebagai pelatih, ia menyodorkan perjanjian kepada anak-anak di tim basket yang akan dia latih. Pada intinya kertas itu berisi perjanjian bahwa untuk dapat menjadi anggota tim basket, anak-anak harus memiliki prestasi belajar yang baik (nilai SAT 2,3 padahal yang ditetapkan sekolah hanya 2,00), mematuhi semua aturan yang ditetapkan pelatih termasuk untuk datang tepat waktu, hadir pada tiap kelas yang diikuti dan duduk di barisan paling depan serta mengenakan jas dan berdasi. Sebagai kontra prestasi coach Carter berjanji mencurahkan segala yang dia bisa lakukan untuk tim basket tersebut, dan ia yakin bahwa tim tersebut dapat meraih kemenangan. Coach Carter bahkan meminta laporan studi anggota tim-nya dari semua guru.
Tentu saja tidak semua anak menerima aturan tersebut dan ada beberapa yang langsung mengundurkan diri. Diantara yang mengundurkan diri terdapat anak-anak yang mencetak skor terbanyak pada setiap pertandingan. Namun coach Carter tidak peduli, piihan mereka untuk tetap tergabung dalam tim basket adalah setuju dengan isi perjanjian tersebut.
Singkat cerita, coach Carter melatih mereka dengan penuh disiplin dan konsisten dengan aturan yang telah disepakati. Berkat latihan dan teknik yang diajarkan, pada 16 kali pertandingan, tim yang sama sekali tidak diungulkan ini menang.
Ketika mempersiapkan pertandingan yang ke 17, coach Carter menerima laporan bahwa prestasi belajar bebrapa anggota timnya sanagt buruk. Seketika coach Carter membuat keputusan menghentikan latihan, menutup gedung olahraga, dan memindahkan latihan ke perpustakaan. Ia mengumumkan tidak akan memulai latihan jika nilai anggota tim yang jelek belum memenuhi standar sesuai perjanjian mereka.
Film ini diambil dari buku karangan Mark Frost dengan judul yang sama yang menceritakan tentang pertandingan golf Amerika 1913 open, gambaran cerita dalam film ini sengaja dibuat oleh sutradaranya Bill Paxton sedikit lebih konvensional dengan mengambil tema yang "agak kuno" tetapi dengan teknik yang modern membuat film The Greatest Game Ever Played menjadi salah satu hiburan yang bisa mendatangkan perasaan yang baik. Film ini menceritakan tentang jejak kehidupan yang saling berhubungan antara pesaing utama dalam US Open 1913, pegolf profesional Inggris Harry Vardon (Stephen Dillane) dan pegolf amatir Amerika Francis Ouimet (shia LaBeouf). Terlepas dari perbedaan mereka dalam usia dan asal bangsanya, ternyata Harry Vardon dan Francis Ouimet keduanya berasal dari latar belakang yang sama, yaitu kelas menengah kebawah (miskin), sebuah fakta yang diusung dalam film ini untuk mengkritik perbedaan kelas dalam olah raga golf.
Vardon yang dibesarkan di pulau Channel Jersey asalnya adalah keluarga yang sangat miskin, walaupun diberikan sponsor oleh klubnya yang berada di LOndon akan tetapi ia tetap menyangkal perbedaan status dalam permainan golf. Ouimet, anak imigran yang belajar golf sembari menjadi caddy di country club yang tempatnya berseberangan langsung dengan rumah keluarganya di Brookline, sedangkan ayah Ouimet (Elias Koteas) adalah seorang buruh, yang melihat hobby anak ini sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu, akan tetapi ibu Francis Ouimet (Marnie McPhail) melihat potensi yang ada pada anaknya selalu mendorong dia untuk mencapai cita-citanya, karna ia beranggapan bahwa seseorang harus berusaha mewujudkan mimpinya.
Another jerry bruckheimer movie, bersetting pada tahun 1965-1966 dimana permain basket didominasi olah pemain kulit putih. Bercerita tentang Don Haskins (Josh Lucas) yang menjadi coach untuk klub basket texas western university, universitas yang tidak mempunyai banyak dana untuk mengembangkan klub ini dan hanya mengandalkan beasiswa saja untuk menarik bakat-bakat muda.
Haskins yang tidak mempedulikan warna kulit (dan tentunya karena kesulitan dana yang tidak menarik pemain kulit putih), merekrut 7 pemain kulit hitam sebagai pemain dalam tim ini.
Dalam perjuangan nya, mereka mendapat banyak permasalahan dari masalah kekompakan hingga perlakuan rasialis dari lawan, penonton dan penyandang dana, menunjukkan jika mereka memang layak sebagai menjadi juara NCAA 1966 dengan mengalahkan university of kansas yang dilatih oleh Adolph Rupp (Jon Vought) dengan semua pemain kulit hitam.
Film ini diangkat dari kisah nyata dan dari otobiografi Don Haskins yang diterbitkan dengan judul yang sama pada tahun 2005.
Film yang cukup menarik dengan adegan permainan basket yang memikat, my favorite OST was "People Get Ready" by alicia keys.
We Are Marshall adalah film drama Amerika yang ditayangkan pada tahun 2006. Film ini menceritakan tentang kisah nyata tentang kecelakaan pesawat yang menimpa anggota, dan beberapa suporter tim football Thundering Herd Universitas Marshall pada 14 November 1970. Dimana semua penumpang dalam pesawat meninggal. Sedangkan tim football tersebut hanya menyisahkan 3orang yang tidak ikut bertanding karena cedera.
Pihak Universitas kemudian menginginkan tim football dibubarkan, tetapi 2 pemain yang tersisa (1 pemain sangat menyesal sehingga tidak bermain lagi) berusaha mendapatkan dukungan agar tim football tidak jadi dibubarkan. Kemudian dari perjuangan yang sangat panjang, akhirnya tim terbentuk lagi dengan sebagian pemain yang masih amatir di tangan pelatih kepala Jack Lengyel, dan dibantu Red Dawson (pelatih yang lolos dari kecelakaan karena pergi merekrut pemain).