Quote:
Pada pekan ini, sudah dua kali kerusakan pada rel terjadi di jalur Bogor-Jakarta. Senin lalu, 19 Agustus 2013, rel retak di jalur kereta menuju Jakarta. Sedangkan satu lagi rel patah terjadi sepanjang 15 sentimeter di antara Stasiun Citayam dan Depok.
Kepala Humas Daerah Operasi I PT KAI, Sukendar, mengatakan bahwa rel retak biasanya disebabkan oleh tiga hal, antara lain karena rel sudah tua, sambungan yang kurang las, atau rel ditemukan sudah rusak atau cacat. "Namun, dalam dua kejadian terakhir ini lebih disebabkan karena sambungan yang kurang las," ujar Sukendar kepada Tempo, Jumat, 23 Agustus.
Ia mengatakan, rel di sepanjang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi kebanyakan memiliki seri R44 dan R54. Itu terbilang baru dibandingkan rel di wilayah lain. Oleh karena itu, alasan rel yang sudah uzur pun ditolaknya. Begitu pula dengan kemungkinan disebabkan karena cacat.
Selama ini selalu ada tim jalan rel dan jembatan yang selalu memeriksa kondisi rel setiap harinya. Jika ada kerusakan seperti yang terjadi belakangan ini, katanya, itu karena ditemukan oleh tim yang bertugas di lapangan. "Solusinya, kami akan segera melakukan penyelesaian sambungan yang lebih optimal," ujar Sukendar.
Lalu, apakah rel retak berkorelasi dengan bertambahnya jumlah penumpang akhir-akhir ini? Sukendar pun membantah dugaan itu. Sebab, rel yang terbuat dari baja itu mampu menahan berat berapa pun jumlah kereta yang lewat. "Bayangkan, satu lokomotif saja memiliki berat minimal 100 ton. Itu baru satu. Setiap hari kan ada 10 atau lebih rangkaian kereta yang lewat," katanya.
Sumber
Kalau begitu apa harus melakukan upgrade dalam skill pengelasan?
