Quote:
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi kerap disambut dengan demonstrasi oleh masyarakat. Masyarakat lebih rela menghabiskan uang mereka untuk membeli rokok yang harganya lebih mahal, ketimbang BBM bersubsidi.
Pengamat ekonomi, Rhenald Kasali, mengatakan bahwa kenaikan harga BBM sudah seharusnya dilakukan. Pasalnya, ketidakseimbangan konsumsi terjadi antara harga BBM bersubsidi dan harga rokok.
"Itu memang harus dinaikkan. Pertama, terjadi ketidakseimbangan konsumsi, di mana harga rokok jauh lebih besar (mahal) dibandingkan harga BBM. Itu enggak benar," ujar Rhenald kepada Okezone di Jakarta.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara ketiga di dunia setelah China dan India yang memiliki jumlah perokok terbesar.
"Jumlah perokok pasif sebesar 62 juta untuk wanita dan pria sebesar 30 juta, sementara ada 11,4 juta anak usia 0-4 tahun yang terpapar asap rokok," ujar Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.
Melihat dari situ, lanjut Rhenald, begitu banyaknya masyarakat yang begitu royal dengan rokok, akan tetapi membayar lebih untuk barang subsidi sulit.
"Masyarakat begitu royal dengan rokok, tapi tidak mau membayar barang subsidi. Ini kan subsidi, karena subsidi dinikmati orang banyak," ujar Rhenald.
Seperti diketahui, harga BBM bersubsidi telah resmi naik dengan harga baru Rp6.500 per liter untuk premium dan Rp5.500 per liter untuk solar. Sedangkan rata-rata rokok per bungkus di kisaran Rp11 ribu hingga Rp15 ribu.
sumber
betul juga tuh, berapapun rokok pasti dibeli