- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bedanya 17 Agustusan di tahun 2013


TS
st34dy
Bedanya 17 Agustusan di tahun 2013
Spoiler for :
Peringatan HUT RI Di Daerah Relatif Sepi
Senin, 19 Agustus 2013 | 8:37
Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-68 di Jakarta juga tidak terlalu meriah seperti tahun-tahun sebelumnya.
Peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-68 di kampung-kampung relatif sepi.
Dalam pantauan SP, nyaris sepi. Kalaupun ada, tak begitu gebyar seperti tahun-tahun sebelumnya.
Anto, Ketua RT 07 RW 5 Kelurahan Mugas, Kecamatan Semarang Selatan mengakui, sepinya peringatan tahun ini sama seperti tahun sebelumnya.
Hal itu menurutnya disebabkan karena dua tahun ini peringatan Agustusan bersamaan waktunya dengan bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
''Sehingga, warga lebih disibukkan menunaikan ibadah puasa dan mudik Lebaran, akibatnya nyaris tak ada persiapan untuk membuat perayaan Agustusan yang meriah,'' ujar Anto, Minggu (18/8).
Menurutnya, kalaupun ada pertandingan olahraga, sudah dilakukan sejak Juli lalu yakni pada bulan puasa. Namun, karena bertepatan bulan puasa, maka sejumlah pertandingan dilakukan pada malam hari.
''Itu pun beberapa pertandingan seperti bola voli, bulutangkis dan tenis meja terpaksa ditiadakan, karena menguras energi dan banyak yang menjalankan shalat tarawih. Akhirnya pertandingan yang digelar hanya catur. Namun untuk lomba tumpeng dan K3 (kebersihan, keindahan dan keamanan) tetap dilakukan,'' ujarnya.
Begitu pula di warga di Perumahan Pucanggading yang nyaris tak menggelar agustusan semeriah tahun-tahun sebelumnya. Sekretaris RW 25 Pucangargo, Sri Winarno mengatakan, pihaknya hanya menggelar senam aerobik dan jalan santai yang diikuti warga. Tak ada panggung dan kesenian, maupun lomba olahraga.
''Persiapannya mepet, karena terbentur bulan puasa dan Lebaran. Banyak warga yang mudik sehingga, lomba yang dibuat cuma lomba paduan suara ibu-ibu yang digelar bulan Juni lalu, lomba tumpeng dan K3,'' ujarnya.
Di setiap RT pun, gebyar agustusan tak ada sama sekali.
''Tahun ini, kami hanya bersih-bersih kampung, memasng bendera dan umbul-umbul. Lomba untuk anak-anak yang biasa tiap tahun digelar, sudah dua tahun ini tak digelar karena minim persiapan,'' tambahnya.
Sepinya peringatan agustusan pun dirasakan para penjual bendera merah putih. Menurut pengakuan beberapa pedagang, penjualan bendera masih sulit meningkat, Hal ini disebabkan perayaan 17 Agustus hampir berbarengan dengan lebaran.
"Penjualan turun, kemungkinan karena berbarengan dengan lebaran. Kalau ditaksir sekitar 50 persen penurunannya. Mungkin karena orang lebih fokus berbelanja kebutuhan lebaran dibanding beli bendera," ujar Paidi, seorang penjual bendera di depan stasiun RRI Semarang.
http://www.suarapembaruan.com/nasion...tif-sepi/40213
Spoiler for :
Omzet Pedagang Bendera Turun Drastis
inilah..com, Bandung - Para pedagang bendera mengeluh karena penjualan bendera tahun ini sangat tidak bersahabat. Padahal, hari Kemerdekaan RI sudah di depan mata.
Salah seorang pedagang bendera di Jalan Suci, Dede (45) mengatakan barang dagangnya sepi dari pembeli. Akibatnya, omzet penjualan turun drastis dibandingkan penjualan tahun lalu. "Sepi banget jualan bendera tahun ini mah, lebih ramai tahun lalu," ujarnya kepada wartawan, Kamis (15/8/2013).
Dia menjelaskan penurunan omzet hampir 50% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp14 juta. Namun kini, dirinya baru menjual tak sampai setengah dari total barang yang dimiliki.
Biasanya, lanjut Dede, pembeli sudah mulai ramai seminggu sebelum hari Kemerdekaan. Tetapi, dua hari menjelang 17 Agustus, baru terjual beberapa bendera dan umbul-umbul. Padahal, dirinya sudah mulai berjualan sejak 28 Juli lalu.
Menurutnya, kondisi tersebut terjadi akibat hari Kemerdekaan RI yang nyaris berbarengan dengan Hari Idul Fitri. Situasi itu membuat pembeli lebih sibuk mudik dibandingkan mempersiapkan kegiatan perayaan Kemerdekaan. "Ketutup sama Lebaran, jadi pembeli lebih sibuk mudik daripada beli bendera," katanya.
Dia mengemukakan harga sebuah bedera merah putih berkisar Rp15 ribu hingga Rp45 ribu, tergantung ukuran. Selain bendera, dia juga menjual umbul-umbul Rp15 ribu, background biasa dengan panjang 10 meter Rp200 ribu sedangkan yang dari karet Rp250 ribu.
"Saya juga jual bambu untuk tiang bendera atau umbul-umbulnya," ucapnya.
Dia mengaku telah 10 tahun menjadi pedagang bendera musiman. Datang ke Bandung pun tak sendiri karena ditemani puluhan rekan pedagang lain yang juga berasal dari Leles, Kabupaten Garut.
Dede juga mengaku modal berjualan mencapai Rp12 juta yang dipinjamnya dari seorang makelar produsen bendera. Uang tersebut digunakan untuk membeli kain yang lantas dijahit menjadi aneka bendera. "Karena sepi pembeli, saya takut rugi dan tidak bisa mengembalikan pinjaman," pungkasnya.
http://www.inilahkoran.com/read/deta...-turun-drastis

inilah..com, Bandung - Para pedagang bendera mengeluh karena penjualan bendera tahun ini sangat tidak bersahabat. Padahal, hari Kemerdekaan RI sudah di depan mata.
Salah seorang pedagang bendera di Jalan Suci, Dede (45) mengatakan barang dagangnya sepi dari pembeli. Akibatnya, omzet penjualan turun drastis dibandingkan penjualan tahun lalu. "Sepi banget jualan bendera tahun ini mah, lebih ramai tahun lalu," ujarnya kepada wartawan, Kamis (15/8/2013).
Dia menjelaskan penurunan omzet hampir 50% dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp14 juta. Namun kini, dirinya baru menjual tak sampai setengah dari total barang yang dimiliki.
Biasanya, lanjut Dede, pembeli sudah mulai ramai seminggu sebelum hari Kemerdekaan. Tetapi, dua hari menjelang 17 Agustus, baru terjual beberapa bendera dan umbul-umbul. Padahal, dirinya sudah mulai berjualan sejak 28 Juli lalu.
Menurutnya, kondisi tersebut terjadi akibat hari Kemerdekaan RI yang nyaris berbarengan dengan Hari Idul Fitri. Situasi itu membuat pembeli lebih sibuk mudik dibandingkan mempersiapkan kegiatan perayaan Kemerdekaan. "Ketutup sama Lebaran, jadi pembeli lebih sibuk mudik daripada beli bendera," katanya.
Dia mengemukakan harga sebuah bedera merah putih berkisar Rp15 ribu hingga Rp45 ribu, tergantung ukuran. Selain bendera, dia juga menjual umbul-umbul Rp15 ribu, background biasa dengan panjang 10 meter Rp200 ribu sedangkan yang dari karet Rp250 ribu.
"Saya juga jual bambu untuk tiang bendera atau umbul-umbulnya," ucapnya.
Dia mengaku telah 10 tahun menjadi pedagang bendera musiman. Datang ke Bandung pun tak sendiri karena ditemani puluhan rekan pedagang lain yang juga berasal dari Leles, Kabupaten Garut.
Dede juga mengaku modal berjualan mencapai Rp12 juta yang dipinjamnya dari seorang makelar produsen bendera. Uang tersebut digunakan untuk membeli kain yang lantas dijahit menjadi aneka bendera. "Karena sepi pembeli, saya takut rugi dan tidak bisa mengembalikan pinjaman," pungkasnya.
http://www.inilahkoran.com/read/deta...-turun-drastis
Di tahun serba prihatin yang tabah aja ya gan fulus lagi cekak yang penting tetep patriotis dan nasionalisme


0
920
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan